Percaya lah bangun pagi dibarengi mual yang mengaduk-aduk isian perut itu rasanya nggak enak. Baru tadi malam terpenuhi keinginan untuk makan kwetiaw goreng, sampai bela-belain menunda makan malam karena harus nunggu pesanan datang. Eh paginya semua tinggal kenangan. Ditambah drama terhuyung-huyung menuju kamar mandi karena masih ngantuk tapi harus secepat mungkin mengeluarkan apa yang sudah berkumpul diujung tenggorokan.Aduh, caramu bangunin ibu, dek..
"Selamat ya bu dokter Tanya, kamu isi lagi."
Kemarin, setelah terbangun dari pingsan yang kerjadiannya sangat tidak terduga itu, Anya diberi kabar manis oleh rekan kerjanya di rumah sakit. Kepalanya masih sedikit pusing tapi dia yakin kalau apa yang diucap temannya itu bukan gurauan.
"Nih, coba cek lagi deh kali perkiraan aku salah." Sebuah alat tes kehamilan diberikan ke Anya. Dia nggak menolak, kotak itu dia bawa dan langsung permisi sebentar untuk membuktikan apakah Anya benar hamil atau tidak.
Dejavu, dulu Anya juga pernah begini, diam lama di kamar mandi menunggu hasil tes kehamilan, apakah garisnya satu atau berubah dua. Rasa pusing di kepalanya kini berganti jadi kegelisahan tingkat dewa sampai keringat dingin mengucur dari dahinya.
"Nya? Udah belum?"
"Sebentar." Jawabnya.
Pelupuk mata Anya sudah dipenuhi gumpalan airmata saat ada dua garis muncul di alat tes yang dia gunakan tadi. Rasa haru, bahagia, semuanya berkumpul menjadi luapan emosi yang membuat sesak dadanya. Ingin rasanya Anya teriak, berjingkrak, menari-nari, tapi takut nanti malah terjadi sesuatu karena kecerobohannya sendiri. Jadi yang Anya lakukan saat itu, yang paling penting sebenarnya, adalah bersyukur. Berkali-kali ia berterimakasih, berkali-kali juga ia berjanji akan menjaga titipan-Nya dengan sepenuh hati.
"Saya hamil, Tini."
Setelah memaksakan diri untuk kembali menangani beberapa pasiennya yang masih setia menunggu. Anya akhirnya pulang juga ke rumah disambut Yumnaa yang sibuk dengan buku-bukunya. Hatinya menghangat dan untuk kesekian kalinya, Anya terharu lagi. Yumnaa akan punya adik. Iya, si gadis kecil yang sedang terhanyut dalam buku cerita bergambarnya itu akan jadi seorang kakak perempuan untuk adik kecil yang genap berumur dua minggu didalam perut ibunya.
"Jadi kemungkinannya kamu udah isi dari sebelum liburan, atau pas liburan. Kamu nggak cek tanggal datang bulan emangnya, ya?"
Anya menggeleng kepala, lupa, nggak sadar juga dia sudah telat dari jauh-jauh hari.
"Hmm, emang dasar. By the way, selamat ya bu Damar, semoga kehamilannya sehat terus. Bagi-bagi dong tips tokcer gini, Nya."
Anya nggak tahu harus kasih tips apa, yang Anya tahu cuma Damar memang gemar berusaha. Jadi mungkin inilah jawaban dari segala doa dan usahanya.
"Ibu serius, bu?" Tini terkejut saat Anya memberitahu dia sebuah kabar bahagia. "Ya Allah ibu, Alhamdulillah! Selamat ya bu." Soraknya.
"Tapi jangan bilang bapak dulu ya, Tin. Nanti kalo dia kroscek ke kamu, bilang aja ibu masuk angin. Bilang sudah kamu obatin juga biar kamu dapet ijin pacaran sama Dayat."
"Ih ibu mah!"
Anya tergelak melihat Tini tiba-tiba merona pipinya. Dayat, nama aslinya Hidayat, dia kurir dari minimarket depan komplek rumah yang gosipnya suka sama Tini. Lucunya hubungan Dayat dan Tini terhalang restu Damar. Si bapak satu ini seringkali menggagalkan usaha Dayat mendekati Tini. Ceritanya jadi kayak Damar ini bapaknya Tini, ya.
Baru seminggu kemarin, waktu pulang liburan, Dayat tiba-tiba ada didepan rumah untuk membantu Damar menurun-nurunkan koper bawaan. Damar sudah tahu maksud dan tujuan Dayat tiba-tiba ada disitu padahal nggak ada yang minta tolong juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
the diary of everything
Romancethey said, an apple a day keeps the doctor away. i dont like apples. a damarstories 2.0 || updates once a week