keduabelas

2.2K 350 114
                                    

           
"Kita serius mau kesini, yang?"

"Iya, serius."

"Tapi ini nggak murah loh."

"Nya, udahan dulu jadi ibu bendaharanya."

Dulu, hampir empat tahun yang lalu Anya dan Damar sedang sibuk dan ribut sedikit perihal destinasi honeymoon mereka. Sambil tergeletak di atas tempat tidur, keduanya sama-sama memandangi layar i-Pad yang menampilkan keindahan Maldives didalamnya. Anya jelas kaget waktu Damar memberitahu rencana bulan madunya ini. Bagi Anya, nggak perlu jauh-jauh dan keluarin budget besar kok, yang penting bisa liburan berdua aja sudah cukup. Tapi untuk Damar nggak bisa sesederhana itu.

"Aku bukannya mau jadi ibu bendahara ya, yang. Cuman kayaknya keperluan kita masih banyak yang lebih penting." Jelas Anya, merujuk ke keadaan kamarnya yang berantakan dan banyak barang.

Iya sih, waktu itu Damar dan Anya masih tinggal dirumah ibu sama bapak karena rumah sendiri masih belum jadi. Kalau sudah jadi pun nanti malah nambah pikiran lagi. Nggak jadi dong honeymoon-nya kalau mikir terus?

"Tapi aku pengin kesini, Nya." Damar menunjuk salah satu foto pantai eksotis itu dengan wajah muram.

"Ya aku juga sama, yang, siapa yang nggak mau sih ke Maldives? Mending gini deh, sekarang kita liburan ke yang deket-deket aja dulu. Nanti setelah kita pindah rumah, kita nabung lagi, baru kita ke Maldives itu. Gimana?"

Entah karena Anya sudah resmi menyandang status istri, yang secara otomatis membuat dia tiba-tiba jadi sarjana ekonomi, atau entah karena bawaan perempuan itu paling bisa mengatur strategi, Damar akhirnya mengikuti rencana Anya tanpa mengaduh apapun lagi.

"Jangan cemberut gitu dong, yang. Lombok juga kan nggak kalah bagus sama Maldives." Seru Anya dengan sangat ceria saat mereka hendak berangkat ke tujuan bulan madunya. Iya, akhirnya setelah semalam suntuk diskusi panjang, Lombok lah yang jadi pilihan.

"Kamu loh, mas, yang bilang ke Bali tuh bosen. Terus aku udah kasih pilihan ke Garut juga kamu nggak mau."

"Ya ke Garut mah udah aja nginep di saudara disana banyak, Nya." Damar mencibir.

"Bagus dong kan hemat jadinya." Anya terkekeh.

Lagi-lagi Damar memutar bola matanya. Mungkin gelar yang lebih pantas diberikan ke Anya bukan sekedar sarjana ekonomi, tapi menteri ekonomi kreatif lah sekalian karena dia selalu punya caranya sendiri untuk mematahkan semangat serta rencana suami.

"Hemat sih, Nya, tapi masalahnya kita jadi nggak bisa fokus kan kita mau–"

Tangan Anya dengan sigap menutup mulut Damar. "Nggak boleh ngomong macem-macem." Katanya, sambil melotot seperti ibu-ibu lagi marahin anaknya yang nakal.

Damar mengangguk, lengkap pakai acungan jempol supaya Anya melepas bekapan tangannya. Baru sedetik dibebaskan, Damar sudah berulah lagi.

"Tapi kita pasti macem-macem, kan?"

**

Kalau disuruh untuk cerita pengalaman honeymoon, rasanya bingung juga. Karena apa coba yang harus diceritakan? Hampir semua bagian kayaknya rancu kalau harus dibagi sama orang. Jangankan sama orang lain, bagi Anya cerita ke temen-temen rumpi aja beratnya minta ampun, walau sebenarnya bagi mereka membahas hal dewasa itu sudah sangat lumrah.

Tapi sebentar jangan dulu salah paham, ini bukan obrolan tante-tante girang yang mungkin muncul di kepala kalian, kok. Teman rumpi ini lebih tepatnya grup Whatsapp yang isinya tidak lain dan tidak bukan, Lea, Aina, Fira, Anya, dan entah gimana ceritanya Anin jadi salah satu dari mereka. Iya dia satu-satunya yang belum menikah tapi dengan sukarela menerima artikel bertema rumah tangga, lalu dengan rajinnya membaca diskusi panjang tentang ya you know husband and wife thingy, the sex life story.

the diary of everythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang