"Lo mau balik?" Tanya Delon.
Gue hanya menggeleng pelan. Sejak tadi, Vita terus menelpon gue dan gak mau gue jawab. Gue benar-benar kecewa. Gue mematikan ponsel sehingga benda itu tidak lagi berdering.
"Lo mau jagung bakar gak? Gue laper nih" Tanya Delon lagi.
" Gue mau yang pedes dua. Paling pedes!!"
"Siap, Princess!"
Delon berlari kecil menuju kakek-kakek tua penjual jagung bakar. Kami tidak lagi duduk di tebing tadi. Sedikit pindah ke tempat yang lebih ramai.
Gue rasanya lelah sekali karena teriak-teriak tadi. Mau pulang tapi gue gak mau masuk kamar gue yang penuh dengan foto gue dan Vita. Itu hanya akan membuat gue tambah sakit.
Gue marah. Gue marah banget sama Vita. Tapi, kenapa gue gak bisa ngebenci Vita?! Gue marah sama diri gue sendiri. Gue marah sama Tuhan yang begitu cepat mengabulkan doa gue.
"Nih, lo pake jaket gue juga." Delon menyerahkan jagung bakar pesanan gue dan memasangkan jaket yang dipakainya di pundak gue.
" Lo gak kedinginan?" Tanya gue karena melihat bibir Delon yang sedikit pucat.
"Gak! Mana bisa gue sakit. Badan gue hangat kalo nempel sama lo terus. Hehehe..." Ucap Delon melingkarkan sebelah tangannya di pundak gue.
"Lo jangan cari kesempatan di atas penderitaan gue" Ucap gue melotot dan Delon hanya tertawa.
"Aduh! Gue punya sahabat kok galak banget sih. Hahaha..." Gue dan Delon kembali diam menikmati rasa jagung bakar yang sangat nikmat dan hangat dalam dinginnya udara malam di pantai.
"Hiks... hiks...."
"Lo kenapa? Pedes banget ya?" Tanya Delon ketika melihat gue menangis dan beberapa kali mengusap wajah gue dengan jaketnya.
"Hiks... gue gak kuat. Hiks... pedes." Ucap gue menangis.
"Kalo gitu kasih gue aja. Gue masih laper nih!"
"Gak! Beli aja sendiri!"
"Yaelah... gue juga yang beliin lo. Dasar pelit!"
"Lo gak ikhlas?" Tanya gue dengan mata yang kembali berair siap mengeluarkan isinya.
"Iyaya.. gue ikhlas kok. Lo boleh nambah lagi. Ntar gue beliin" Ucap Delon.
"Hiks... pedes..." Ucap gue lagi sambil menjilat bibir gue yang belepotan dengan bumbu jagung bakar yang sebenarnya gak terlalu pedas. Tapi, hati gue yang rasanya pedas.
"Pedesnya bagi aja sama gue" Ucap Delon menatap bibir gue yang masih belepotan sambal.
Delon mencondongkan tubuhnya ke arah gue. Perasaan gue yang entah gimana. Intinya gue gak bisa jelasin sama sekali. Delon begitu cepat menempelkan bibirnya di bibir gue dan menghisap sambal jagung bakar yang masih menempel sedikit di bibir gue.
Dengan bodonya, gue gak berkedip sama sekali.
"Rin?" Tanya Delon menatap gue.
Gue hanya menatap Delon. Barusan Delon... gue? Arghhh... gue gak tau!
"First kiss gue" Ucap gue pelan.
BAK..BUK...BAK!!
Gue langsung menghantamkan tinjuan-tinjuan maut gue ke Delon. Untung aja tenaga gue tadi udah habis dipakai nangis! Kalau enggak, gue tenggelemin tuh muka tanpa dosa di lautan!
"Kita pulang yuk" Ajak Delon.
"Dingin nih! Udah hampir jam sepuluh juga. Ntar lo sakit, kalo lo sakit yang nyakitin gue siapa?" Ucap Delon penuh drama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time Takes Everything
Teen FictionGue benci waktu! Emang dia siapa? Gue mau ketemu dengan Sang Dewi Waktu dan melakukan protes sebesar-besarnya tentang kekuasaannya yang otoriter. Waktu gak pernah mau tau perasaan gue! Egois! Bahkan, kalau pun gue sujud-sujud untuk memintanya mende...