Sasuke- POV
Pernahkah aku membayangkan hal ini akan terjadi? Tidak, bahkan aku tak akan pernah menduganya. Namun seperti kata Nii-san, manusia layaknya campuran nafsu kebahagiaan dan penderitaan. Yang artinya mereka bisa sangat menginginkan kebahagiaan walaupun dengan penderitaan orang lain. Dan kenyataan itu memang benar adanya bahwa makhluk berotak ini sangatlah brengsek.
Bisa dikatakan bahwa akulah korban dari kebiadaban manusia, namun Tuhan sepertinya belum mengizinkanku untuk menderita sekarang. Seorang pria yang aku tahu namanya adalah Sasori Haruno telah menjadi penyelamatku. Aku tak tahu apa motifnya, tetapi karenanya aku bisa berlari seperti sekarang.
Kami berdua melintasi jalan yang tersirami oleh cahaya senja kebiruan. Dan Sasori sama sekali tidak mengabaikanku dalam pelarian ini, dia selalu bertanya apakah aku baik-baik saja atau apakah aku kelelahan. Dia bahkan meminjamkanku jaketnya dan saat kutanyakan mengapa, Sasori hanya bilang agar aku tidak kedinginan.
"Sedikit lagi, kau masih kuat?" tanyanya di sela-sela nafas yang tak teratur.
"Ya, aku masih kuat."
Kami membelok ke sebuah tikungan sepi dengan barisan pohon-pohon mahoni dan terduduk di salah satunya. Mengatur nafas dan menyandarkan diri ke batang pohon yang kokoh, dan tanganku yang basah mengusap rambutku yang telah berantakan.
"Hei."
Sasori menoleh menatapku dengan mata lelahnya.
"Bolehkah kutanya? Kenapa kau menyelamatkanku?"
Sasori sejenak terdiam.
"Kau tak akan percaya." pernyataan singkatnya membuatku mengerutkan dahi.
"Apa maksudmu?"
"Ini karena kesalahanku."
"Kesalahan apa?"
"Kesalahanku yang menyebabkanmu seperti ini."
Aku semakin bingung dengan apa yang Sasori katakan, kesalahannya? Apa hubungan Sasori dengan semua ini?
"Akulah yang membuatmu diculik. Aku yang menyusun semua ini."
Mulutku membuka tak percaya. Aku tak pernah menyangka akan semuanya akan bertambah rumit. Seseorang yang menjadi dalang penculikanku adalah orang yang ada di hadapanku, orang yang sedang duduk di depanku dengan matanya yang menatapku antara merasa bersalah dengan kesungguhan yang serius. Seolah menunjukkan padaku bahwa apa yang dikatakannya adalah kebenaran dan fakta yang tak terelakkan.
Namun aku tak sanggup melimpahkan amarahku padanya. Entah apa yang menahanku untuk melakukan itu. Aku tak mengerti.
"Tapi aku menyadari semuanya."
Menyadari apa?
"Semuanya karena rasa cintaku kepada Sakura. Obsesiku untuk mendapatkannya dengan cara apapun, bahkan sampai mengorbankan dirimu untuk semua ini. Aku mencintai Sakura lebih dari rasa sayangku sebagai seorang kakak. Aku mencintainya seperti pria yang mencintai wanitanya. Bahkan mungkin sepertimu yang mencintai Sakura."
Aku terpana. Sesuka itukah dia kepada Sakura? Meskipun dia adalah kakak sepupunya?
"Namun Sakura hanya menganggapku sebagai seorang kakak. Dia tak pernah mencintaiku. Aku tak terima dan marah. Semua itu membuatku buta hingga aku meyusun rencana untuk menculikmu.
"Aku meminta bantuan Deidara, teman lamaku. Aku menyadari itu adalah kesalahanku meminta bantuan kepada seseorang yang berbahaya sepertinya."
"Berbahaya?"
"Deidara bukanlah laki-laki biasa. Dia seorang psikopat gila. Dan dia bisa membunuhmu kapan saja."
"Astaga... Kau membuatku dalam keadaaan yang berbahaya ini hanya karena kau mencintai Sakura? Hanya karena kau ingin merebutnya dariku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
True, This Is My Feelings...
FanfictionHei, siapa sangka aku bertemu denganmu? Hingga tiba-tiba aku terjebak dalam pandangan itu, Walaupun aku tahu, kau sangat sulit untuk kugapai, Namun, apa artinya jika aku hanya berdiam diri? Karena inilah apa yang kurasakan... AU, sasusaku fanfiction.