"Sampai kapan lo mau diem-dieman kaya gitu?"Tanya Delon duduk di samping gue yang sedang membaca novel.
"Hmmm..."
" Istirahat nanti, temuin gue di belakang sekolah. Ada yang mau gue omongin" Ucap Delon kembali menuju habitatnya. Eh? Maksudnya tempat duduknya.
Seperti yang dikatakan Delon, gue menunggu di belakang sekolah. Bukannya Delon yang muncul, melainkan Vita.
"Lo yang nyuruh Delon supaya gue kesini?" Tanya gue ke Vita.
"Ya, ada yang perlu gue omongin sama lo"
"Lo punya satu menit"
"Gue punya perasaan sama Kak Raka."
"Jadi?"
" Gue mau kita bersaing secara sehat untuk dapetin hatinya Kak Raka. Menurut gue itu adil. Gue juga gak mau kita gini terus. Gue tulus sahabatan sama lo. Gue gak bisa ngerusak persahabatan kita, tapi gue juga gak bisa ngelepas Kak Raka"
"..."
"Kali ini, gue gak akan ngalah."
"Gue juga gak akan ngalah" Ucap gue.
"Jadi, lo kembali?" Tanya Vita.
"Gue gak pernah lari" Ucap gue dan kami berpelukan.
"Maafin gue, Rin. Gue gak ngerahasiain ini dari lo" Ucap Vita.
"Gue juga minta maaf, gue gak peka banget sama perasaan lo" dan kami kembali berpelukan.
"Nanti sore, gue mau jenguk Kak Raka" Ucap gue.
"Gue juga." Ucap Vita.
Sebelum menjenguk Kak Raka, gue mampir ke salah satu toko bunga untuk membeli sebuket bunga mawar merah yang masih segar. Gue juga membeli beberapa buah segar dan membawakan Kak Raka beberapa novel agar ia tidak bosan di rumah sakit.
"Makasih ya, Rin. Berkat lo, gue gak akan bosen disini" Ucap Kak Raka mengambil sebuah novel yang tadi gue bawa.
"Iya, Kak. Kapan Kakak bisa pulang?" Tanya gue.
" Hmm... sebenernya gue pengin pulang sekarang, tapi dokternya bilang lusa baru boleh pulang. Padahal gue bosen disini. Pokoknya lo harus sering dateng jenguk gue"
"Iya dong, mau gue kupasin buah?" Tanya gue ke Kak Raka.
"Boleh, tapi selesai makan nasi gue makan buahnya ya"
Ceklek...
Vita dengan dress selutut datang sambil tersenyum kepada kami. Seperti biasa, gaya yang feminim dengan rambut pendek yang terurai membuat Vita terkesan imut.
Sedangkan, gue hanya memakai kaus hitam dan celana panjang berwarna putih. Dengan rambut yang di ikat satu.
"Hai? Gue bawa ini" Ucap Vita sambil menunjukan kotak makan yang dibawanya.
"Lo buat sendiri?" Tanya gue dan Vita mengangguk.
"Berhubung gue belum makan, gue mau dong" Ucap Kak Raka.
"Rin, gak apa ya gue suapin Kak Raka" Tanya Vita tersenyum dan gue mengangguk.
Sialan! Vita lebih unggul satu langkah.
Gue gak kepikiran membuat bekal untuk Kak Raka. Lagi pula, gue kan gak bisa masak. Kalau gue masak, bukannya sembuh Kak Raka malah tambah sakit makan masakan gue.
Gue cuman mau jadi diri gue sendiri untuk dapetin hatinya Kak Raka.
"Rin, mau boleh minta buahnya?" Tanya Kak Raka setelah selesai makan.
"Boleh sih, kan untuk Kak Raka juga. Kakak mau buah apa?"
"Apel"
"Mau gue suapin?" Tanya gue dan Kak Raka tertawa.
Kak Raka membuka mulutnya dan gue memasukkan sepotong apel. Yuhui... satu sama untuk gue dan Vita.
" Enaknya ya beristri dua. Kalau tau gitu, gue juga mau pura-pura sakit" Tiba-tiba Delon datang dan asal duduk di sofa dekat pintu.
" Lo ngapain disini? Gue gak yakin lo mau ngejenguk gue" Ucap Kak Raka.
"Waktunya pulang Princess. Ini udah hampir gelap dan gue diminta ibu ratu untuk menjemput lo" Ucap Delon ke gue tanpa memperdulikan ucapan Kak Raka.
Ada apa Mami nyuruh gue pulang? Biasanya Mami kan bakal telpon gue langsung, kenapa harus lewat Delon? Mungkin ada sesuatu yang penting sampai Mami gak bisa ngehubungi gue.
"Kak, gue pulang dulu ya"
"Iya, makasih ya. Bunganya cantik" Balas Kak Raka.
Baru saja gue dan Delon berjalan hampir mendekati pintu, Kak Raka langsung berseru.
"LON! JAGAIN CALON ISTRI GUE SELAMAT LAHIR DAN BATIN!!" Ucap Kak Raka membuat pipi gue panas seketika.
"Gak usah baper" Ucap Delon saat kami sampai di parkiran.
" Gue gak baperan!"
" Calon belum tentu jadi istri" Ucap Delon menggerutu tapi masih bisa gue dengar.
"Apa lo bilang barusan?"
"Gak, udah yuk! Kita pulang!" Delon langsung menarik gue ke motornya.
"Lo yakin saingan sama Vita?" Tanya Delon.
" Emang kenapa?"
" Gak, Vita sama Raka itu kan udah kenal sejak kecil. Vita lebih kenal Raka lebih lama dibanding lo. Otomatis, lo ketinggalan jauh di belakang." Ucap Delon.
"Gak masalah kalo usaha dulu."
"Bukan masalah usaha atau enggak, tapi apa lo siap dengan kemungkinan terburuknya? Kemungkinan sakit hati, kemungkinan dia lebih milih sahabat lo dan kemungkinan lo akan pura-pura tersenyum di depan sahabat lo yang lagi bahagia?"
Gue diam dan berusaha mencerna kalimat Delon barusan.
"Kalo gue sih ogah."
"Kok lo gak ngedukung gue sama sekali sih?! Gue kan sahabat lo sejak masih bocah! Inget loh... kita pernah nelen ingus bareng"
"Kapan? Gak ngerasa tuh"
"Makin gede lo ngeselin tau gak?!"
"Gede apanya?"
"Mesum lo, Delona! Hahaha!!"
"Panggil gue Delon! Bukan Delona! Gue gak suka ya"
"Hahaha... iya Lona sayang"
"Sekali lagi lo manggil gue begitu, gue pastiin lo gak pulang-pulang"
"Emang lo mau bawa gue kemana?"
"Gue bawa lo jauh ke rumah di tengah sawah, terus gue iket kaki tangan lo atas ranjang gue sambil gue telanjangin. Kira-kira pose apa ya yang bagus untuk difoto?"
"Emang lo berani? Duluan Bang Aldi yang ngelempar lo ke atas ranjang gay! HAHAHA..!!!" Gue tertawa keras membuat beberapa pengendara menoleh ke arah kami.
Kurang asem! Gue jadi malu!
"Suara lo keras coy"
"Ssssttt!! Diem lo!" Ucap gue menenggelamkan wajah gue di punggung Delon karena malu. Mana gue lupa bawa helm lagi.
yle='font-size
KAMU SEDANG MEMBACA
Time Takes Everything
Teen FictionGue benci waktu! Emang dia siapa? Gue mau ketemu dengan Sang Dewi Waktu dan melakukan protes sebesar-besarnya tentang kekuasaannya yang otoriter. Waktu gak pernah mau tau perasaan gue! Egois! Bahkan, kalau pun gue sujud-sujud untuk memintanya mende...