Bagian 5 - Timbangan

1.6K 146 2
                                    

Jum'at pagi biasanya kelas kami masuk jam olahraga dengan Coach Agung. Materi olahraga hari ini adalah lompat jauh. Kebetulan juga hari ini pengambilan nilai lompat jauh. Sebelum itu, kami diberi waktu sekitar setengah jam untuk latihan lompat jauh sendiri. Setelah selesai latihan, kami satu-persatu maju untuk mengambil nilai praktek lompat jauh. Aenun sebagai absen nomor urut dua berhasil lompat jauh. Saat ku melihat Hillary, ku lihat wajahnya begitu pucat.

"Hil, lo sakit?" tanyaku.

"Gapapa kok, Pan." Jawabnya.

"Serius, Hil? Lo gapapa?" tanya Yudha disampingnya.

"Iya, gapapa."

"Hillary Febriana," panggil Coach Agung.

"Hil, semangat Hil" ucap Ambon.

Prrittt, Coach Agung meniup peluitnya. Hillary berlari dari ujung lapangan sana. Namun, tiba-tiba saja di tengah lapangan dia berhenti mendadak. Tangannya seketika memegangi kepala. Ku rasa kepalanya pusing saat itu. Yudha, disebelahku langsung berlari menuju lapangan.

"Hillary," teriak anak-anak.

Dan Hillary pun jatuh pingsan. Aenun berlari mengikuti Yudha. Aku menyusulnya. Yudha pun mengambil langkah dengan menggotong Hillary dan membawanya ke UKS. Aku pun membantunya. Sesampainya di UKS, Hillary langsung mendapatkan pertolongan medis oleh piket PMR.

"Ini, nggak apa-apa kan?" tanya Yudha.

"Iya, Hillary hanya pingsan biasa." jawab Zulfa, piket PMR.

"Mungkin, kurang tidur dan belum sarapan." Lanjutnya.

"Yud, elo kok panik gitu?" tanya Aenun tiba-tiba.

"Hillary kan teman kita, Nun." Jawab Yudha santai.

"Oh,"

"Zulfa, ini timbangannya masih rusak?" tanyaku yang sedang berada di atas timbangan berat badan.

"Iya, nggak tau. Padahal tadi pagi udah dibenerin."

"Yud, Nun. Ini kasus. Iya, ini kasus." Kataku seraya menunjuk timbangan.

"Tapi, Hillary gimana? Dia masih pingsan," kata Yudha menoleh ke arah Hillary.

"Gua ada dimana? Ini mimpi ya?" tanya Hillary kebingungan.

"Hai, ini gua bawa sarapan buat lo, Hil." Ucap Ambon tiba-tiba datang membawa makanan.

"Ih, Ambon baik banget sih."

"Hil, nggak usah sok imut, deh." Ledek ku.

"Yud, kita harus selesain kasus ini. Pasti timbangan ini ada yang ngerusaknya." Aenun menarik tangan Yudha dan membawanya ke arahku.

"Oh, iya. Zulfa." Aenun berbalik badan. Ia mengibaskan rambutnya yang lurus itu.

"Boleh kami pecahkan kasus ini?" tanyanya.

"Oh, boleh kok, boleh."

"Ini timbangan cuma sampai 100 kg doang?" tanya Ambon mendekati.

"Berarti kita harus cari orang yang beratnya lebih dari 100 kg disini." Lanjut Ambon.

"Mana ada sih orang begitu." Ketus Aenun.

"PMR, ada obat sakit lambung ngga?" tanya seorang laki-laki dari balik pintu.

Laki-laki itu bertubuh besar dan tinggi. Berbadan gempal dan berkulit hitam. Di semua jari-jari tangannya terpasang cincin-cincin sebesar batu kerikil dengan mata cincin yang di dominasi oleh warna hijau. Kaos warna hitam dan sabuk besarnya itu membuatnya terlihat semakin garang. Ia adalah salah satu satpam sekolah ini.

5 DETEKTIF PE'ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang