12 ; Sister

1.4K 200 6
                                    

We never getting back to us”

—❌❌❌—

"Assalamualaikum.."

"Waalaikumsalam. Jaja darimana saja?" Ucap Ibu Kim. Ia segera berhenti dari kegiatan menyapunya dan menghampiri Jaja sekaligus membantunya masuk.

"Tadi Jaja jalan-jalan sebentar bu sekalian ketemuan sama temen lama" Jaja tersenyum lalu membuka jaket tebalnya dan duduk disofa.

"Diluar udaranya mulai dingin. Ibu buatkan teh ya"

Ibu Kim segera melesat menuju dapur untuk membuatkan Jaja teh. Sementara itu seorang perempuan berambut blonde sedang terburu-buru turun dari tangga.

"Jaja, why you back home late? I'm worrying you" Geongmin memeluk Jaja erat.

"Sudahlah aku hanya jalan-jalan sebentar dan kau sudah mengkhawatirkan diriku?" Tanya Jaja diselangi kekehannya.

"Sebenarkan aku mengkhawatirkan dia" Geongmin menunjuk perut Jaja dan kekehan keluar dari mulutnya.

"Ah ternyata hanya Joana yang dikhawatirkan. Bunda sedih nak" Jaja mengelus perut besarnya.

"Sudahlah jangan cemberut. Kau mau asi mu tidak keluar karena dirimu selalu cemberut seperti itu? Tersenyumlah" Geongmin menarik kedua belah pipi Jaja dan membuat wanita itu tersenyum.

"Hehe aku sudah tersenyum"

Jaja dan Geongmin saling tertawa bersama tidak sampai Ibu Kim kembali dengan satu cup teh.

"Ah anak-anak ku sangat cantik sekalii" ucap Ibu Kim.

Jaja dan Geongmin hanya bisa tersenyum bodoh.

"Ibu.. Mau ikut bersama kami nanti malam ke pasar malam?" Ajak Geongmin. Jaja yang mendengarkannya pun tersedak karena dia sedang meminum tehnya.

"Ah tulang-tulang ibu sudah tidak kuat berada ditempat semacam itu. Kalian berdua saja. Anggap sebagai sister date" ucap Ibu Kim.

Setelah itu Geongmin tersenyum ceria sampai-sampai ia menggoyangkan tubuh Jaja beberapa kali.

"Heii berhenti.., Geongmin-ah" Jaja berteriak untuk menghentikan 'excited' Geongmin.

Setelah itu Geongmin melepaskan tangannya dari tubuh Jaja dan ia malah tersenyum bodoh sambil membenarkan rambut Jaja yang berantakan olehnya.

"Okay, kita berangkat sehabis Maghrib. Iya?"

"Arraseo" (Aku mengerti).

Setelah itu Geongmin berlari masuk ke kamarnya dan terdengar suara gaduh dari dalam sana. Ia sungguh mirip dengan oppanya, batin Jaja.

Setelah beberapa jam berlalu akhirnya mereka tiba di sebuah pasar malam terkenal di Ilsan. Disana terdapat banyak sekali mainan serta penjual makanan.

"Kita naik wahana dulu?" Tanya Jaja.

"Boleh"

Mereka berjalan bergandengan menuju sebuah carousel berwarna putih yang terkesan polos serta warna emas yang terkesan mewah.

"Kau jangan naik diatas kudanya, kau duduk disana saja" Geongmin menunjuk kearah tempat duduk yang seperti kereta santa clause. Jaja yang baru saja berinisiatif menunggangi kudanya pun segera menunjukan wajah sedihnya.

"Kau tak ingat dengan perut mu itu? Bagaimana bisa kau melangkahi kaki melewati kuda mainan tersebut dengan perut sebesar itu"

Jaja hanya terkekeh perlahan sambil memasang semacam safety belt yang ada di tempat duduknya.

Tidak lama kemudian carousel pun berjalan dan lampu yang tadinya sedikit remang itu kembali bersinar terang. Teriakan gembira anak-anak terdengar.

"Woahh ini sedikit pusing" Jaja memegang kepalanya sambil terkekeh.

Geongmin yang menunggangi kuda mainan disamping Jaja pun segera tertawa karena melihat tingkah iparnya itu yang seperti anak kecil.

Selesai dari carousel, Jaja pun menarik Geongmin untuk berjalan menuju stand permen kapas.

"Geongmin-ah, aku mau yang itu"

Jaja menunjuk gumpalan permen kapas yang berada dipaling atas dan terbesar. Geongmin pun menelan ludahnya kasar.

"Agashi, berapa harga yang itu?" Geongmin menujuk kearah yang ditunjuk Jaja.

"Itu 20.000 won"

"Ini agashi" Geongmin membayar lalu sang penjual mengambilkan permen kapas itu dari tempatnya.

"Ini untukmu nyonya" Geongmin memberikan permen kapasnya dengan gaya seperti pembantu istana.

"Ahh gomawoyoo"

Mereka tertawa bersama. Tak lupa Geongmin yang jahil kepada Jaja.

pain » knjTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang