Menjadi ibu rumah tangga itu anugrah. Ya gimana nggak coba, ketika jadi ibu kita diberi kepercayaan untuk menjadi partner-nya ayah dalam mengurus keluarga. Dan ibu bahkan punya tugas lebih, termasuk memarahi ayah kalau yang satu itu mulai lepas kendali. Kebetulan, untuk bagian marah-memarahi, Anya sudah punya pengalaman sendiri. Habis Damar si suami selalu punya celah yang merangsang Anya untuk marah-marah. Masalahnya bisa beragam, kadang gara-gara taruh baju bekas pakai bukan di tempatnya, atau Damar yang ngeyel dan minta langsung tidur aja sepulang kerja yang sebenarnya wajar sih, mungkin dia lelah. Tapi Anya anti naik ke tempat tidur tanpa bersih-bersih sebelumnya.
"Mas! Kalo habis sikat gigi, pasta giginya kamu tutup lagi dong!"
"Ya ampun, Anya bosen deh ngingetin kamu, taruh bajunya di keranjang cucian situ dong!" Begitu omelannya yang kadang di balas singkat dan menyebalkan seperti loh tadi udah aku taro disana! Loncat kali, yang, bajunya?
Anya cuma bisa geleng-geleng kepala. Mau marah berkepanjangan pun nggak bisa lagi kalau sudah liat Damar anteng menghabiskan waktu bersama Yumnaa. Mereka bisa cuma duduk berdua, lalu main coret-coret kertas dengan hasil abstrak alakadarnya, tapi tetap terlihat asik dan bahagia. Nggak perlu lah jauh-jauh ke taman bermain, di rumah sama ayah pun Yumnaa sudah merasa cukup bahagia.
Oh dan sekarang, mari masuk ke bagian yang membuat Anya belum merasa jadi ibu yang sepenuhnya baik untuk keluarga dan terlebih anaknya. Kalau sudah ingat ini, Anya bisa galau berjam-jam. Mungkin bagi orang masalahnya sepele, tapi tidak untuk Anya: mungkin aku terlalu terbawa perasaan, tapi aku sedikit iri dan sedih kalau tahu Yumnaa lebih dekat ke Damar dan lebih senang menghabiskan waktu bersama dia. Aku? Sebagai ibu yang takdirnya harus membagi waktu antara keperluan rumah dan kerja, bisa apa? Oh, bisa sedih kalau liat Yumnaa asik main sama ayahnya. Dan aku cuma bisa nonton video yang dikirim mereka.
Masalah jadi ibu rumah tangga sekaligus wanita karir memang sudah ada dari lama. Apalagi seiring dengan berkembangnya jaman, rasanya jadi lumrah ada seorang istri plus anak bisa satu atau dua tapi dia masih tetap kerja. Untuk ini, kadang uang bukan hal yang dicari, walau ada sebagian besarnya yang ingin membuktikan bahwa perempuan bisa berdiri sendiri dan bahkan menyaingi lelaki. Tapi biasanya pun ada yang hanya ingin berkarir. Yang ingin menggunakan ilmu yang sudah susah didapat mati-matian di jenjang pendidikan dulu. Niatnya hanya ingin jadi orang yang berguna. Dan Anya salah satu dari bagian kedua. Anya ingin jadi yang berguna untuk orang lain. Berbekalkan ilmu kedokterannya, kini Anya sudah sukses jadi dokter anak yang dirujuk banyak orang karena kebaikan dan kenyamanannya, bukan sosok menyeramkan yang biasanya jadi musuh anak kecil diluar sana. Ya walaupun ada aja, sih, anak kecil yang nangis kalau liat seseorang pakai jas putih.
"Ke dokter Tanya aja, baik, enak konsulnya, kalo anak kenapa-kenapa pun dokternya nggak bikin panik kita orang tuanya."
Anya dielu-elukan banyak pasiennya. Tapi entah mengapa, dirinya sendiri selalu memikirkan hal yang berbanding terbalik dengan apa yang sudah dia dapat: mengurus anak orang bisa, tapi nggak pernah punya waktu banyak untuk mengurus anak sendiri.
Dan disaat itulah perasaan jelek itu muncul lagi. Anya iri sama mas Damar yang jam kerjanya sangat fleksibel. Perusahaan tempat dia bekerja membolehkan Damar kerja dari rumah. Tim kerjanya memberikan Damar keleluasaan untuk mengambil jadwal acara sendiri. Dan jadinya, dia lebih banyak menghabiskan waktu dirumah. Selama apapun di ruang kerja, akan sangat mudah untuk dia keluar ruangan dan ketemu Yumnaa lagi main sama mbak Tini di ruang tivi. Kalau Anya? Anya jauh. Jarak rumah sakit ke rumah nggak dekat. Belum lagi ada praktek di klinik. Dan kadang dapat jadwal jaga malam.
Bukan maksud hati mau mengeluh. Tapi Anya cuma merasa butuh untuk bisa lebih menata waktu dan menata perasaannya sendiri kalau sesampainya di rumah lihat Yumnaa dan ayahnya sedang asik berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
the diary of everything
Romancethey said, an apple a day keeps the doctor away. i dont like apples. a damarstories 2.0 || updates once a week