Kaki jenjang yang setengahnya tertutupi oleh rok sekolah itu berjalan dengan ragu, seolah di dalam pikirannya terlintas ketakutan dan kekhawatiran secara bersamaan. Gadis itu mengaca-acak rambut gulalinya, mencoba untuk membuang perasaan aneh itu.
"Permisi, saya ingin mengunjungi Haruno Mebuki, dimanakah ruangannya?" Sakura bertanya kepada resepsionis rumah sakit.
"Ah, Nyonya Haruno ada di kamar VVIP no.2. Apakah anda keluarganya?"
"Y-ya, saya putrinya."
Perawat itu tersenyum, "kalau begitu, semoga kunjungan anda menyenangkan."
Sakura tersenyum dan melangkahkan kakinya meninggalkan lobi. Menuju kamar yang dimaksud. Ia tak pernah membayangkan akan menemui ibunya. Ia terlalu takut untuk berjumpa dengan orang yang ia benci dan cintai disaat bersamaan. Saat sampai dedepan pintu kamar itu, matanya hanya menatap benda datar itu gugup. Menimbang-nimbang kembali keputusannya untuk masuk.
Dengan gemetar, ia mengangkat tangannya, membuka pintu. Tangan kirinya meremas erat barang bawaannya.
'Baiklah, cukup buka saja, Saki. Kau pasti bisa!'
"Pe...permisi..."
Sakura mengintip kedalam kamar, matanya menelusuri isi ruangan itu.
Terlihat seorang wanita paruh baya yang sedang menatap keluar jendela. Kepalanya menoleh kearah suara yang memanggilnya barusan.
Sakura, dengan sekuat tenaga menepis rasa gugupnya kemudian masuk kedalam. Ia duduk disamping ranjang, ada kursi kosong disana. Menatap punggung tangan ibunya yang diinfus.
Ia meletakkan bungkusan yang ada ditangannya ke atas meja kecil di ranjang yang memang khusus untuk tempat makan pasien (minna pada tau kan?). Membuka ikatannya dan tutup kotak makanan itu. Didalamnya ada telur gulung, onigiri, udang, salad, dan sekepal nasi. Sakura bahkan tak mengerti kenapa ia bisa dengan tidak menyadari bahwa ini terlalu aneh untuk membuat makanan yang ditujukan kepada orang yang kau benci. Baiklah, Sakura mulai tak mengerti dengan pemikirannya.
"A..aku membuat makanan untuk ibu, aku tahu ibu butuh banyak nutrisi karena dokter yang mengatakan bahwa ibu juga kelelahan. Ja, jadi, kalau ibu berkenan, tolong dimakan."
Sakura menggigit bibir bawahnya, kali ini entah mengapa Ia merasa bagitu tsundere. Haha, ini lucu, Sakura bukanlah tipe orang yang bisa seperti ini.
Bunyi sumpit yang menyentuh permukaan tempat makanan itu membuyarkan rasa gugupnya. Ibunya memakan makanan buatannya. Dan tampak raut bahagia di wajah sang ibu. Mau tak mau, Sakura tersenyum manis.
Setelah beberapa menit, akhirnya makanan itu tandas. Sakura masih terdiam disamping ranjang tanpa berkata apa-apa.
"Arigatou, Sakura-chan."
Sakura mendongak, menatap sang ibu yang menunduk.
"Kaa-san hanya bisa membuatmu menderita, Kaa-san tahu kau membenci Kaa-san yang telah mengabaikanmu selama ini."
Sakura terhenyak, matanya mulai berair.
"Seharusnya Kaa-san tidak menyia-nyiakanmu. Kau tumbuh menjadi gadis yang baik hati, dan Kaa-san tahu itu. Namun apa yang Kaa-san rasakan sejak kematian Tou-san mu membuat Kaa-san tak dapat berpikir jernih. Kaa-san merasa sangat kehilangan sehingga tidak dapat memperhatikanmu."
"Kaa-san..." Sakura menggenggam tangan ibunya. Hingga Mebuki menoleh ke anak semata wayangnya itu.
"Aku tahu Kaa-san merasa kehilangan setelah kematian ayah. Dan aku baru menyadari bahwa kaa-san tidak ingin menangis karena tidak ingin aku melihatmu begitu lemah. Maafkan aku juga yang membencimu selama ini. Aku menyayangimu, Kaa-san."
Dengan berurai air mata, akhirnya Mebuki memeluk erat tubuh putrinya. Sore yang hangat menggambarkan hari itu dengan penuh makna.
Ya, bukankah takdir memang selalu menjadi misteri?
##"Sasuke.."
Pria emo yang dipanggil oleh kakaknya itu menoleh, mendapati Uchiha Itachi yang sedang berjalan menuju sofa tempat ia duduk.
"Bagaimana kabarmu?"
Sasuke tersenyum simpul, "kau menanyakannya seperti baru kembali dari perjalanan bisnis."
"Aku akan melakukannya juga, kau tahu? Hasil belajarku membuat ayah ingin merekrutku di perusahaannya."
"Syukurlah, aku turut bahagia untuk itu."
"Arigatou."
Mereka terdiam sebentar. Menatap vas bunga minimalis di tengah meja.
"Sasuke..."
Sasuke menoleh menatap mata hitam sang kakak yang intens.
"Apa kau baik-baik saja dengan semua ini?"
Sasuke mengernyit, apa maksudnya?
"Aku tahu kau sangat membenci ibu. Apa kau baik-baik saja dengan kedatangannya?"
Mendengar nama itu membuat rahang Sasuke mengeras. Raut wajahnya berubah sedikit demi sedikit menjadi kebencian.
"Bisakah kau tidak menyebut namanya sekarang?"
"Apa itu menyinggungmu?"
"Apa kau tidak melihat wajahku?"
Itachi memandang Sasuke yang membuang pandangannya. Ia tahu Sasuke sangat membenci ibu mereka. Namun, apa yang dilihatnya hari itu membuka pikirannya tentang apa yang terjadi. Itachi juga tidak terlalu mengerti mengenai semua hal yang terjadi. Pertengkaran, dan perselisihan yang ada memutar otaknya untuk berpikir realistis tentang sesuatu yang dilewatkan.
Ada sepotong puzzle yang hilang di teka teki ini. Tapi Itachi tahu bahwa bukan ibunya yang harus disalahkan.
"Kurasa dia tidak sejahat itu."
"Dan kini kau membelanya?"
"Aku tidak pernah membela seseorang yang bersalah, Sasuke."
Dan kini kedua onyx itu beradu.
"Apa maksudmu?"
"Apakah kau merasa ayah akan mengizinkan ibu pulang jika dia memang salah?"
"Kurasa tidak."
"Pikirkanlah, Sasuke. Jangan memandang semuanya sebelah mata."
##"Kau sudah mendapatkannya?"
"Ya, Tuan."
Dua orang bertubuh besar itu memberikan sebuah tas jinjing kepada seorang pria yang telah menunggu mereka.
"Bagus, ini bayaran kalian."
"Terimakasih, Tuan."
Dua orang itu pergi, meninggalkan pria tersebut sendirian di ruangannya.
Ia menatap sebuah pigura kecil di nakasnya. Seorang gadis berambut pink yang tersenyum dengan latar belakang taman bunga.
Pria itu tersenyum. Membelai lembut foto itu.
"Sebentar lagi, tunggu aku, Sakura..."
To be continued...
Hai hai Minna! Maafkan author yang updatenya terlalu lama *plak!
Akhir kata, vote this chapter and hope you like it!
And also arigatou gozaimasuuu for the votes Pedang_Kusanagi rizukahasan DhinDasta @yinglid @theowl @dita_aprili etc. (Gua gahapal😂😂jadi maaf yg tak disebutkan😄)
Phlegmatics-chan
KAMU SEDANG MEMBACA
True, This Is My Feelings...
FanfictionHei, siapa sangka aku bertemu denganmu? Hingga tiba-tiba aku terjebak dalam pandangan itu, Walaupun aku tahu, kau sangat sulit untuk kugapai, Namun, apa artinya jika aku hanya berdiam diri? Karena inilah apa yang kurasakan... AU, sasusaku fanfiction.