Middle (10)

3.8K 250 8
                                    

Via masih tidak bisa mengerti apa yang sedang terjadi sekarang, Genta tiba-tiba datang ke rumahnya padahal sebelumnya cowok itu tidak bisa dihubungi. Lalu beradu mulut dengan Kevin menyangkut seseorang yang Via sendiri tidak kenal siapa dia. Dan sekarang berlutut di depan Via sambil memohon kepadanya.

"Ta," panggil Via.

Namun Genta hanya diam dan masih tidak menatap wajah Via.

"Oke, gue bakal tetep ada di samping lo apapun yang terjadi nanti. Jadi, lo bisa jelasin sama gue apa yang sebenernya terjadi sekarang?" sejujurnya Via sedikit merasa ragu dengan perkataannya, karena ia sendiri tidak bisa menjamin akan selalu ada di sisi Genta. Bahkan bisa saja suatu saat nanti ia akan menghilang dari hadapan Genta.

"Sebentar lagi dia akan balik ke Indonesia Vi," jawab Genta.

Hanya dengan satu kalimat saja dan dengan suara yang parau Via bisa menangkap makna tersirat di dalamnya, dan memikir jika dia yang dimaksud mungkin orang yang tadi diperdebatkan oleh Kevin dan Genta. Orang itu juga mungkin seseorang yang sangat ingin Genta hindari, namun karena satu hal ia tidak bisa menghindar. Dan mungkin, orang itu berasal dari masalalu Genta yang ingin ia lupakan. Tapi ia tau kalau ia tidak akan bisa melupakannya.

Gadis itu ikut berlutut agar ia bisa melihat mata Genta.

"Liat gue," ucap Via, "gue gak akan bohong sama lo dengan bilang semuanya akan baik-baik aja. But when memories coming up, don't ever get lost in it again. Even if you know you will be haunted by her silhouette, you just have to believe yourself that you can get throught it."

Via tersenyum tipis, "You have me, i'll always be there for you." Untuk saat ini yang Via bisa lakukan hanyalah mengeluarkan apa yang ia ingin ucapkan. Ia tidak mengetahui apakah kata-katanya bisa membuat Genta sedikit lebih baikkan, tapi setidaknya ia sudah bisa membuat cowok itu membalas senyumannya.

"Vi." Tangan Genta terulur untuk mengelus pelan kepala gadis itu. "lo tau? Kata-kata sederhana yang lo ucapin barusan, bisa buat gue bersyukur bisa kenal cewek seistimewa lo."

Mungkin jika gadis lain yang di posisi Via saat ini pasti akan langsung senang ketika dipuji oleh seorang Genta, namun berbeda dengan Via. Justru ia merasa kata-kata itu ia tunjukkan untuk dirinya sediri. Karena yang ia rasakan saat ini adalah bayangan masalalunya yang kembali hadir namun dengan orang yang berbeda.

"Vi," panggil Genta, "ye, malah bengong aja."

Via pun tersadar dari lamunannya. "Hah? Lo ngomong apa?"

"Lo kenapa bisa tau apa yang gue pikirin sekarang?" tanya Genta.

Via mengangkat kedua bahunya. "Just feeling," jawab gadis itu sambil tersenyum.

***

Setelah dari rumah Via, laki-laki itu tidak langsung pulang ke rumahnya melainkan pergi ke suatu tempat. Genta melajukan motornya menuju salah satu club di Jakarta Selatan, bisa dibilang tempat itu salah satu tempat favorit Genta dan teman-temannya ketika ingin melepas penat. Di sana sudah ada Bagas, Farel dan Defo yang sudah menunggunya, tak ketinggalan minuman-minuman beralkohol serta rokok dan vape yang sudah tersedia di atas meja mereka. Sesampainya ia di sana, Genta langsung merebahkan tubuhnya di sofa dan menutup muka dengan tangannya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

MiddleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang