Desember, 2024
Ini hanyalah kisah tentang seorang gadis yang membenci waktu.
Waktu memang obat yang paling ampuh untuk menghilangkan sakit dan menyembuhkan luka.Namun, waktu juga mengambil orang yang kita cintai dengan seenaknya.
Tetapi, kita tidak tau bahwa waktu telah memberi lebih banyak sebelum ia mengambil seseorang dari hidupmu.
Ririn yang saat ini sudah berusia 23 tahun menutup hatinya untuk siapapun. Ia menunggu seseorang yang mampu untuk menobraknya dan ia sangat percaya tidak akan ada orang yang mampu.
Ah!
Waktu juga dapat merubah seseorang.
Orang tidak akan pernah sama seperti semalam, kemarin, satu minggu yang lalu atau beberapa tahun yang lalu. Tiap orang pasti berubah. Penyebab tak lain dan tak bukan karena waktu.
Waktu sangat tegas dan disiplin. Ia tidak pernah menghargai pendapat orang. Bahkan, jika kalian menangis darah pun waktu tidak akan mau mendengar kalian.
Waktu terus bergerak tanpa menunggu. Ia terus berjalan dan tidak ingin kembali walau satu detik. Egois bukan?
Ririn menyesap kopi hitam di hadapannya sambil memandang ke arah jendela dimana banyak orang berlalu lalang. Tempat ini adalah tempat favoritnya.
Hanya sebuah cafe yang berada di pusat keramaian. Ia duduk di pojok dekat dengan kaca besar yang dapat melihat seluruh pemandangan yang ada di luar. Jangan lupakan AC yang berhembus menembus tulang-tulangnya.
Dingin. Tetapi, mengapa hatinya terasa hangat? Mungkin, karena kopi panas yang diminumnya. Bibirnya melengkung sedikit dan ia terkekeh pelan.
Sejak kapan ia menyukai kopi? Batinnya tertawa.
Ponselnya bergetar beberapa kali. Mami menyuruhnya untuk cepat pulang. Ia berdecak kesal. Sudah berapa kali Mami berusaha menjodohkannya dengan anak dari teman-teman Maminya itu.
Ia merapikan buku-buku yang berserakan di atas meja dan mematikan laptopnya. Ia sudah menghabiskan tiga jam duduk di cafe ini dan saatnya pulang. Tidak ada pelayan cafe yang berani menegurnya. Siapa yang berani menegur gadis yang tidak memiliki hati?
Baru saja sampai di pintu cafe, seorang laki-laki menabraknya.
Bukan! Itu hanya seorang anak laki-laki yang sering berkeliaran di dalam cafe hanya untuk meminta makanan sisa.
Anak itu meminta maaf dan gadis itu berlalu tanpa menanggapi ucapan anak tadi.
" Ini punya lo?" Tanya seorang laki-laki menghampirinya.
Kali ini bukan anak-anak. Mungkin, seumuran dengannya.
"Lo jatuhin ini beberapa bulan yang lalu dan selama ini gue cari dimana lo tinggal.Tapi, gue cuman tau kalo lo sering disini dan gue mau ngembaliin ini." Ucap laki-laki itu menyerahkan sebuah buku tebal. Tepatnya album foto buatan tangan.
"Nama gue Reyhan Bintang Pratama. Bisa lo panggil Rey. Nama lo siapa?" Tanya laki-laki itu karena gadis di hadapannya hanya menatapnya dengan ekspresi datar.
"Lain kali hati-hati ya, jangan sampai bukunya jatuh lagi" Sambungnya kikuk karena Ririn sama sekali tidak membalas kata-katanya.
"Buku itu emang sengaja gue buang" Ucap Ririn masih datar.
Ririn membuka album foto itu. Ia sudah memutuskan untuk melupakan kenangan menyakitkan itu. Namun, tanpa di duga masa lalu malah datang kembali.
Bayangan tentang masa putih abu-abunya melintas dengan cepat bagai film yang sedang diputar. Persahabatan, cinta, rahasia dan kebohongan bercampur aduk.
Hatinya sesak melihat foto-foto dan kalimat yang tertulis disana. Akhirnya, luka yang selama ini ia tutupi kembali terbuka.
Siapa yang patut disalahkan disini? Ririn membenci waktu. Waktu merebut seseorang yang ia sayang, waktu merubah segala kehidupannya.
Apa kalian membenci waktu? Membenci waktu yang telah merebut seseorang yang kalian sayang? Membenci waktu yang tidak pernah mau kembali?
Jika kalian Sang Dewi Waktu, apa yang akan kalian lakukan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Time Takes Everything
Teen FictionGue benci waktu! Emang dia siapa? Gue mau ketemu dengan Sang Dewi Waktu dan melakukan protes sebesar-besarnya tentang kekuasaannya yang otoriter. Waktu gak pernah mau tau perasaan gue! Egois! Bahkan, kalau pun gue sujud-sujud untuk memintanya mende...