Middle (13)

937 87 7
                                    

Saya sangat berterimakasih sekali jika anda memberi vote dan comment tapi saya lebih berterimakasih jika anda memberi saran, kritik dan merevisi tulisan saya 😊.

***

Sedari tadi gadis itu masih berdiri di depan lokernya dengan gelisah. Matanya tidak pernah lepas dari murid-murid yang lalulalang, dengan jeli memperhatikan setiap murid. Ya, ia sedang menunggu seseorang selama beberapa menit yang lalu.

Akhirnya penantiannya menunjukkan hasil, orang yang ia tunggu pun menampakkan wajahnya. Semakin dekat langkah kaki orang tersebut, semakin cepat jantungnya berpacu. Padahal Via sudah menguatkan tekadnya untuk menjelaskan kesalah pahaman di antara mereka, tapi ketika melihat mata Genta yang masih menatapnya dengan pandangan dingin membuat nyali Via menciut seketika.

"Genta," panggil Via dengan suaranya yang sangat rendah.

Merasa terpanggil, Genta mengalihkan pandangannya ke samping hanya dengan melirik tanpa ada niatan untuk membalas panggilan gadis itu.

Via yang merasa gugup ditatap seperti itu pun mengalihkan pandangannya ke bawah sambil menyelipkan rambutnya ke belakang telinga.

"G-gue minta maaf, soal kemarin." Ia mulai memberanikan diri untuk mengangkat kepalanya dan menatap mata Genta, "dua hari yang lalu gue pergi ke rumah Kevin buat bantu dia bikin proposal, tapi gue gak bawa hp jadi gue gak tau kalau lo telpon gue."

Via menggigit bibir bawahnya, "Dan gue baru baca Line lo tadi malem. Sorry banget Genta, gue gak tau kalau kemarin lo butuh gue." Dari raut wajahnya, terlihat sekali kalau Via sangat menyesal karena tidak ada disaat laki-laki itu membutuhkannya.

Laki-laki itu masih diam, kemudian ia berjalan mendekat sehingga Via mudur beberapa langkah ke belakang dan membuatnya bersandar pada loker. Kemudian laki-laki itu meletakkan tangannya di pintu loker tepat di samping kepala Via. Genta memiringkan kepalanya sedikit dengan mata yang terus terarah pada mata Via.

"Gue kecewa sama lo Vi." Tepat setelah mengatakan hal itu, ia pergi meninggalkan Via.

Seketika, pikiran Via menjadi kosong. Gadis itu tidak menyangka akan mendapat jawaban seperti itu dari Genta. Ia lebih memilih Genta memarahinya daripada berbicara seperti itu dengan nada dingin dan dengan tatapan yang tajam. Tak berapa lama Bagas, Farel dan Defo menghampiri Via yang masih berdiri di depan lokernya.

"Vi, lo gak kenapa-napa kan?" tanya Bagas sambil memegang kedua bahu gadis itu, Via tersenyum sambil mengangguk pelan.

"Sebenernya kita gatau apa penyebabnya sampe Genta sekecewa itu sama lo. Dia sendiri juga belom cerita apapun ke kita," lalu Defo menepuk pelan bahu kanan Via, "lo sabar aja dulu, pasti nanti dia bakal balik lagi kayak kemaren-kemaren."

"Gue tau ini salah gue dan mungkin gue juga bakal kayak gitu kalau jadi Genta," Via menjeda perkataannya "gue udah janji bakal ada buat dia terus Def, tapi kenyataannya engga."

Defo menghela napas, "Iya Vi gue ngerti, pokoknya untuk sekarang lo jangan salahin diri lo terus."

"Bener tuh kata Defo, kayak bukan lo aja. Beda banget lo sama waktu pertama kali ketemu." Farel sengaja meledek Via, agar gadis itu melupakan sejenak kejadian tadi.

Sebuah senyuman yang menampilkan gigi putihnya terukir di wajah Via membuat ketiga cowok itu memandangnya dengan mata lebar, pasalnya baru pertama kali ia melihat seorang Via tersenyum seperti itu.

MiddleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang