ketigabelas

2.3K 342 93
                                    

           
Apa sih yang biasanya bikin semangat pulang ke rumah setelah seharian menghabiskan waktu di kampus atau ngantor? Makan masakan mama, tiduran di kasur, bermalas-malasan sambil pakai selimut, dengerin lagu, main handphone terus ketiduran. Gitu ya paling?

Dulu Anya dan Damar sempat mengalami masa itu. Masa dimana semangat pulang ke rumah buat mandi dan ganti pakaian pakai baju yang lebih santai, lalu setelahnya ya geletakan di tempat tidur, atau di ruang tivi sambil memeluk toples berisikan keripik atau kue kering, tangan satunya sibuk memindah-mindah channel cari acara yang layak ditonton.

Tapi sekarang, alasan pulang itu sudah ganti jadi sepasang bola mata besar, seutas senyum yang paket lengkap sama lesung pipi, tangan mungil yang terbuka lebar serta pekik bahagia si kecil yang berlari ke pintu saat dengar suara mobil berhenti tepat di depan rumahnya.

"Bibu, yayah!" Serunya sambil jingkrak-jingkrak dan ketawa.

Yumnaa, sekarang anak kecil nan gembil ini lah yang selalu jadi alasan semangat pulang kedua orang tuanya. Kadang selelah apapun, kalau sudah sampai rumah terus lihat si kecil rasanya semua capek itu melebur dan langsung semangat lagi. Seperti Damar saat ini contohnya, sepegal-pegalnya habis perjalan pulang, dia masih bisa mengangkat si kecil di pundaknya lalu lari-lari didalam rumah, ceritanya Yumnaa lagi dibawa terbang sampai dia tergelak puas.

"Yumnaa kangen yayah sama bibu, nggak?"

"Iya, kangen!" Katanya sambil centil. "Yayah mainan baru Yumi, mana?"

"Yah, anak ayah kangennya karena pengen oleh-oleh nih!" Damar menggelitik Yumnaa sampai si kecil itu terkulai lemas diatas tempat tidur. Suara tawanya ramai mengisi suasana sore yang teduh.

"Ampun dulu. Ampun yayah, gitu."

"Nggak mau." Yumnaa nggak mau kalah dari ayahnya, "Bibu tolongin Yumi." Dia tertawa lagi. Kali ini dibarengi nafasnya yang mulai terpenggal-penggal karena capek ketawa terus.

"Udah yuk sayang udah sore mesti mandi kamu, nih. Yuk mandi dulu sama ibu."

"Aku apa Yumnaa, nih, yang, yang di mandiin?" Sahut Damar iseng yang dibalas langsung dengan cubitan di pipi.

"Bener-bener ya." Anya geleng-geleng kepala.

"Bener-bener yaa." Yang ini Yumnaa, dia meniru perkataan ibunya. Segala pakai gerakan jari telunjuk dan satu tangan di pinggangnya, persis seperti ayah kalau lagi marah.

Keluarga kecil itu tertawa lagi. Dan ternyata memang benar ya bahagia itu kadang nggak perlu pakai uang. Bahagia disini berarti bahagia yang sederhana, karena kalau mau yang sempurna ya tetap mengikutsertakan uang. Tapi buat yang sekarang, begini saja sudah cukup. Seperti dua orang tua dibuat tertawa oleh tingkah laku anak kecilnya yang polos.

Itu juga sudah membahagiakan.

Masih dalam konteks bahasan bahagia, kalo ngomongin honeymoon lagi nggak apa-apa, kan, ya? Mumpung itu juga sebuah cerita bahagia. Ya setidaknya untuk Anya, nggak tahu untuk orang lain yang pengen begitu tapi masih belum punya sosok Damar di hidupnya, mah.

By the way, kali ini Anya nggak bingung kalau harus disuruh cerita honeymoon experience. Karena di short trip yang kemarin cukup banyak pengalaman lucu sama Damar. Tapi kalau diceritakan satu-satu nanti membosankan. Anya cuma mau cerita bagian dimana dia menghabiskan waktu dengan jalan-jalan, hand in hand sama Damar, udah kayak balik lagi ke masa pacaran dulu. Cuma berdua, nggak ada buntut yang biasanya harus dikejar-kejar karena kelincahannya kabur dari pengawasan orang tua.

the diary of everythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang