Je t'aime

2.4K 249 128
                                    

"Namaku Oh Sehun."

Aku terus memandanginya yang berdiri canggung di depan pintu rumahku. Bocah laki-laki kecil berumur sekitar 7 tahun itu memakai celana jeans skinny dan jaket hitam serta syal berwarna coklat tua, kulit wajahnya seputih susu dengan dagu runcing yang membuatku ingin mencubit kedua pipinya itu. Dia benar-benar lucu.

"Oh hai, namaku Irene, masuklah, apa kau sudah makan?" aku turun dari kursi dudukku di meja makan kemudian menarik lengannya untuk masuk dan mendudukannya tepat di sampingku. "Kau sudah makan?" tanyaku sekali lagi dan dia menggeleng lemah. "Aku membuat roti bakar isi keju, ayo kita makan bersama."

Sehun tampak malu-malu tapi dia mau saja kuajak makan bersama sementara Bibi Niel sibuk di dapur entah sedang melakukan apa.

Aku merupakan anak tunggal, kedua orang tuaku sibuk bekerja jadi ketika pulang sekolah aku akan ditemani oleh Bibi Niel, wanita berusia 55 tahun yang sejak kecil selalu ada untukku. Jika dulu dia selalu menginap dirumahku, kini setiap sore Bibi Niel memilih untuk pulang karena suaminya yang sakit-sakitan.

Oh ya, usiaku 11 tahun dan bocah lelaki yang menggemaskan ini adalah anak dari tetangga baruku. Sama seperti diriku, orang tuanya juga sibuk bekerja seharian. Sehun sebenarnya memiliki pelayan di rumah tapi dia bilang seminggu ini pelayan itu kembali ke kampung halamannya. Itulah kenapa siang ini dia datang ke rumahku setelah ibuku bilang bahwa aku sendirian dan butuh teman.

"Aku harus memanggilmu apa?" suaranya kecil tapi aku langsung menoleh dengan mulutku yang menggelembung penuh gigitan roti.

"Tentu saja kau harus memanggilku Noona dan karena aku lebih tua darimu, kau harus menurut padaku. Oke?"

Sehun menatapku dengan ekspresi tidak mengerti tapi kemudian dia mengangguk lemah.

"Di luar sangat dingin, setelah ini aku akan mengajakmu main ke kamarku. Mendekat sebentar kemari, ingusmu itu...aish," kuambil sehelai tisue lalu kuelap ingusnya yang keluar dari satu lubang hidungnya karena kedinginan.

"Apa di rumah kau punya mainan robot-robotan?" tanyanya penuh harap sembari punggung tangannya dia gosokan di bagian hidung.

"Tidak, tapi aku punya mobil Ken dan kau bisa memainkan itu. Kenapa tadi kau tidak membawa mainanmu dari rumah?"

Sehun langsung memasang wajah lesu, "aku lupa, kupikir kau itu laki-laki."

"Baiklah, nanti akan kutemani kau mengambilnya."

"Tidak, tidak usah," buru-buru Sehun menggeleng, "Rumahku itu besar dan menyeramkan, pelayanku bilang ada banyak hantu gentayangan di dalam sana. Aku cukup bermain origami saja kalau begitu, mobil Ken kan tetap saja mobil Barbie, aku tidak suka."

"Hmmm dasar," kucubit keras sebelah pipinya dan dia mengaduh kesakitan.

Kejadian itu sudah belangsung lama tapi aku masih saja terus mengingat sosok Sehun kecil yang lucu. Dia meskipun banyak tingkah, tapi selalu menuruti apa perintahku. Jika dia menangis karenaku, aku tidak perlu khawatir karena tangisan Sehun akan segera mereda setelah kubelikan dia sekotak susu atau satu cone es krim. Dia paling suka rasa coklat dan itu pun aku masih sering membelikannya sampai sekarang. Dia juga tipe anak yang setia, jadi ketika ada anak laki-laki yang menggangguku maka dengan berani dia akan berdiri di depanku, mengepalkan kedua tangannya di depan dada sembari memasang wajah penuh kemarahan. Yeah... walaupun kita pada akhirnya selalu memilih berteriak kabur saat musuh datang untuk menyerang, tapi aku suka cara dia melindungiku, menurutku dia itu unyel-able, haha.

Sekarang aku sudah berada di semester 6 kuliahku sementara Sehun masih mengenyam pendidikan kelas 2 di tingkat sekolah menengah. Jika dulu postur tubuhnya cungkring seperti bambu, kini ia tumbuh tinggi melebihi diriku, sangat tinggi malah dan dia tetaplah seorang dongsaeng yang penurut. Kami masih sering mengobrol bersama dan hampir setiap hari dia selalu mengganggu acara belajarku, sempat juga ia menggagalkan acara kencan butaku dengan seseorang hanya karena dia memaksaku untuk menontonnya bermain basket antar sekolah. Sehun tumbuh dengan manja tapi juga penuh pengertian. Dia akan diam menutup mulutnya rapat-rapat jika sedang marah atau tidak muncul dihadapanku sampai aku harus rela mencarinya.

Chicken Nugget [ HUNRENE ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang