Middle (12)

2.4K 233 25
                                    

Mereka berdua pergi meninggalkan koridor dengan Kevin yang masih terus menggenggam tangan Via. Gadis itu pun hanya berjalan mengikuti Kevin hingga sampai di parkiran.

"Nih pake helm gue, lo gak mau kan muka lo yang abis nangis ditonton orang?" Via yang hanya diam berdiri saja membuat Kevin gemas, sehingga ia langsung memakaikannya ke kepala gadis itu.

Kemudian ia menyalakan vespa miliknya lalu melaju ke luar sekolah dengan sedikit kencang, agar mereka cepat menjauhi area sekolah. Kevin merasa lebih baik mereka berhenti di suatu tempat dan membiarkan Via mengeluarkan kesedihannya. Akhirnya ia memutuskan untuk berhenti di sebuah Caffe terdekat.

"Ngapain kita ke sini?" tanya Via sesampainya mereka di depan sebuah Caffe.

Kevin melepas helm Via terlebih dahulu, "Gue cuma mau ngilangin yang ngeganjel di hati lo doang." Jelas Kevin dengan ekspresi datarnya.

Via tau maksud dari ucapan Kevin, dan ia tidak mau membantah karena apa yang cowok itu bilang memang benar. Hati dan pikirannya tidak tenang.

Mereka berjalan masuk ke dalam dengan Kevin yang kembali menggenggam tangan Via dan memilih duduk di pojok ruangan, gadis itu pun terduduk di depan meja Kevin.

"Lo mau minum apa? Gue yang traktir."

"Ice chocolate," jawab Via.

Selagi Kevin memesan minuman untuk mereka, Via termenung memikirkan dirinya sendiri.

Gak mungkin kan gue suka sama Genta? tanya Via dalam hati.

Lamunannya buyar ketika Kevin kembali, sesaat Via menggelengkan kepalanya karena pertanyaan bodohnya tadi.

"So, tell me what you want to say."

Via tidak menjawab perkataan Kevin, ia hanya menunduk ke bawah menatap sepatunya. Karena selama beberapa menit Via tidak mengeluarkan suara, akhirnya Kevin yang kembali berbicara.

"Via, gue mau tanya sama lo. Tapi lo harus jawab jujur."

Sebenarnya Via sudah terbiasa dengan aura Kevin yang terkesan dingin dan nada datarnya disetiap pembicaraannya. Tapi entah kenapa kali ini Via merasa sangat gugup ketika Kevin mengatakan hal itu. Via mengangkat kepalanya lalu mengangguk pelan.

"Lo suka sama Genta?"

Via bungkam, karena itulah pertanyaan yang ia ajukan pada dirinya sendiri. Gadis itu menggeleng pelan, entah Kevin mengaggapnya sebagai jawaban tidak atau tidak tahu. Nyatanya kedua jawaban itu benar baginya.

Kevin menghela napas, "Terus kenapa lo nangis, hm?"

Gadis itu kembali menggelengkan kepalanya.

"Via, gue 'kan udah pernah bilang sama lo. Genta itu bukan cowok yang baik buat lo." Kevin menatap Via dengan serius, seolah menunjukkan apa yang ia bilang memang benar.

"Gue gak tau Vin, karena emang gue sendiri masih bingung sama perasaan gue."

Sesaat pembicaraan mereka terhenti karena pesanan mereka datang. Via langsung mengambil minumannya dan meninumnya secara perlahan. Via merasa pembicaraan ini terlalu asing baginya, karena sebelumnya ia tidak pernah membicarakan masalah perasaannya dengan laki-laki.

"Gue gak yakin kata-kata gue ini bakalan bisa ngebuat lo jadi gak bingung lagi atau enggak." Cowok itu mencondongkan sedikit badannya ke depan, "yang jelas menurut gue, lo cuma sebagai pengganti Cia dalam kehidupan Genta."

Seketika Via langsung tersedak minumannya sendiri, "Kenapa lo bisa bilang begitu?"

Kevin kembali menegakkan badannya, "Cia itu sebenernya Kakak kelas kita, karena dia ikut student exchange jadi dia harus ngulang tahun ini sama kita. Dari sikapnya, dia punya kesamaan sedikit sama lo. Dan bisa gue simpulin, Genta bisa cepet banget akrab sama lo karena sikap kalian yang hampir sama itu."

"Terus hubungannya sama Genta apa?" Via masih belum mengerti dengan perkataan Kevin.

"Waktu itu saat-saat paling terpuruk dalam hidup Genta, dia berubah drastis jadi pendiam dan jadi murid yang jauh dari kata masalah. Saat itu Cia tiba-tiba muncul dan bisa mengubah jadi dirinya sendiri lagi. Karena sikapnya, dia bisa jadi deket sama Genta."

"Sikapnya yang kayak gimana?" tanya Via semakin penasaran dengan gadis tersebut.

"Mandiri, dewasa dan gamau ngalah. Gue ga tau kenapa mereka bisa jadi deket, yang jelas mereka tau kalau mereka gabakal bisa lebih dari sekedar temen."

"Kenapa?"

"Suatu saat lo bakal tau Vi, gue gak bisa ngejelasin sekarang. Lo yang bakal liat nanti dengan mata lo sendiri."

Via merasa bersalah pada Cia walaupun ia tidak mengenalinya, ia merasa berada di tengah hubungan orang. Ia semakin mempercayai perkataan Kevin mengingat apa yang ia lihat di lapangan tadi. Genta sedang memeluk Cia di lapangan basket, terlihat sekali pelukannya sangat erat seolah rasa rindu yang amat berat telah tersalurkan.

Via terkekeh pelan, "Gue bodoh banget ya, Vin?"

"Enggak, karena lo baru tau sekarang. Udahlah Vi, lo gak perlu pikirin mereka lagi."

Via tersenyum sambil mengangguk.

"Lo kenapa bisa tau sedetail ini, Vin?"

"Emangnya diantara ketiga temen Genta gak ada yang kasih tau lo?" Kevin mengangkat sebelah alisnya.

Via tiba-tiba teringat dengan perkataan Farel, "Cepat atau lambat, lo pasti bakal tau Vi apa yang ngebuat dia dulunya deket sama kita dan sekarang menjauh dari kita."

Saat Via baru akan bersuara Kevin langsung menjedanya, "Kayaknya lo udah inget, sayangnya gue belom mau ngebahas hal itu sekarang."

Merasa suasana mulai berubah, Via alihkan pembicaraan mereka. Ia merasa kalau masalah pertemanan antara Kevin dengan Genta terlalu sensitif untuk dibahas.

"Gue baru sadar ujung bibir lo robek, perasaan kemarin lo gak kenapa-napa." Sedari tadi ia hanya fokus pada mata Kevin tanpa memperhatikan bagian wajah yang lain.

"Oh ini, tadi pagi gue jatoh dari motor."

"Makanya kalau bawa vespa hati-hati. Kasian vespa lo mahal-mahal jadi lecet."

Perbincangan mereka hari itu pun berakhir dengan tawa. Setelah itu Kevin mengantar Via hingga pulang ke rumah. Kemudian Via langsung ke kamarnya untuk membersihkan diri. Ketika ia ingin mengerjakan pr, ia baru teringat dengan ponselnya.

"Astaga, ternyata di sini toh hp gue. Pantesan aja gue cari di tas gak ada."

Saat Via menyalakan ponselnya banyak sekali notifikasi yang masuk. Mulai dari Genta menelponnya sebanyak dua puluh kali kemarin dan notif dari Line yang kebanyakan dari teman-temannya. Namun Via memeriksa pesan dari Genta terlebih dahulu, seketika Via baru menyadari mengapa Genta bersikap dingin padanya tadi pagi.

Genta : Lagi di rumah gak? Gue ke rumah lo ya sekarang.

Genta : Lo di mana?

Genta : Lo ke mana sih?

Genta : P

Genta : P

Genta : P

Genta : P

Genta : P

Genta : Woy

Genta : Olivia savira.

Genta : Gue butuh lo sekarang

Genta : Answer me

Genta : Please

Setelah membaca Line dari Genta, Via langsung menelpon cowok itu. Namun, ia justru mendapat balasan dari operator bahwa nomor yang di tuju tidak aktif.

"Bodoh, kenapa sih lo bodoh banget Via." Gadis itu berujar frustrasi, kalau saja Abangnya tidak di rumah sekarang sudah dipastikan ia akan membawa mobil ke rumah Genta dan menjelaskannya pada laki-laki itu.

MiddleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang