AUTHOR POV
Selepas Sehun mengantar joohyun pulang, dan Baekhyun mengantar yoon hee, ketiga namja itu berkumpul di ruang kerja Baekhyun. Beberapa orang juga datang dan mengadakan forum.
Saat ini sudut bibir Sehun terlihat lebam karena pukulan Kai tadi.
Semua anggota sedang mengintrogasi Sehun dengan sangat ketat. Chanyeol dan Suho menjaga di samping Sehun, alih-alih emosi Kai dan juga Baekhyun naik lagi. Bagaimana tidak? sebagai laki-laki, mereka berdua mengaku tidak kuat saat menunggu 30 menit diantara salju yang terus berjatuhan itu. Sedangkan yoon hee? Dia seorang gadis lemah yang rela menunggu Sehun di sana selama 3 jam. Bahkan mungkin tadi yoon hee hampir mati kedinginan.
"kau pasti tidak menyangka bahwa dia akan menangis bukan?" Sehun angkat bicara.
"aku sudah menyuruhnya pulang dan mengajaknya untuk bertemu di lain hari, tapi dia menolak!" Sehun bersikeras pada perkataannya.
Kai hanya memutar kedua bola matanya, malas.
"saat yoonie menangis, kau hanya diam saja... Karena itu mungkin tidak penting buatmu, seberapa banyak air mata yang keluar... Kau tidak akan peduli" ujar Baekhyun sambil melipat kedua tangannya didepan dada. Ia berusaha menahan semua emosinya.
Sehun hanya terdiam. Mencerna perkataan Baekhyun barusan. Ada rasa sedikit menyesal di dalam lubuk hatinya.
"selama aku berteman dengan Yoon Hee, aku tidak pernah melihatnya menangis" sahut Sehun
"beritau aku... Apa yang terjadi pada yoonie, kakinya kenapa? Apa dia terjatuh? Berapa anak tangga?" tanya Sehun khawatir mengingat tadi yoon hee menggunakan tongkat untuk membantunya berjalan.
"Kakinya patah saat menyelamatkanmu saat itu" sahut Xiumin
Sehun hanya menatap dengan tatapan sendu.
"dia rela melakukannya demi aku?" kata Sehun lirih. Alhasil kini tubuhnya lemas tak berdaya.
***
Sementara itu di sudut ruangan ini yoon hee menangis terisak isak. Entah sudah berapa tissu yang sudah ia gunakan untuk mengelap air mata dan ingusnya itu.Selang beberapa menit, yoon hee keluar dari kamarnya dan menemui tn. Kim yang sedang menonton televisi. Yoon hee memeluk tn. Kim dari belakang sehingga pria paruh baya itu sedikit kaget.
"wae?" tanya tn. Kim
"appa, aku rindu eomma.. Ayo kita kesana" yoon hee asal mengucapkan kata-kata.
Buliran air mulai membasahi pipi yoon hee lagi sehingga membuat tn. Kim merasa kasihan. Baru kali ini tn. Kim melihat anak semata wayangnya menangis.
"yonnie, ceritakan pada appa... Apa yang terjadi padamu" tanya tuan kim seolah-olah tau apa isi puterinya.
"n-nde?" yoon hee gelagapan untuk menjawabnya.
Tn. Kim mengelus rambut yoon hee dengan lembut. Menantikan jawaban untuk pertanyaannya.
"appa.... Aku hiks tak bisa mengatakannya sekarang hiks.. Pikiranku masih tidak bisa hiks te hiks nang... Appa eoteokke hiks"
" kumohon... Hiks... Ayo appa.. Kita menyusul hiks eomma, pasti eomma hiks senang"
Akhirnya tangisan yoon hee pecah di pundak sang ayah. Yoon hee memang tidak pandai jika harus membohongi appa dan eommanya. Meskipun ia sudah memasang wajah yang ceria, pasti di antara tn. Atau ny. Kim tau bahwa yoon hee sedang terluka.
***
Keesokan harinya, yoon hee berpamitan dengan bibi shin, kepala pembantu di rumah ini. Meminta tolong jika suatu saat ada seseorang yang datang kerumah ini, bibi shin tidak boleh mengatakan kemana yoon hee pergi.