4k words.
Dari komen2 di chapter lalu, mari kita lihat "doa" siapa yang dikabulkan.
-;-
29
: d e k l a s i f i k a s i :
2018
Selepas merapikan diri di kamar mandi, Aksel segera mendatangi ballroom hotel tempat pernikahan digelar, kemudian matanya mencari seorang gadis yang sedari tadi - sedari dulu - membuat otaknya penuh: Virga.
Di meja VIP, gadis itu sedang asyik bercengkerama dengan Zega yang berada di pangkuan Satya. Bergegas, Aksel berjalan cepat ke sana dan menarik tangan Virga, segera menyeretnya menjauh dari ballroom, menimbulkan pekikan dan kebingungan. Virga mengaduh pun tak Aksel indahi. Hingga akhirnya tangan Aksel dilepas dari Virga secara tiba-tiba, Aksel berbalik dan menemukan Mahesa yang menatapnya dengan serius.
Aksel melotot, hendak menyalak, tetapi segera dibungkam dengan tatapan tajam Mahesa yang berwajah dingin. "Begini cara kau perlakukan perempuan, Sel?"
Bibir dan leher Aksel terasa kaku, tak bisa bersuara sesaat. Mahesa mengalihkan pandangan ke arah pergelangan tangan Virga yang memerah, lalu ke wajah Virga yang terlihat bingung sekaligus menahan sakit di tangannya.
Lembut, Mahesa menurunkan tangan gadis itu dari genggamannya, lalu mengelus pundak Virga. "Masih sakit?"
Virga mengangguk kecil. "Tapi, ini nggak terlalu sakit. Aku cuma kaget aja."
Tatapan Mahesa kembali ke arah Aksel. Dia berkata, "Kalau kau mau bicara dengan Virga, tinggal bilang. Tak perlu kau seret-seret dia macam hewan seperti tadi."
Terdiam karena tahu Mahesa benar, Aksel tak menggubris ucapan lelaki itu. Dia melirik Virga, lantas berkata, "Gue mau ngomong empat mata sama lo."
Virga mengerjap. Dia melirik Mahesa, seolah memberi konfirmasi bahwa dia akan baik-baik saja. Setelah menatap Virga dan Aksel beberapa kali dan meyakinkan diri, Mahesa pun mengangguk dan pergi.
Aksel mengajaknya pergi ke suatu bagian hotel yang agak sepi, yakni di tempat-tempat duduk dengan air mancur yang dikelilingi bangunan hotel. Ada tanaman rambat dari kanopi berongga kotak-kotak di atas air mancur. Kanopinya menghubungkan dinding-dinging gedung, menudungi para pengunjung yang ingin duduk-duduk di sana. Terdapat meja kecil dan tempat duduk berupa batu alami yang sudah dihaluskan di sekitar air mancur. Kini, hanya ada dua orang gadis yang sedang duduk di seberang Aksel. Orang yang lewat hanyalah pelayan yang lalu lalang di koridor yang mengelilingi air mancur. Menarik napas, Aksel pun meminta Virga duduk di bangku yang terbuat dari batu.
Dia duduk di seberang Virga, sengaja agar bisa melihat wajah dan ekspresi gadis itu nanti sepanjang dia bicara. Setelah melihat Virga menyilangkan kaki, menegapkan punggung dan menunggunya bicara, Aksel pun berkata, "I have something to tell you."
Mata Virga setengah terpicing, terlihat penasaran. "Apa?"
Aksel memejamkan mata. Dia berusaha menenangkan diri dengan mendengarkan suara air mancur beberapa saat. "Virga," ujarnya, lalu membuka mata, "I love you so much it hurts."
Virga membisu, merasa tubuhnya agak tegang. Kendati dia sudah diberi tahu tentang hal ini oleh Mahesa, mendengarkannya langsung tetap tak mengubah rasa kagetnya. Dia pun membalas, "Is it?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Deklasifikasi | ✓
Romance[Seri Disiden #3] Sebab banyak yang bilang, seorang eligible bachelor yang suka main perempuan seperti Aksel akan berubah begitu menemukan perempuan yang tepat untuk mereka. Copyright: All Right Reserved 2017 by Crowdstroia