Gue mengerjapkan mata gue ketika cahaya matahari masuk melalui celah-celah ventilasi. Gue mengangkat selimut tebal yang menutupi setengah tubuh gue dan menurunkan kaki gue ke lantai.
Gue ada di kamar.
Tadi malam, gue ketiduran bareng Delon di sofa. Sepertinya, Delon yang menggendong gue kemari. Gue melihat jam ternyata jam enam lewat lima belas menit.
Pasti Delon udah pulang. Gue langsung mandi dan memakai seragam. Saat sedang berkaca, gue melihat sebuah note menempel di kaca gue.
05.00, Gue pulang duluan ya. Sampai ketemu di sekolah!
Ps : selimut lo hangat loh... gue aja sampe nyenyak tidurnya.
Gue tersenyum membaca pesan dari Delon. Dia gak pergi tanpa pamit. Artinya, dia memang penuhin janjinya semalam.
Btw, apa maksud kalimat terakhir? Selimut gue hangat? Tunggu dulu, jangan bilang kalau gue sama Delon tidur di bawah selimut yang sama?!
Arghh!! Awas aja bocah tengil! Gue telen lo hidup-hidup di sekolah!
Seperti biasanya, Bang Aldi mengantar gue sekolah. Gue lewat di pinggir lapangan. Tapi, kali ini gue gak akan kena bola lagi.
Semuanya baik-baik aja sebelum salah satu sahabat Kak Raka menepuk pundak gue dan mengatakan bahwa Kak Raka kecelakaan setelah mengantar gue pulang.
Semalam, Kak Raka sudah menjalani operasi karena tangan kanannya patah dan kepalanya juga menerima jahitan.
Gue pengin segera ke rumah sakit, sayangnya pihak sekolah tidak mengizinkan gue keluar sekolah. Setelah pulang sekolah, gue baru bisa menjenguk Kak Raka. Itu kan lama!
Gue terus mendapat informasi dari teman Kak Raka itu. Namanya Kak Rendy.
"Lo gak usah gelisah kaya gitu" Ucap Delon yang pindah duduk di samping gue sementara dan Mira pindah ke belakang.
"Pacar lo pasti baik-baik aja, kan operasinya udah lancar" Ucap Delon menenangkan gue. memang, tadi Kak Rendy mengabarkan kalau operasinya berjalan lancar dan kondisi Kak Raka sudah stabil, bahkan sudah bisa dijenguk.
Kak Rendy mengajak gue menjenguk Kak Raka setelah pulang sekolah. Gue sebenarnya ingin pergi sekarang, tapi apa daya.
"Dia pasti baik-baik aja. Gak bakalan mati. Lo tenang aja" Ucap Delon.
"Lo gak ngerti, gue tetap khawatir"
Setelah mengalami penyiksaan batin selama beberapa jam, akhirnya bel pulang sekolah berbunyi. Gue, Kak Rendy, Delon dan beberapa teman lainnya ikut menjenguk Kak Raka.
Gue menelpon Bang Aldi supaya gak perlu menjemput gue dan gue teringat dengan Vita! Gue lupa ngabarin Vita karena daritadi di otak gue hanya ada Kak Raka.
Gue membuka ponsel dan ada 16 panggilan tak terjawab dari Vita. Gue balik menelpon Vita dan tidak diangkat sama sekali.
"Kalian teman-temannya Raka?" Tanya seorang wanita yang gue duga adalah ibunya Kak Raka.
"Iya Tante, gimana keadaan Raka?" Tanya Kak Rendi.
"Raka udah siuman kok. Kalian bisa masuk." Ucapnya mempersilahkan.
"Terima kasih Tante" Jawab kami.
Kak Raka disana tengah duduk di atas ranjang rumah sakit dengan perban di tangan dan kepalanya. Ia tersenyum menyambut kedatangan kami.
Gue dan yang lainnya mengambil kursi dan duduk di sekitar ranjang Kak Raka.
"Sorry ya bro, gue gak bawa apa-apa" Ucap Kak Rendy.
"Kakak udah makan?" Tanya gue dan Kak Raka menggeleng.
" Kalau gitu, gue beliin keluar. Kakak mau makan apa?" Tanya gue.
" Gak perlu, sayang. Biar anak Tante makan bubur aja. Itu buburnya di atas meja" Ucap Ibu Kak Raka menunjuk kotak putih di atas meja.
Gue mengambil bubur itu dan menyuapi Kak Raka. Bukannya modus, tapi tangan Kak Raka kan lagi patah. Apalagi itu tangan kanan.
"Enaknya ya, disuapin sama pacar" Celetuk salah satu teman Kak Raka yang gue sendiri gak tau siapa namanya.
Gue sebenarnya malu karena Ibunya Kak Raka jadi tau kalo gue adalah pacar Kak Raka. Untungnya, beliau hanya tersenyum menatap gue yang malu.
Setelah selesai menyuapi Kak Raka, gue izin ke luar sebentar. Sebenarnya, gue sedang mencari Delon karena saat tiba di rumah sakit tuh bocah langsung menghilang.
Gue sebenarnya lapar dan ingin ke kantin rumah sakit ini, hanya saja gue lebih ingin mencari Delon yang hilang. Jangan sampai dia diculik penunggu rumah sakit disini.
"ANAK TIDAK BERGUNA!!"
Gue mendengar bentakkan dari salah satu lorong rumah sakit yang memang jarang dilewati. Gue mendekat dan melihat seorang pria tengah memaki-maki seseorang di depannya.
Gue gak bisa melihat orang yang memaki itu, tapi gue bisa melihat sedikit siapa orang yang dimaki. Orang yang sangat gue kenal.
Delon?
Baru saja gue hendak menghampiri mereka, namun langkah gue langsung berhenti begitu mendengar bentakkan yang keluar lagi dari murut pria yang membentak Delon.
"DIA ITU KAKAKMU!! KEMANA KAMU BERKELIARAN SAAT KAKAKMU KECELAKAAN SEMALAM?!!"
Sontak, percakapan gue dengan Delon terngiang di kepala gue.
"Biarin gue selesai, bokap gue selingkuh dan menikah dengan seorang janda. Rupanya, janda itu punya anak cowok dan gue gak pernah akur sama anaknya"
Jadi, anak yang dimaksud Delon itu adalah Kak Raka? Mereka menjadi saudara tiri? Kenapa gue gak pernah berpikir kesana ya?
Gue langsung kembali menuju kamar inap Kak Raka.
"Tante, aku pamit dulu ya. Besok aku mampir lagi"
Itu bukan suara gue!
Gue langsung masuk dan terkejut melihat Vita yang tengah bersalaman dengan Ibu dari Kak Raka. Sepertinya mereka sangat dekat.
"Ririn udah balik?" Tanya Ibu Kak Raka ke gue dan Vita langsung menoleh dengan tampang terkejut.
"Ririn, kenalin ini Vita. Dia ini sahabat Raka sejak kecil. Cuman, waktu itu Ririn pindah dan ternyata balik lagi kesini. Ternyata, kalian satu sekolah loh. Ah... dunia memang sempit sekali ya" Ucap Ibu Raka.
"Aku udah kenal kok, Tante." Ucap gue berusaha tersenyum. Sedangkan, Vita hanya diam menatap lantai dan berusaha tersenyum juga.
"Oh ya? Astaga... dunia memang sempit sekali"
Ceklek...
Pintu terbuka. Seorang pria dewasa masuk diikuti seseorang di belakangnya. Delon.
"Loh... ini Ririn?" Tanya Ayah Delon tersenyum.
"Iya Om, aku Ririn yang dulu" Ucap gue tersenyum kikuk.
"Om gak nyangka ketemu kamu lagi. Gimana kabar orang tua kamu?"
"Baik Om"
"Jadi, Ririn ini sahabat kecil Delon sebelum kami pindah. Dulu Ririn ini nempel banget sama Delon. Gak bisa dipisah. Iya kan?"
"Iya Om"
"Oh ya? Hahaha... dunia memang sempit ya" Ucap Ibunya Kak Raka.
" Om, Tante, aku permisi pulang duluan ya. Aku belum bilang Mami mau mampir kesini" Ucap gue pamit. Alasan gue sebenarnya karena gue muak dengan semua kebohongan di kamar itu.
Sekarang semuanya jelas!
Gue ngerasa orang paling bodoh di dunia ini! Kenapa gue gak tau apa-apa?!
"Gue anter lo pulang" Ucap Delon menarik tangan gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time Takes Everything
Teen FictionGue benci waktu! Emang dia siapa? Gue mau ketemu dengan Sang Dewi Waktu dan melakukan protes sebesar-besarnya tentang kekuasaannya yang otoriter. Waktu gak pernah mau tau perasaan gue! Egois! Bahkan, kalau pun gue sujud-sujud untuk memintanya mende...