4. Kak Raka

3.1K 179 1
                                    

 "Vit..perasaan gue atau gimana, Kak Raka lagi ngeliat ke arah kita ya?" Tanya gue pada Vita yang ikut menatap Kak Raka.

"..."

" Vita! Gue nanya kok gak dijawab sih?!"

" Kayanya Kak Raka senyumin loh deh, Rin. Balik yuk! Bang Aldi udah jemput tuh. Btw gue pulang bareng lo ya" Ucap Vita menarik tangan gue menuju mobil Bang Aldi.

Gue sedikit kesal karena gue masih mau melihat Kak Raka yang masih tetap menatap ke arah kami dan gue sadar bahwa senyum Kak Raka itu memang super manis.

Setelah di dalam mobil, gue berpikir. Tatapan Kak Raka tadi sedikit aneh. Gue juga gak ngerti. Bukannya wajar kan kalau kita senyum ke orang yang baru kita kenal?

" Bang Aldi... traktir makan dong" Ucap Vita yang duduk di sebelah Bang Aldi, sedangkan gue duduk sendiri di belakang.

" Lo yang bayar ya? Gue lagi bokek"

" Hah?! Ini kan baru tanggal 6 Bang! Masih tanggal muda. Masa udah bokek? Pasti uangnya dipake-"

"Jangan asal nuduh! Gue gak pake beli koleksi bikini kok"

"Bang Aldi koleksi Bikini?" Tanya Vita polos.

Wkwkwk... dasar Abang idiot! Ketahuan tuh busuk lo...

"Eh- kata siapa?" Tanya Bang Aldi.

" Bang Aldi yang bilang barusan" Ucap Vita polos.

" Lo jadi mau makan? Kita makan bakso beranak ya, gue traktir sepuasnya" Ucap Bang Aldi mengalihkan pembicaraan dan membelokkan mobil menuju warung Somad yang memang penjual bakso paling laris di daerah ini.

" Yakin ya Bang sepuasnya? Gue lagi laper loh.." Ucap gue.

" Iya. Sepuasnya." Ucap Bang Aldi.

Untung saja ada meja yang kosong sehingga kami tidak perlu lama menunggu karena pembeli disini cukup ramai apalagi saat jam makan siang seperti ini.

Gue dan Bang Aldi memang sering membeli bakso disini, hanya saja kami sering memakannya di rumah karena tidak mendapat tempat duduk dan hari ini sepertinya hari keberuntungan gue.

" Bang, bayar ya.. gue sama Vita ke mobil duluan" Ucap gue sambil menggandeng Vita. Terdengar Bang Aldi hanya mendenguskan napasnya pasrah.

4 mangkok bakso ditambah dua gelas es kelapa muda dan tiga kerupuk gak bikin lo bangkrut kok bang.

" Udah, Bang?" Tanya gue ketika Bang Aldi duduk di kursi pengemudi.

" Bisa bangkrut gue kalo ketemu sama kalian berdua" Ucap Bang Aldi melajukan mobil.

" Bang, kemarin gue liat ada diskon belanja di gramedia. Diskon novel-novel gitu. Kesana yuk, Bang" Ucap Vita dan Bang Aldi langsung menatap Vita horror.

" Hmm... gue mau kuliah, Vit" Ucap Bang Aldi mengelak.

" Bukannya lo kuliah sore, Bang? Ini kan masih siang" Ucap gue.

" Iya,, tapi dosennya gak ada kalo sore. Jadi, hari ini kuliahnya lebih cepet" Ucap Bang Aldi terus berusaha mengelak.

Dasar Bang Aldi! Akalnya banyak!

" Vit, nanti malam aja sama gue ke gramedia. Lo mau nginep?" Tanya gue.

" Tapi, gue gak bawa baju ganti" Ucap Vita.

" Udah tenang aja, nanti Bang Aldi yang ngambil ke rumah lo" Ucap gue dan Bang Aldi langsung menatap gue tajam.

" Boleh Bang? Gak ngerepotin?" Tanya Vita polos.

" Eng..enggak kok. Lo kan udah abang anggap kaya adek sendiri"

" Rin, sekalian nyari bahan-bahan yang harus dibawa buat ospek besok ya" Ucap Vita.

"Oke"

Gue sama Vita emang deket banget dan Vita juga sering menginap di rumah gue begitupun sebaliknya. Hanya saja, Vita ini tidak memiliki Ayah.

"Papa gue kecelakaan waktu jemput gue sekolah. Papa gue meninggal di rumah sakit dan adik gue udah meninggal di tempat. Plis jangan tanya soal itu lagi, Rin."

Sejak saat itu, gue gak pernah membahas soal ayah di depan Vita. Orang tua gue sangat menyayangi Vita dan mamanya Vita ( gue panggil Tante Anik) sering ke rumah dan membawakan keluarga gue kue yang beliau buat.

Tante Anik harus membanting tulang. Menjadi kepala keluarga sekaligus ibu bagi Vita. Mungkin, itu yang menyebabkan Vita mandiri dan gue nyaman banget bisa sahabatan sama dia.

Vita gak manja kaya teman gue yang lain. Selain itu, dia terlalu polos sehingga beberapa cabe di sekolah sering membully Vita yang gue akhiri dengan aksi jambak-jambakan gue dengan para cabe itu.

" Eh Rin! Nih, nyokap gue nyuruh gue kasih kue ini ke lo" Ucap Vita memberi gue sekotak pie susu buatan mamanya.

"MAKASIH YA, VITA!!"

Tiba-tiba, Bang Aldi mengambil kotak tersebut dan berlari memasuki kamarnya sambil berteriak mengucapkan terima kasih.

"BANG ALDIII!!!!!" Teriak gue kesal karena makanan favorit gue di rebut.

Tante Anik membuka usaha toko kue dan beliau telah memiliki empat cabang di daerah ini. Kadang, gue dan Vita juga ikut membantu walaupun gue gak bisa buat kue, tapi gue bisa menjadi kasir.

Inilah hari-hari gue. Gak perlu banyak teman, cukup satu orang sahabat yang selalu mengisi hari-hari gue.

Demi apapun, gue gak akan pernah mau menukar persahabatan gue dengan materi.

Sebenarnya, sebelum ada Vita, gue punya sahabat cowok. Cuman, dia pindah ke luar negeri saat kami masuk SMP dan gue gak pernah kontakan sama dia.

Gue kesel karena dia gak pernah cerita kalau mau pindah. Jadi, gue gak pernah angkat telepon atau membalas chatnya.

Bahkan, setiap bulan dia selalu ngirimin gue novel karena gue emang suka baca novel. Tapi, dia tau yang gue mau bukan itu.

wLine]><(C

Time Takes EverythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang