Prolog.
Damar
Waktu saya kecil, saya pernah hilang di pasar gara-gara lepas dari pegangan tangan ibu. Kejadiaannya konyol kalau harus di ingat-ingat sekarang. Dan apalagi si ibu masih suka menertawakan gimana ekspresi saya waktu akhirnya ketemu lagi sama beliau ditengah-tengah keramaian pasar. Jelek, katanya.
Sudah mirip pertemuan ibu dan anak yang lama nggak ketemu sih kalau harus diceritakan. Padahal cuma sebentar, itu juga saya nya nggak sedih-sedih amat karena kalutnya terobati sama perahu-perahuan –iya waktu itu mainan anak memang sebatas perahu-perahuan dari seng yang bisa ngambang di air.
"Damar!" Si ibu histeris, "Ih udah ibu bilang juga pegangan sama ibu."
"Udah bu, tapi lepas." Si Damar cilik menjawab, "Bu, sekarang udah ketemu, beliin Damar perahu-perahuan."
Saya dipelototin waktu itu. Nggak tahu kenapa juga, padahal saya cuma minta beliin perahu-perahuan, bukan perahu beneran.
"Nggak penting, belinya yang lebih penting aja." Begitu kata si ibu yang bikin saya mikir sedikit. Untuk ukuran anak kecil, yang dibilang penting itu pokoknya ketemu temen komplek, lalu sombong, 'aku punya mainan baru tau!' gitu kan?
Kemudian saya beranjak dewasa, dan akhirnya saya mengerti. Orangtua itu selalu ingin yang terbaik untuk anak-anaknya, makadari itu ibu saya dulu jarang membelikan mainan-mainan yang sifatnya hanya sementara, apalagi sampai nggak punya manfaat sama sekali.
"Kamu akan mengerti dimulai dari hari ini, mas, gimana rasanya jadi orang tua."
Saya senyum waktu itu, tapi hati ketar-ketir. Badan ini juga sudah dibanjiri keringat dingin, karena saya nervous. Jauh lebih nggak jelas perasaannya dibandingkan waktu dulu saya pernah ngemsi acara resmi yang tamunya itu Presiden.
"Doain istri saya, bu."
"Selalu, mas, banyak berdoa. InshaAllah lancar."
Kekuatan ibu adalah yang paling super di dunia ini. Mau apapun masalahnya, baik itu dijalan ketika sen nya ke kiri tapi beloknya ke kanan, ataupun saat melawan arus, dan apalagi masalah mendoakan anak-anaknya untuk mendapat kebahagiaan yang paling bahagia di dunia ini.
Ibu itu paling super, istri saya juga sama. Saya nya yang nggak pernah bisa kuat.
"Nak, harus sayang sama ibu." Karena ibu bertaruh hidup mati demi kamu.
Dulu, saya yang diingatkan untuk menyayangi ibu. Sekarang, saya yang mengingatkan anak saya untuk begitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
the diary of everything
Romancethey said, an apple a day keeps the doctor away. i dont like apples. a damarstories 2.0 || updates once a week