Damar sudah menginjakkan kakinya di rumah orangtua Anya. Beberapa sanak saudara sudah menyadari Damar ada disana, satu dua anak kecil mulai mendatangi si om baik itu untuk salam dan bercerita dengan semangat "Om! Tante Nyanya ada di dalem sama Yumi!" Yang Damar balas dengan iya, selebihnya dia berpikir pasti tadi Anya susah payah cari alasan buat jawab pertanyaan kemana perginya si suami sampai nggak bisa datang ke acara keluarga begini.Tapi tenang, Nya, suamimu sudah disini sekarang.
"Yayah!" Si kecil Yumnaa datang sambil membawa boneka Little Pony barunya. Dia langsung memeluk kaki si ayah sebelum akhirnya digendong dan diajak untuk menyapa beberapa saudara disana.
"Baru datang, Mar." Sapa seorang saudara.
"Iya, wa, tadi ada urusan dulu." Damar tersenyum tulus, seakan urusannya itu benar ada dan penting. Padahal pulang ke rumah orangtua, dan curhat sama bapak. "Anya, mama sama papa dimana ya, wa?"
"Ada didalem tuh, tadi sih sibuk katanya mertuamu itu harus ke kebun teh padahal ini acara dia ya." Lawan bicara Damar ini tertawa. Setelah basa-basi, Damar pamit untuk menemui Anya dan mertuanya di ruang lain.
"Bibu! Ini Yayah!" Yumnaa yang teriak dengan hebohnya sampai yang lain tertawa, dan jelas si ibu Anya langsung balik badan dan senyum lega saat Damar ada disana, lengkap sambil menggendong Yumna yang lagi pamer boneka barunya.
"Mas, udah selesai kerjanya?"
Damar cuma mengangguk lalu mencium dahi istri. "Mama sama papa mana, Nya?"
"Mama ada tuh, kalau papa lagi siap-siap mau ke kebun, tadi ditelfon sama yang jaga disana katanya ada lahan yang kebakaran."
"Sekarang banget berangkatnya?"
"Iya, ini lagi nungguin supir kantornya barangkali bisa nemenin, tapi belum ada jawaban terus katanya. Kamu udah makan belum, mas? Makan dulu, yuk?"
Seperti kumpul keluarga pada umumnya, biasanya 'ngumpul'-nya cuma lima menit, buat tiup lilin kalau acaranya ulangtahun, atau potong tumpeng kalau acaranya selamatan. Sisanya ya begini, kumpul yang masing-masing. Ada yang di teras, ada yang di ruang tamu, ada yang nonton tivi, ada juga yang di kamar, biasanya anak muda lagi curhat atau ibu-ibu yang mau menidurkan anaknya di jadwal tidur siang. Tapi, dari sekian banyak macamnya, yang menantang maut ya cuma Damar seorang.
"Biar saya yang temenin papa ke kebun."
Pernyataan yang datangnya tiba-tiba itu lantas membuat kaget Anya dan mama. Punya rencana apa si menantu ini, kira-kira?
"Mas, yakin?" Anya berbisik pelan setelah menarik Damar untuk ngobrol serius berdua saja. Anya ragu, sudah pasti. Karena ini menyangkut papa dan suaminya, yang dia sendiri tahu jelas bagaimana hubungan keduanya. Mirip lah sama serial kartun Tom and Jerry.
"Yakin lah, Nya. Emang kenapa? Kasian papa masa berangkat sendiri."
"Ya tapi kan.."
Damar mencium Anya sekilas, "Udah ya, bu, jangan khawatir. Lagian ini kesempatan buat aku ngobrol sama papa. Kamu pengen kan liat aku sama papa bisa akur?"
Anya mengangguk. Memang iya pengen, sih, tapi tetap saja khawatir. Gimana kalau nanti papa nggak henti-hentinya menyerang Damar? Dan gimana kalau papa menganggap semua ini cuma cari muka padahal Damar memang dengan senang hati mau mengantar beliau?
Untuk bagian ini, rasanya harus berterima kasih sama bapak, karena tadi sempat menasehati Damar untuk mengecilkan volume egonya untuk orang lain. Buktinya kali ini Damar benar mau melakukan itu demi hubungan dirinya sama papa dan tentunya demi Anya.
KAMU SEDANG MEMBACA
the diary of everything
Romancethey said, an apple a day keeps the doctor away. i dont like apples. a damarstories 2.0 || updates once a week