Entah mengapa aku merasa bahwa Khairul atau biasa akrab dipanggil Ambon seperti sedang menyembunyikan sesuatu. Ia hendak mengatakan sesuatu namun tidak jadi. Aku tak tau alasannya, terlihat jelas wajahnya seperti bingung lantas ia ingin mengecoh fokus kami dengan mengatakan bahwa ia lupa. Kami beranjak ke kelas setelah mendengar bunyi bel masuk. Ku lihat Ambon memperlambat langkahnya dan dengan sengaja ku ikuti sehingga jarak kami berdua dengan Aenun, Hillary dan Yudha berkisar tiga meter.
"Bon, lo mau ngomong apa tadi dah?" Aku masih penasaran.
"Hm, gua lupa, Pan." Jawabnya gugup.
"Harus banget gugup?" tanyaku melihat gelagapnya.
"Apaansi, gua biasa aja." Bantahnya.
"Oh," singkatku mengakhiri obrolan.
Sepulang sekolah, kami menunggu Aenun dan Hillary di depan gerbang sekolah, tetapi Ambon tidak ikut. Setelah mereka datang, kami langsung bergegas pergi menuju rumah Aenun. Biasa, untuk membicarakan kasus.
"Nah gitu dong, jangan marahan terus!" ujar Ibunya Aenun yang memberikan kue-kue untuk kami dan meletakannya diatas meja.
"Hehe, iya Tan. " ucapku. Yudha dan Hillary tersenyum.
"Mamah," panggil Aenun seperti merasa risih bahwa selama ini ia telah menceritakan masalah tim detektif kepada Ibunya.
"Nun, emang..."
"Makan aja kuenya, Pan." Aenun sengaja mengalihkan pertanyaanku. Lalu tanpa ragu tanganku langsung menyambar kue-kue yang dihidangkan tepat didepanku.
"Yud, Hil makan! Ini enak seriusan!" aku menawarkan kepada mereka sementara aku masih mengunyah kuenya.
"Eh, kln mrsa anh ga?"
"HAH?" tanya Hillary dan Yudha tak mendengar pertanyaanku dengan jelas.
"Udah, Pan. Mending makanannya abisin dulu tuh yang dimulut." Saran Aenun.
Setelah ku habiskan, aku mengambil minum dan meminumnya perlahan.
"Iya, kalian merasa aneh nggak?" tanyaku memulai obrolan.
"Aneh apanya, Pan?" tanya Yudha bingung.
"Aneh, si Ambon."
"Dia mah emang selalu aneh," balas Aenun diiringi gelengan kepala dan senyum.
"Tapi ini serius, Nun." Aku mengubah gaya dudukku. Yang tadinya menyender pada bangku kini mulai tegak.
"Tadi kan dia bilang katanya dia mau ngomong serius, eh kenapa tiba-tiba dia nggak jadi ngomong hal serius itu. Dengan itu berarti ada hal yang ia tak mau kita ketahui."
"Hal apa?" tanya Hillary bingung.
"Entah,"
"Tapi kan dia lupa, Pan." Sambung Hillary.
"Jangan-jangan..."
"Jangan-jangan kenapa, Pan?" tanya Aenun.
"Jangan-jangan dia pelakunya selama ini,"
"Pelaku apa?"
"Surat Kaleng, Yud." Jawabku cepat.
"Ah, nggak mungkin." Yudha tak mempercayai ucapanku.
"Lah? Mungkin saja begitu!"
"Pan, elo inget ga? Elo pernah nuduh gua kan?"
"Iya, sorry Yud?"
"Dan tuduhan elo itu salah, Pan. Bukan gua pelakunya."
"Yasudah, berarti kalau bukan elo ya siapa lagi kalau bukan Ambon?" tanyaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
5 DETEKTIF PE'A
Teen Fiction[completed] Rank #40 in #Detektif [24/05/2018] Rank #91 in #Detektif [08/06/2020] Rank #64 in #kasus [06/06/2020] Rank #53 in #kasus [08/06/2020] Detektif abal-abal, anggotanya memang kadang [PE'A] semua, apapun cara dilakukan untuk menyelesaikan be...