Jarum jam ditanganku sudah menunjukan angka antara enam dan tujuh. Itu artinya sekolah kami masuk jam pelajaran pertama. Kami belajar seperti biasa. Hari kamis memanglah hari melelahkan bagi kami. Hal itu dikarenakan pelajaran yang terdapat dijadwal hari kamis adalah pelajaran-pelajaran yang memfokuskan kami pada jurusan. Iya, pelajaran-pelajaran anak IPS semua. Tapi itu tidak mematahkan semangat kami berempat untuk tetap memecahkan segala kasus-kasus yang ada disekolah ini.
"Eh, kalian masih penasaran nggak sih, kenapa bola-bola basket disekolah kita bocor semua? Itu kan hal yang bukan kebetulan. Pasti ada pelaku dibalik ini semua." Yudha memulai pembicaraan kami di kantin.
Tidak, kami tidak bolos jam pelajaran. Sekarang memang sudah waktunya jam istirahat kok. Kami semua kan murid-murid taat tata tertib dan taat pribadi. Tapi Bukan Kanjeng ya, hehe.
"Iya, gara-gara itu kelas kita jadi nggak bisa ngambil nilai olahraga basket." Keluhku.
"Sudah di cek kelas mana saja yang terakhir olahraga waktu itu?" Tiba-tiba suara perempuan menimbrung diantara obrolan kami. Itu bukan suara Hillary.
"Nun, sorry kita lagi tugas." Kataku pelan.
"Sudah menghubungi Coach Agung?" tanya Aenun lagi, iya dia teman sekelas kami.
"Ide bagus, tuh. Ayo kita ke coach Agung!" Ambon angkat bicara.
"Yaudah ayo!" Yudha berdiri. Aku menyusulnya.
"Eh, tunggu-tunggu! Kenapa kita nggak coba tanya guru olahraga kita aja?" tanya Hillary menghentikan gerakan kami.
"Iya, emang gitu, Hil. Lo lemot banget dah. Belom di cas?" tanyaku meledek.
"Emangnya gua jam dinding apa pake segala di cas?"
"Jam dinding pake batu baterai, Hil." Jawabku cepat.
"Tapi, jam dinding gua dicas kalo mati."
"Eh, ini kenapa kita jadi ngebahas jam dinding sih?" Yudha sudah agak kesal melihat perdebatanku dengan Hillary.
"Yaudah, ayo cepet!" seru Ambon.
Kami berjalan menuju ruang guru.
"Itu, itu coach Agung." Seru Ambon.
"Coach tunggu! Coach," ucap Aenun.
"Iya, ini ada apa ya rame-rame?" tanyanya.
"Mau pada demo ya?" Iya, Coach Agung memang suka becanda orangnya.
"Coach, kami boleh minta waktunya sebentar tidak?" tanya Yudha.
"Oh, boleh-boleh."
"Mari duduk saja, Coach!" saranku.
"Kami dari team detektif, Coach. Kami ingin memecahkan kasus bocornya bola-bola basket disekolah ini." Yudha mengutarakan maksud kami.
"Ada beberapa hal yang ingin kami tanyakan kepada Coach Agung selaku guru olahraga disekolah ini." Sambung Aenun.
"Kelas mana yang terakhir kali olahraga sebelum bola-bola itu bocor?" lanjut Aenun.
"Kalo nggak salah kelas 11-IPS.3"
"Iya, 11-IPS.3"
"Kalian benar team detektif?" tanya Coach Agung.
"Iya, Coach." Ucapku.
"Tidak, Coach. Kami hanya main-main." Ucap Yudha hampir bebarengan denganku.
"Jadi yang benar yang mana?" Coach Agung mulai bingung.
"Iya, Coach." Ucap Ambon.
"Tidak, Coach. Kami hanya main-main." Ucap Hillary hampir bebarengan dengan Ambon.
KAMU SEDANG MEMBACA
5 DETEKTIF PE'A
Teen Fiction[completed] Rank #40 in #Detektif [24/05/2018] Rank #91 in #Detektif [08/06/2020] Rank #64 in #kasus [06/06/2020] Rank #53 in #kasus [08/06/2020] Detektif abal-abal, anggotanya memang kadang [PE'A] semua, apapun cara dilakukan untuk menyelesaikan be...