Memories of You

2.7K 285 114
                                    

Senja itu aku sedang duduk bersama sahabatku di depan sanggar tari tak jauh dari gedung sekolah kami. Setengah tahun ini aku memang mengikuti kegiatan menari karna itu adalah salah satu hobiku. Dan hari ini aku dan beberapa temanku baru saja mengikuti pentas tari dalam acara seni budaya sekolah. Kebetulan Seulgi dan aku mendapat tugas untuk mengembalikan kostum yang kami pinjam darisana.

Aku merasa diriku gadis biasa-biasa saja di sekolah, tapi teman-teman bilang aku cantik, terima kasih. Dan di umurku yang ke 17 tahun ini aku sama sekali belum pernah merasakan bagimana indahnya berpacaran. Seulgi bilang aku ketinggalan jaman tapi biarlah, aku memang belum tertarik pada lelaki manapun sejauh ini.

Sampai pada akhirnya aku dikejutkan dengan kemunculan teman seangkatanku. Dia tiba-tiba datang ke sanggar lalu mencariku.

"Bukankah dia Oh Sehun?" Seulgi yang sedang duduk di sebelahku berseru membuat lamunanku buyar. "Itu, dia mencarimu."

Aku?

Aku bingung, baiklah aku mengenalnya sebagai siswa tampan di sekolah yang banyak disukai gadis-gadis, selain itu dia juga pintar. Tapi kami belum pernah sama sekali menyapa, kami tidak saling mengenal dan kami hanya sebatas tahu nama saja. Jadi aku pun berjalan ke arahnya sembari terus berpikir untuk alasan apa dia mencariku.

"Hai," aku sedikit pemalu jadi aku berusaha bersikap humble saja.

"Kau sudah selesai dengan acara menarimu? Apa kau ada waktu?"

Sejenak aku terdiam, "ah ya, aku sudah selesai."

"Bisa ikut denganku sebentar saja?" pintanya datar sembari menunjuk mobil hitam yang ia parkir di tepi jalan.

Aku tidak pernah menghabiskan waktu berduaan hanya dengan lelaki jadi aku merasa canggung ketika dia mengajakku pergi.

"Hanya makan dan bicara, sebentar," Sehun memperjelas maksudnya.

"Apa itu sangat penting? Kita bisa bicara disini saja kurasa."

Sehun menoleh ke kanan dan ke kiri seolah ragu dan tak mau ada orang lain yang tahu.

"Bagaimana dengan mengobrol di dalam mobilku saja?" dia menawari dengan nada sopan.

"Oke," aku setuju saja asalkan dia tak membawaku kemana-mana. Hey, bukannya aku kolot ato apa, tapi jaman sekarang orang bertampang baik belum tentu dia memiliki sikap dan kepribadian yang baik juga, bukan?

Seulgi masih menatap kami dengan rasa ingin tahu lalu aku melambai padanya sebelum akhirnya kuikuti Sehun masuk ke dalam mobil.

"Ehm...kau tahu namaku bukan?" Sehun bertanya memecah keheningan setelah sekian menit kami hanya terdiam.

"Oh Sehun si juara kelas, tentu saja.
Kenapa?" Aku tersenyum menoleh kearahnya.

"Bagaimana jika aku menyukaimu, Bae Irene? Bolehkah aku menjadi teman yang menyayangimu?"

Aku butuh waktu untuk mencerna ucapannya dan apa ini artinya dia sedang menyatakan perasaannya padaku? Maksudku, aku tidak pernah berpikir dia akan begitu padaku atau jangan-jangan dia sedang bercanda. Tapi bercanda untuk apa? Ini bukan hari Ulang Tahunku, bukan juga April Mop.

"Oke, jika kau diam kuartikan bahwa kau setuju. Untukmu," dia memberiku setangkai bunga mawar merah dengan wajah merona.

Eoh??? Kuterima saja bunga mawar itu lalu aku menatap lurus ke depan dengan jantung yang rasanya berdebar hebat. Aku belum pernah segugup ini dan bodohnya aku mengangguk saja ketika dia menawarkan diri untuk mengantarku pulang. Pun begitu saat kami sampai di depan rumah, sebelum aku benar-benar turun dia berani menggenggam tanganku, menatapku dengan senyuman tipis dan malu-malu.

Chicken Nugget [ HUNRENE ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang