Senin adalah hari dimana rutinitas sekolah kembali terjadi.
Senin adalah hari paling lama bagi gue seorang murid sekolah biasa.
Senin adalah hari awal hari dari satu minggu.
Dan di hari Senin juga kelas gue kebagian olahraga. Tepatnya setelah selesai upacara bendera. Ribet banget kan?!
sekolah harus pake seragam putih abu cuman untuk upacara bendera dan setelah itu ganti baju olahraga dan balik lagi ganti baju putih abu.Derita kelas gue yang dapat jadwal olahraga hari Senin.
" Vita mana ya? Kok gak ada nongol?" Sejak masuk sekolah tadi gue sama sekali gak melihat Vita.
"Lo cari Vita? Dia di UKS" Jawab Delon menepuk pundak gue dari belakang.
" Ya udah, gue mau cari dia dulu. Lo mau ikut?" Tanya gue dan Delon mengangguk.
Sampai di UKS gue menemukan Vita gak sendiri. Disana ada Kak Raka yang tersenyum karena kedatangan gue bersama Delon.
"Kalau gitu gue tinggal dulu ya" Ucap Kak Raka keluar dari ruangan.
"Kok Kak Raka bisa ada disini?" Tanya gue.
"Oh... tadi Kak Raka yang nolongin gue pingsan waktu upacara tadi. Jantung gue kumat lagi" Ucap Vita dan gue memeluk Vita.
" Syukur lo gak apa. Gue gak mau kehilangan sahabat kaya lo" Ucap gue memeluk Vita.
"Kita kaya teletubis ya" Ucap Delon memeluk gue dan Vita membuat kami berdua tertawa.
"Ogah gue saudaraan sama lo" Ucap gue membuat Delon cemberut.
"Lo kan maunya jadi istri gue kan?" Jawab Delon pede.
"Lo mau pulang? Biar gue telponin go-jek" Tawar Delon.
"Lo bego ya? Lo mau Vita kepanasan di jalan karena naik go-jek? Mending gue telpon taksi" Ucap gue.
Vita memang memiliki penyakit lemah jantung sejak kecil. Itu sebabnya kenapa gue selalu menjaga Vita bukan hanya sekedar sahabat, tapi juga sebagai adik yang harus gue lindungi.
Vita izin pulang dan tanpa Vita di sekolah benar-benar membosankan.
"Woy, jangan ngelamun. Ntar kesurupan baru tau rasa!" Mira yang duduk di samping gue seketika membubarkan lamunan indah.
" AW!!" Teriak gue memegang kepala akibat di lempar gumpalan kertas oleh Delon.
"Lo nyari masalah?!" Ucap gue kesal dan melihat Delon yang hanya menyengir.
" Gak, gue lagi nyari jiwa lo. Daritadi gue ajak lo ngomong tapi jiwa lo entah kemana" Ucapnya dan gue mendengus kesal.
Yah, memang gue masih kepikiran soal kondisi Vita. Apa Vita baik-baik aja ya? Rasanya perasaan gue sakit banget ngeliat sahabat gue sakit.
" Pulang sekolah kan lo bisa jenguk" Celetuk Delon.
"Gak perlu lo kasih tau, udah pasti gue lakuin"
" Masak cih?" Ucap Delon seperti anak kecil dan buku langsung terlempar ke kepalanya.
"Kok lo mukul gue?!" Protesnya sambil memegang kepalanya yang gue lempar pake buku lumayan keras.
"Gak suka kan?! Makanya jangan gituin gue!"
"Emang gue apain lo, hah?! Gue tadi ngelempar lo! Bukan mukul kepala lo!" Ucapnya.
"Sama aja! Sama-sama sakit!"
"Ini gak adil buat gue!" Ucapnya menunjuk diri sendiri.
"Terus lo maunya apa?!" Ucap gue memukul meja.
"Gue gak terima! Sakit ini gak sesakit yang lo rasain! Pokoknya gue mau mukul lo balik" Delon memukul meja di depannya.
" Jadi cowok kok lebay banget sih?!" Teriak gue di depan wajahnya.
" Lo jadi cewek kok kasar banget sih?!" Delon ikut meneriaki gue.
" Kalian jadi murid kok kurang ajar banget sih?"
"Diem lo, gak usah ikut campur" Ucap Delon tetap menatap gue tajam.
"Ini urusan gue sama-" Badan gue menegang seketika melihat orang yang berbicara tadi.
"Bu Maya, kapan masuknya, Bu?" Tanya gue dan Delon sadar seketika.
" Kalian berdua! Keluar sekarang!" Ucap Bu Maya tegas.
" Boleh nih, Bu? Boleh ke kantin gak?" Tanya Delon bercanda.
"Keluar dan duduk di ruang guru! Tulis permintaan maaf sebanyak satu buku tulis! SEKARANG!" Sebelum Bu Maya mengamuk, gue dan Delon langsung berlari keluar kelas.
" Ini semua gara-gara lo!" Ucap gue menggerutu.
" Udahlah, salah lo mukul kepala gue" Ucap Delon.
"Terserah!" Ucap gue jalan mendahului Delon.
Jari-jari tangan gue serasa hampir putus karena hukuman dari Bu Maya tadi. Pulang sekolah, gue segera menjenguk Vita di rumahnya. Alhasil, saat ini gue, Delon dan Kak Aldi ada di dalam mobil menuju Vita's home.
Sebenarnya tadi di sekolah gue ketemu Kak Raka dan niatnya gue juga mau ngajak dia jenguk Vita. Tapi, sebelumnya gue tanya Vita dulu dan dia gak setuju. Katanya dia lebih suka kalo cuman gue dan Kak Aldi yang ngejenguk dia seperti biasanya.
Soal Delon, berhubung dia pulang sekolah bareng gue jadi gue ajak sekalian. Gue juga heran sama tuh anak kenapa betah banget tinggal di rumah gue.
Emang orang tuanya gak pernah nyariin?
"VITA!! Gue dateng nih, tapi gak bawa apa-apa" Ucap gue membuka pintu kamar Vita. Gue melihat Vita dengan tenang tidur di atas kasurnya dengan mata tertutup.
"Vita?" Gue mendekati Vita yang masih memejamkan matanya.
"VITA...!! Hikss... jangan tinggalin gue.Hiks... lo gak boleh pergi tanpa bilang ke gue" Gue memeluk Vita yang sedang tertidur dengan infus di tangannya.
"Alay lo. Gue masih hidup" Ucap Vita membuka mata.
" Kok lo gak jawab gue sih?!" Ucap gue kesal.
" Gue mau liat ekspresi lo kalau gue beneran mati. Hehehe..." Ucapnya cengengesan.
" Hush! Lo itu gak boleh main-main soal kematian! Beneran mati baru tau rasa lo!" Ucap gue duduk di tepi kasur.
"Jadi, lo ngedoain gue mati nih?" Ucapnya.
"Bukan gue yang ngomong loh."
"Udahlah, btw lo gak bawa apa-apa nih?" Tanya Vita.
Biasanya, setiap Vita sakit gue pasti membawa buah-buahan atau makanan kesukaannya dan kami makan bersama sambil menonton film hantu dan besoknya Vita sehat dan giliran gue yang sakit.
Gue juga gak tau, kalau Vita sakit pasti sebentar lagi gue juga ikut sakit. Tapi, sakit gue gak separah Vita. Paling parah cuman demam tiga hari. Kalian tau lah gue orangnya kuat dan lincah. Jadi, semua penyakit gak ada yang bisa masuk ke tubuh gue.
"Gue lupa beli" Ucap gue.
"Nih, gue beliin lo novel" Bang Aldi mengeluarkan dua buah novel dari dalam tasnya untuk Vita.
"Bang, kok gue gak tau lo beliin Vita novel? Mimpi apa lo semalem?" Tanya gue.
"Makasih ya, Bang Aldi. Novel lo bakal gue sampul dan gue pajang di bingkai foto bersejarah" Ucap Vita membuat kami tertawa. Kecuali Bang Aldi yang hanya mendengus kesal.
Setelah itu, kami menghabiskan waktu menonton film hantu bersama sampai malam di kamar Vita.
languageؓ
KAMU SEDANG MEMBACA
Time Takes Everything
Ficção AdolescenteGue benci waktu! Emang dia siapa? Gue mau ketemu dengan Sang Dewi Waktu dan melakukan protes sebesar-besarnya tentang kekuasaannya yang otoriter. Waktu gak pernah mau tau perasaan gue! Egois! Bahkan, kalau pun gue sujud-sujud untuk memintanya mende...