Chapter 4: Traumatic

12.3K 1.1K 76
                                    


┏━━━━━❂❂━━━━━┓
trau·mat·ic
emotionally disturbing or
distressing.
┗━━━━━❂❂━━━━━┛

┗━━━━━❂❂━━━━━┛

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Your POV.·★

Aku berlari ke dalam hotel dengan cepat. Aku melewati sistem pengamanan, lalu masuk ke dalam lobby hotel. Aku menuju ke dalam lift. aku melihat sekumpulan orang berbondong-bondong mengantri lift didepanku. Suasananya sangat kacau. Ayo, cepatlah!

Ini sudah terlalu lama. Aku melihat sekitarku, aku menemukan pintu tangga darurat tepat di belakangku. Aku segera menyelip masuk kesana, selagi orang-orang sibuk mengantri lift.

Aku mulai menaiki tangga. Ayo cepatlah! Aku melewati papan yang bertulis lantai satu. Tinggal 2 lantai lagi! Aku mempercepat langkahku. Kakak, tunggu aku sedikit lagi!

Bruukk!

Ah, sialan! Aku terpeleset. Aku tidak melihat ada papan yang terpasang menandakan lantainya masih licin. Ow! Aku tidak bisa berdiri! Tulang punggungku mengenai ujung tangga. Aduhhh, sakit sekali!

Aku masih terlentang di posisi yang sama. Badanku sakit semua. Aku tidak bisa menggerakan anggota tubuhku. Ya Tuhan, bagaimana nasibku ini?

Aku menunggu sampai sakit di punggungku sedikit menghilang. Beberapa waktu kemudian, aku mulai bisa menggerakkan tubuhku kembali.

Akhirnya! Tapi tetap saja badanku masih sakit. Apalagi punggungku. Aku berdiri kembali dan berdiam diri sebentar. Aku mencoba menstabilkan diriku.

Setelah itu, aku berjalan pelan-pelan menaiki tangga sampai ke lantai tiga. Aku kapok berlarian di tangga. Sambil menahan rasa sakit, aku membuka pintu lantai tiga.

Aku harus berjalan lagi dari sini. Aku terus mengikuti papan petunjuk. Sampai akhirnya aku tiba di depan kamarku, nomor 357.

Aku mengetuk pintu kamar, tetapi tidak ada suara. Aku mulai mencari kunci kamarku. Di mana kunci kamarku? Aku mulai panik. Masa aku meninggalkan kunciku di jaketku? Tidak mungkin! Aku merogoh celanaku dan menemukan kartu kamar hotel. Fiuhh... untung aku tidak meninggalkannya bersama si brengsek itu.

Aku membuka pintu kamar hotel. Aku masuk dan disambut oleh kakakku yang masih sakit. Ia berbaring di ranjangnya. Lemas dan tidak berdaya.

Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan dengannya. Maaf kak. Aku meninggalkan kresek yang berisi obat penurun panas di mobil pria brengsek itu.

Aku memegang dahinya. Rasa panas langsung terasa di tanganku. Aku merasa bersalah. Seharusnya, aku tidak melewati jalan tercepat yang direkomendasikan Google map. Jika aku tidak melewati jalan itu semua masalah ini pasti tidak akan terjadi.

Oh, tunggu! jangan-jangan... Aku merogoh kantong celanaku dan menemukan kresek berisi obat untuk kakakku. Kelihatannya bakatku menjadi pesulap.

My Possessive & Protective Husband ❖Jungkook x readerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang