Only Hope 2

1.3K 139 79
                                    

Chanyeol Pov

Kehamilan Nara membuatku seperti orang linglung, bukan aku membenci janin yang ada di dalam kandungannya tapi hatiku tetap berkata bahwa aku tidak mencintai Nara. Kusetubuhi dia hanya untuk mencari kepuasan, brengsek memang.

Aku tak begitu perduli mengenai tumbuh kembang janin di dalam perutnya setelah Nara pulang dari Rumah Sakit. Dia sering muntah-muntah di kamar mandi atau terlihat lesu dan pucat. Hal paling berarti yang bisa kulakukan hanya membelikannya susu ibu hamil lalu menemaninya pergi ke dokter kandungan secara rutin setiap bulan.
Kesibukanku mengajar membuatku sering pulang terlambat tapi Nara sama sekali tidak pernah memprotes.

Jika kalian berpikir aku orang pendiam yang kaku, itu salah besar. Aku--dulu sebelum menikahi Nara--adalah type lelaki yang banyak bicara, banyak tingkah hingga kadang Sehun sebal melihatku begitu aktif. Aku masih suka tertawa keras, bercerita tanpa titik koma ketika bertemu teman-teman dan membuat lelucon-lelucon lucu yang aku yakin setiap orang yang melihatnya akan mendesis sebal. Anehnya aku suka dengan semua yang kulakukan di luar rumah--tanpa ada Nara dan bukan di hadapannya.

Mungkin Nara kerap mendapatiku tertawa terpingkal-pingkal menonton film komedi di tv sendirian dan begitu Nara datang menghampiriku, aku langsung diam. Diam karena aku malu jika  Nara mengetahui sisi liar dalam  diriku dan aku tidak ingin dia menduga 'oh...kau hanyalah lelaki kekanakan.'

Percaya atau tidak, imageku memang  berubah 180° setelah menikahinya. Orang-orang bilang jika wajahku seperti bocah meski wujudku telah dewasa, mungkin itu yang tidak ingin kutunjukkan pada Nara, maksudku aku tidak mau dia menilaiku seperti itu--sama seperti mantan-mantan kekasihku yang dulu.

"Hati-hati," Nara hampir terjatuh jika saja aku tidak cepat-cepat menahan keseimbangan tubuhnya. "Kau mau apa, biar kubantu."

"Hanya ingin minum," jawabnya pendek yang kemudian dia menurutiku untuk duduk sementara aku berjalan menuju lemari pendingin lalu mengambilkannya segelas air putih.

Kalau tidak salah usia kandungan Nara sudah 6 bulan, perutnya sudah membuncit tapi aku belum pernah menyentuhnya lagi--selain saat bercinta satu atau dua kali itu saja, aku lupa.

"Makanlah yang banyak, biasanya ibu hamil akan berubah gemuk tapi kau malah kurus begitu," mengomentarinya bukan berarti aku sayang, ini hanya setitik kepedulianku yang jarang sekali aku ungkapkan.

"Dia memang agak rewel di dalam sana, tidak apa-apa yang penting dia sehat," Nara meletakan gelasnya kemudian menoleh ke arahku. "Dokter bilang anak kita...ah maksudku janin ini berkelamin laki-laki. Apa kau mau memberinya nama?"

"Eoh?" Jujur, aku sedikit merasa aneh dengan permintaan itu. Sejauh ini aku tidak ada hasrat untuk memikirkan apakah bayi itu laki-laki atau perempuan, bagiku keduanya sama saja. Dan soal nama...aku tidak memiliki ide sama sekali.

"Bagaimana dengan nama Daehoo?"

Aku terdiam sebentar menahan senyuman karena sempat terlintas nama-nama artis barat favoritku; Mike, Travis, Smith atau Josh. Tapi jika Nara menyukai nama Korea, itu juga tidak masalah buatku.

"Park Daehoo, bayi laki-laki mungil yang akan setampan dirimu."

Tanpa kusadari wajahku tiba-tiba memanas karena malu. Ini pertama kalinya Nara memujiku, well...walaupun aku tahu dia mungkin hanya bercanda saja. Lagipula biasanya anak laki-laki akan lebih mirip dengan ibunya kan?

"Eiih dia bergerak," tubuh Nara sedikit berjengit, "coba kau pegang dia."

Nara langsung menarik satu tanganku dan meletakannya di permukaan perut. Dapat kurasakan gerakan-gerakan kecil di dalam sana yang kupastikan itu kaki atau tangan.

Chicken Nugget [ HUNRENE ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang