Beauty In the Landscape

661 45 0
                                    

Sakura POV

Sudah tiga minggu sejak aku mengunjungi Itachi-nii (dia memaksaku untuk memakai panggilan itu). Keadaannya sudah jauh lebih baik, tanpa lingkaran hitam di matanya, tanpa pandangan kosong, dan tanpa tubuh kurus seperti seorang anorexia. Sasuke sangat berterima kasih kepadaku hari itu. Entah kenapa aku merasa sangat bahagia akan diriku yang dipuji olehnya.

Dan dia membuatku semakin mencintainya.

Iruka-sensei yang sedang menjelaskan pelajaran bahasa Jepang tak kuhiraukan. Pandanganku lebih memilih menonton Sasuke yang bermain basket di lapangan melalui jendela. Aku bersyukur duduk di pojok belakang. Pemandangan seorang Sasuke yang berkeringat di bawah sinar matahari membuatku merona seketika.

Shit, apa yang kau pikirkan Sakura?

Aku menundukkan kepalaku, menghindari menatap pemandangan indah disamping. Sambil tersenyum-senyum sendiri seperti orang gila, hingga membuat Ino menatapku aneh.

"Haruno-san, baca lanjutannya."

Sontak aku terperanjat. Iruka-sensei tengah menatapku, dengan susah payah aku meneguk ludah. Dasar pesona Uchiha. Gara-gara hal itu aku mendapat masalah sekarang. Bahkan semua orang menatapku dengan pandangan remeh sambil terkekeh pelan.

"Baiklah, Haruno. Segera bersihkan taman belakang. SEKARANG JUGA!"

Mendengar hal itu aku langsung berdiri.

"Ha'i"

Iruka-sensei sangat mengerikan saat marah...

##

Dan disinilah aku.

Menyiram tanaman-tanaman indah dan mencabuti rumput liar di sekitarnya. Pekerjaan ini membuatku lebih lelah dibandingkan mengerjakan soal matematika. Pada kenyataannya, musim gugur yang membuat daun-daun menutupi daerah pijakan memaksaku untuk membersihkannya.

Aku terus menggerakkan garpu taman berkarat untuk mengusir daun-daun kekuningan yang menutupi jalanan. Angin masih berhembus lembut mengayun dirinya diantara atmosfer udara. Menerbangkan beberapa helai daun yang terpaksa harus kubersihkan lagi dan lagi.

Aku mengeluh pasrah, sebagian besar telah selesai kukerjakan. Percuma saja, butuh waktu lama untuk membersihkan taman dalam musim gugur.

Perlahan kuseret kakiku yang lelah ke bangku taman. Memandang landscape vintage yang misterius. Mata emeraldku hanya melamun. Dihujani oleh dedaunan kering, serta menikmati alunan angin dan damainya kicauan burung. Ragaku mencoba untuk menenangkan diri.

Mengingat kejadian malam tadi yang sangat mengguncang batinku.

Sakura memasuki rumahnya. Namun apa yang dia lihat sangat berbeda. Beberapa barang pecah dan tak berada di tempat yang semestinya. Hatinya mencelos melihat apa yang terjadi, apakah ada perampokan? Kerja sambilan membuatnya harus pulang akhir-akhir ini, sehingga terkadang tak ada siapapun di rumah.

Ia menoleh ke kanan dan kiri. Mencari-cari ibunya. Memanggilnya berkali kali, namun tak ada jawaban maupun sahutan. Sekacau apapun hubungan mereka, ibunya pasti akan menyahut panggilannya. Namun malam ini terasa aneh dan janggal.

Kakinya terus melangkah menuju kamar sang ibu. Mungkin saja ibunya sedang tertidur atau di kamar mandi.

Namun apa yang dilihatnya bukanlah sesuatu yang bagus. Bahkan jauh lebih buruk.

Ibunya pingsan dengan rembesan darah di kepalanya.

Aku menghela nafas. Seolah semua hal yang terjadi begitu berat untukku. Dan kini aku masih memikirkan bagaimana caranya menjenguk ibu di rumah sakit. Entahlah, walaupun aku membencinya, aku masih merasakan perasaan yang sama seperti saat kecil dulu. Aku merindukan masa itu. Waktu dimana aku tak tahu apa-apa tentang semua hal rumit dan menyedihkan. Saat aku masih tertawa bahagia bersama kedua orangtuaku yang sama sekali belum berpisah jauh.

True, This Is My Feelings...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang