Tentang Kita 2.

1.1K 230 227
                                    

Mama Cuwi menyambut kedatangan kita dengan senyum sumringah. Mama gaul yang kalau ngomong suka ceplas- ceplos tapi nggak tahu kenapa Mama mertuaku itu baik banget sama aku.

"Hallo sayang, kabar kamu baik-baik aja kan?"

Mama Cuwi peluk aku sambil cium pipi kanan kiriku.

"Sean suka mampir kesini sendiri, jadi Mama suka kesel kenapa nggak pernah ngajakin kamu. Minggu lalu Mama sama Mama kamu aja jalan-jalan berdua ke Mall, biasalah emak-emak kalau udah liat perabotan rumah tangga lagi diskon kan suka gatel. Kebawa ngimpi kalau sampe nggak beli."

"Baik Ma, baik banget malah," aku jawabnya pendek aja.

Mama Cuwi langsung ngajakin aku masuk ke ruang makan, beliau nunjukin masakan apa aja yang udah dipersiapkan buat makan siang kita. Sementara Sean dari tadi pasang muka kecut dan malah sibuk baca koran di ruang tamu.

"Kamu suka masak apa kalau di rumah? Sean nggak terlalu suka makanan yang pedes-pedes kecuali rendang. Samaan kaya Candra, Mama masak pake cabe sebiji aja dia udah nangis bombay."

Mataku melirik ke ruang tamu dan Sean masih duduk anteng disana.

"Ma, kita abis dari makam Mas Candra," kataku memberitahu.

Mama yang lagi menata lauk pauk di atas meja jadi menoleh, satu alisnya terangkat tinggi- tinggi.

"Sama Sean?" reaksi Mama malah kaget.

"Mas Sean yang ngajakin."

Pandangan Mama sekarang mengarah ke Sean, sorot matanya berubah jadi sendu. Nggak biasanya Mama Cuwi begitu, tipikal dia kan mirip banget sama Candra.

"Ck...," Mama Cuwi berkecap lirih, "...Mama lupa kapan itu Sean pernah mampir ke rumah, tumbenan banget mukanya kusut dan waktu Mama tanya dia malah nangis kaya anak kecil. Mama pikir Sean sama kamu lagi berantem, tapi Mama paksa dia buat jawab, yang ada malah dia teriak-teriak, kenapa Mas Candra harus pergi duluan, kenapa nggak dia aja. Jadinya Mama peluk sampe nangisnya dia berhenti."

Mendengar cerita Mama, aku jadi ikutan sedih. Selama ini yang aku tahu Sean itu orangnya tegar, nggak pernah sekalipun dia menunjukkan raut muka sedih atau apa, kecuali tadi waktu di pemakaman. Ya, dia memang deket banget sama Mas Candra, panutannya.

"Memangnya Sean nggak pernah cerita apa-apa ke kamu?" pertanyaan Mama bikin aku agak bingung jawabnya.

"Nggak Ma."

"Koq aneh si?" lagi-lagi ekspresi Mama Cuwi antara kaget bercampur heran. "Padahal kalau kesini yang dibahas pasti kamu, ngomongnya antusias banget sampe Mama nggak boleh motong ucapannya sedikitpun. Ke Papa juga gitu, pamer kalau dia itu bisa dapetin istri secantik kamu, terus jadi banding-bandingin kamu sama Mama. Ya jelas Mama kalah lah, kan Mama udah tua."

Reaksiku cuma senyum tipis, sayangnya Sean nggak pernah menunjukkan rasa antusias apapun di rumah. Dia capek, dia butuh minum, atau dia butuh apa selalu dia lakukan sendiri tanpa mau merepotkanku. Paling cuma baju kerja dia aja yang sering berantakan di atas tempat tidur, nanti aku gantung rapi lagi di lemari atau kalau udah kotor langsung aku cuci.

"Kalau lagi disini dia juga sering tiduran di kamarnya Candra, katanya biar baunya sama kaya kakaknya. Aneh emang," Mama mencomot seiris gorengan tahu, habis itu Mama manggil-manggil bibi nyuruh buatin minuman. "Kamu sama Sean istirahat dulu sana, nanti kalau udah waktunya makan Mama panggil deh. Ini Papa juga disuruh beli minuman dingin ko lama amat si dari tadi. Boker dulu kali ya di pom bensin."

Tahu bahwa Mama Cuwi mulai sibuk, aku menawarkan bantuan tapi Mama menolak. Aku nggak boleh ngapa-ngapain, nggak boleh capek takut cantiknya luntur katanya. Mama Cuwi memang lucu.

Chicken Nugget [ HUNRENE ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang