Tentang Kita

1.7K 232 219
                                    

"Aku berangkat dulu," Sean mengambil tas kerjanya, membiarkan sarapan paginya masih tersisa separuh di piring.

"Siang nanti aku mau ke tempat Mama," kataku buru-buru sebelum Sean benar-benar pergi meninggalkan meja makan.

"Kamu kesananya naik taxi aja, jangan naik bus. Pulang kerja nanti aku jemput," setelah mengecup keningku sekilas, Sean melangkah keluar dari rumah. Dan aku cuma berdiri di ambang pintu depan sambil tanganku melambai kecil begitu mobilnya pelan-pelan melaju melewati gerbang.

Usia pernikahan kita hampir menuju 1,5 tahun dan selama itu juga aku dan Sean seperti orang asing yang cuma tinggal dalam satu atap. Status kita memang suami istri tapi nggak ada kontak fisik apapun-kecuali cium kening dan gandengan tangan-meskipun kita membiasakan diri tidur dalam satu ranjang bersama. Baik aku maupun Sean, nggak ada dari kita yang pernah memaksa untuk saling suka atau pun cinta. Tapi memang seperti itu hubungan yang kita jalin sekarang, karena aku tahu dimana seharusnya posisiku berada. Pun begitu dengan Sean.

Dulu, aku dan Sean itu sahabat dekat, teman satu kampus yang kemana-mana selalu bereng. Sean juga tahu hampir 3 tahun lamanya aku dan kakaknya-Mas Candra-berpacaran.

Sampai pada suatu saat, kami semua mendengar kabar buruk kalau Mas Candra mengalami kecelakaan lalu lintas dan meninggal dunia setelah 3 hari dirawat di Rumah Sakit. Harapanku saat itu rasanya hancur, apalagi diam-diam aku tahu aku lagi mengandung anaknya. Pihak keluargaku dan seluruh pihak keluarga Sean tentu aja kaget begitu aku memberitahu semuanya dengan jujur. Saat itu aku sama sekali nggak berniat untuk menggugurkan kandunganku. Yang aku pikirkan adalah bagaimana caranya aku bisa menghidupi anak ini nantinya dengan keadaanku yang single parent. I also jobless.

Keputusanku untuk nggak melanjutkan kuliah yang pasti ditentang keluarga. Tapi kupikir hal itu udah nggak ada lagi gunanya, ditambah seluruh keluargaku juga seakan mengucilkan keadaanku yang hamil di luar nikah. Jadi aku pun memilih untuk pergi dari rumah, hidup sementara di tempat kost milik sahabatku, Yeri.

Nggak cuma berdiam diri dan meratapi nasib, aku mulai berusaha mencari pekerjaan, apa aja yang bisa aku lakukan demi untuk bertahan hidup selagi uang di tabunganku mulai menipis.

"Ren, Sean nyariin kamu tuh," Yeri menunjuk ke arah teras depan waktu aku lagi nonton tv di kamar.

Mungkin sekitar sebulan setelah meninggalnya Mas Candra, aku nggak pernah lagi berkomunikasi sama Sean. Dan begitu aku keluar dari kamar, Sean ternyata udah duduk menunggu disana.

Awalnya Sean cuma menatapku cukup lama sebelum dia mengucapkan sesuatu yang saat itu sempat bikin aku melongo.

"Kabur nggak akan menyeleseikan masalah, ada nyawa lain yang harus kamu jaga," ekspresi Sean datar, dia menghela nafas berat kemudian melanjutkan, "Ayo kita nikah, anak Mas Candra juga anakku. Dan karena Mas Candra udah nggak ada, biar aku yang bertanggung jawab sama hidup kamu."

What the hell...
Secara otomatis aku tolak mentah-mentah ajakannya yang gila itu. Memangnya dia pikir aku nggak tahu kalo dia juga udah punya pacar? Namanya Kle, anak hukum yang pernah dia kenalin ke aku semester lalu. Lagipula pernikahan itu kan sesuatu hal yang sakral, bukan sekedar hubungan seperti orang pacaran yang bisa dengan mudah putus di tengah jalan. Menurutku ide Sean sangat nggak masuk akal.

"Aku udah bilang sama Mama Papaku, dan urusan sama Kle juga udah aku seleseikan."

"Sean!" kesel karena dia berlagak sok jadi pahlawan, mataku melotot ke arahnya. " Ini tuh nggak semudah kaya apa yang kamu pikirkan, ini menyangkut masa depan seseorang."

Chicken Nugget [ HUNRENE ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang