Gue Fevita Anatasya. Biasa dipanggil Vita. Ingat ya, gak pake tambahan –L. Kalian pasti tau gue siapa dan apa peran gue dalam hidup Ririn.
Kalian benci gue?
Ya, gue gak akan ngehindari itu.
Gue perebut pacar sahabat gue sendiri. Jahat, bukan?
Gue cewek yang gak tau diri. Benar, bukan?
Tapi, satu hal yang harus kalian tau. Jangan melihat sesuatu dari sudut pandang satu orang. Kalian juga harus melihat sudut pandang dari diri gue.
Kalau gue salah, apa kalian benar? Thinking again.
Gue udah kenal sama Kak Raka sejak kecil. Orang tua kami pun saling kenal dan gue juga sering main ke rumah Kak Raka atau pun sebaliknya. Akhirnya, kami dekat.
Di sekolah dasar, teman-teman sering mengejek kalau kami pacaran. Tapi, gue selalu menentang itu karena gue tau Kak Raka hanya menganggap gue sebatas adik dan kami hanya bersahabat.
Bukankah laki-laki dan perempuan itu tidak ditakdirkan untuk bersahabat? Pasti ada salah satu yang menaruh perasaan lebih.
Ya, itu gue.
Gue selalu menyimpan perasaan gue. Entah, semakin hari perasaan itu semakin besar. Tepatnya, ketika orang tua gue memutuskan untuk pindah rumah karena hutang keluarga kami yang mengharuskan kami menjual rumah.
Gue selalu mencari waktu yang pas untuk pamitan dengan Kak Raka sampai hari itu datang.
Hari dimana Kak Raka meminta bertemu di taman bermain dekat rumah. Taman yang selalu ramai karena penjual pisang cokelat yang enak. Tapi, kebetulan hari itu taman sedang sepi.
Gue ngerasa ini waktu yang tepat untuk pamitan sama Kak Raka. Tapi, di luar dugaan gue, Kak Raka...
Gue masing ingat bagaimana ekspresi Kak Raka yang mengungkapkan perasaannya ke gue.
Perasaan gue?
Jelas gue bahagia. Perasaan gue ternyata terbalas.
"Aku suka sama kamu. Lebih dari persahabatan kita. Kamu ngerti kan?" Ucap Kak Raka menunduk dengan pipi memerah.
"Maaf Kak, aku gak suka sama Kak Raka. Kita itu sahabat dan jangan ngerusak persahabatan kita" Ucap gue berkebalikan dengan kata hati.
Esoknya, keluarga gue pindah dan gue belum sempat pamitan dengan Kak Raka. Bukan hanya itu, bokap dan adik gue kecelakaan dan meninggal.
Sisa gue dan nyokap gue berdua.
Awalnya sulit karena nyokap gue harus menjadi tulang punggung keluarga. Beliau harus membiayai sekolah gue, kehidupan kami sehari-hari dimana selalu dituntut oleh hutang bokap yang belum lunas.
Gue juga harus bekerja part time untuk mencukupi kebutuhan sekolah sendiri. Saat itu adalah masa-masa tersulit bagi gue.
Kemudian, kami memutuskan kembali dan gue pindah sekolah saat SMP. Saat itulah gue bertemu dengan Ririn. Cewek galak yang nolongin gue waktu dibully senior.
Dia teman pertama gue sekaligus sahabat pertama gue di sekolah itu.
Keluarga Ririn sangat berpengaruh besar pada kehidupan gue. Berkat bantuan dari orang tuanya Ririn, nyokap gue berhasil membuka usaha hingga kami berhasil melunasi hutang dan hidup jauh dari kata cukup.
Awal kenal dengan Ririn, gue merasa gak percaya diri. Apalagi kalau kami berjalan beriringan. Terlihat seperti pembantu dan majikannya karena gue selalu berjalan di belakang Ririn.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time Takes Everything
Teen FictionGue benci waktu! Emang dia siapa? Gue mau ketemu dengan Sang Dewi Waktu dan melakukan protes sebesar-besarnya tentang kekuasaannya yang otoriter. Waktu gak pernah mau tau perasaan gue! Egois! Bahkan, kalau pun gue sujud-sujud untuk memintanya mende...