7. Kena Bola Bikin Untung

2.5K 140 3
                                    

Seminggu sudah gue resmi menjadi siswi di sekolah ini. Jam istirahat, gue pergi ke kantin karena perut gue udah berdemo sejak tadi.

Sialnya, Bu Pipit malah nyuruh gue menaruh tumpukan buku di ruang guru sehingga perut gue harus bersabar sebentar.

BUGH...

Sebuah bola sepak mendarat tepat di kepala gue dan membuat gue jatuh seketika. KURANG AJAR!! Pekik gue dalem hati.

"Lo gak apa?" Tanya seorang cowok yang gue kenal betul suaranya.

"Sorry ya, gue gak sengaja" Ucap Kak Raka sambil membantu gue berdiri.

" Iya, Kak. Gak apa" Ucapku memungut kembali tumpukan buku yang berserakan.

"Gue merasa bersalah banget. Biar gue bantuin bawanya" Ucap Kak Raka mengambil semua buku dan berjalan.

Setelah beberapa langkah, Kak Raka berhenti dan menoleh.

"Ini mau dibawa kemana?" Tanya Kak Raka.

"Hmm... ke ruang guru, Kak. Di atas mejanya Bu Pipit" Ucap gue berjalan bersama Kak Raka.

Kok gue bodoh banget ya? Harusnya kan gue bilang kalo buku itu ditaruh di mejanya Bu Pipit (guru sejarah)

"Makasih ya, Kak" Ucap gue keluar dari ruang guru bersama Kak Raka.

" Iya, gue juga minta maaf" Ucap Kak Raka.

Dan yang membuat gue malu saat itu adalah perut gue yang gak bisa diajak kerja sama.

"Lo belum makan?" Tanya Kak Raka membuat pipi gue memerah. Aishh... waktunya gak tepat banget.

"Eh- Iya, Kak. Tadi lupa sarapan" Ucap gue jujur.

" Harusnya lo itu sarapan. Asal lo tau sarapan itu paling penting. Jangan sampai lupa sarapan. Apalagi kalau jam olahraga" Ucap Kak Raka.

" Mau ke kantin bareng gue? Gue juga belum makan. Gue traktir deh. Mau ya?" Ucap Kak Raka yang gue balas dengan anggukan.

"Pesen apa?" Tanya Kak Raka duduk di hadapan gue.

" Sama-in aja"

Kak Raka memesan dua mangkok bakso dengan minuman air mineral dua botol.

"Minumnya air ya, biar sehat" Ucap Kak Raka.

Sebenernya sih gue minum apa aja pasti suka. Orang yang nemenin makan Kak Raka. Jadi, minuman apa aja enak kok. Racun sekalipun. Gak gitu juga sih. Hehehe...

Saat sedang makan bersama Kak Raka, gue melihat Vita lewat dan jalannya tergesa-gesa.

"VITA?!" Panggil gue membuat orang yang dipanggil menoleh.

" Lo mau kemana?" Tanya gue.

"Gue mau ke kamar mandi dulu. Udah kebelet dari tadi"Ucap Vita langsung berlalu.

"Thanks ya, Kak. Lain kali gue yang traktir deh" Ucap gue berdiri. Namun, tangan gue ditahan sama Kak Raka.

"Gue boleh minta nomor lo?"

Gue berusaha menetralkan jalan gue saat kembali ke kelas. Sejak Kak Raka meminta nomor ponsel gue tadi, jantung gue gak berhenti lari maraton.

Gue pengin curhat ke Vita, tapi gue gak nemuin tuh bocah daritadi. Dia bilang mau ke kamar mandi, masa lama banget? Gue udah lumutan lagi nungguinnya.

Pulang sekolah gue menunggu Vita di depan kelasnya. Semua teman sekelasnnya udah keluar, tapi gue gak melihat keberadaan Vita disana.

" Lo liat Vita gak?" Tanya gue kepada salah satu temannya.

" Gak tau, tadi katanya mau ke kamar mandi. Tapi gak balik-balik sampe sekarang. Nih gue bawain tasnya"

" Makasih ya, Sasha. Biar gue bawain tasnya" Ucap gue mengambil tas Vita dan menuju kamar mandi.

Baru saja hendak masuk ke kamar mandi, Vita sudah keluar dan wajahnya terlihat kusut dan rambutnya sedikit basah.

"Vita? Lo kenapa?" Tanya gue dan Vita malah menangis.

"Hiks..Ririn hiks.." Ucap Vita.

"Lo kenapa?" Tanya gue.

" Kenapa dia nyiksa gue kaya gini, Rin? Hiks.. padahal gue udah nunggu dia selama ini..hiks..kenapa perasaan ini datang dan malah nyakitin gue? Hiks..." Ucap Vita menangis.

"Maksud lo cowok yang lo tunggu itu? Udah Vita, cerita di rumah gue yuk. Kita pulang aja dulu." Ucap gue mengajak Vita pulang.

" Cerita aja sama gue. Siapa tau gue bisa hilangin sedikit beban lo, walaupun gue gak bisa menyelesaikan masalah lo itu" Ucap gue duduk di pinggir kasur.

" Rin, misalkan lo suka sama seseorang. Terus orang itu malah ninggalin lo karena dia lebih suka temenan sama lo dan dia pergi gak pamitan sama lo. Terus dia kembali dan ngejauh dari lo. Lo masih suka?" Tanya Vita.

" Yang jelas, perasaan gue campur aduk. Bingung antara harus bertahan atau meninggalkan. Tapi, kalau itu memang menyakitkan. Gue akan tinggalin" Entah darimana gue bisa ngomong kaya gitu dan Vita malah semakin menangis.

Jadi, cinta Vita bertepuk sebelah tangan gitu? Ah... kasihan banget sahabat gue ini.

"Masih ada gue, Vita. Gue selalu ada di samping lo. Sebagai sahabat sekaligus kakak dan saudara lo" Ucap gue menenangkan Vita.

"Makasih, Rin. Gue akan move on dari dia"

"Itu baru sahabat gue. Ke Toko yuk!" Ajak gue ke toko kue milik Tante Anik alias mamanya Vita.

7}

Time Takes EverythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang