Only Hope

2.1K 158 56
                                    

Sebelumnya, maaf untuk para hunrene shipper karena one shoot ini akan mengangkat tema merried life antara Chanyeol dan--gue...Oh tydackkk😨😱 bercanda ✌ --istrinya, Nara (boleh bayangin diri kalian sendiri, tapi bayangin gue itu lebih baik, terserah 😁).
Bukan bosen sama Hunrene tapi mencari sesuatu yang baru aja. Bias harus tetep eksis juga donk...kan kesayangan😚😚

Cekidot👇

-----

2 Tahun yang lalu, keputusan dari kedua orang tuaku harus kuterima dengan rasa sakit yang luar biasa. Aku yang baru kembali dari Amerika dan pulang dengan gelar Magister Hukum harus menikah dengan anak dari salah satu sahabat dekat ayahku yang sama sekali tidak aku kenal.

"Orang tuanya meninggal akibat kecelakaan dan 3 bulan yang lalu pengacaranya memberitahuku mengenai surat wasiat agar menikahkan putrinya denganmu," ayah menatapku penuh dengan ekspresi pengharapan, pun begitu dengan ibuku.

Meja makan itu berubah hening dengan diriku yang tidak dapat berkata satu katapun. Bahkan baru 2 minggu ini aku bekerja sebagai dosen muda di salah satu Universitas terkenal di Seoul.

Aku jelas seorang lelaki normal, tapi untuk menikah, aku sama sekali belum menginginkannya. Beberapa kali aku menjalin hubungan dengan seseorang dan itu pun putus di tengah jalan karena aku bukanlah orang yang suka dengan sebuah komitmen. Aku tidak suka banyak berjanji, aku tidak suka bergantung pada seseorang dan aku tidak mau memberi banyak harapan palsu. Bagiku, karir dan ilmu adalah nomor satu, karena kupikir jika aku tumbuh menjadi lelaki bodoh maka aku akan sulit menjalani segala kehidupan di dunia ini. Aku pun berusaha mati-matian untuk menjadi orang yang pintar, setidaknya aku memiliki ilmu dan kompetensi yang dapat kuberikan untuk orang lain dan berguna bagi mereka.

Urusan menikah, ah Ya Tuhan...romantis saja tidak, kebanyakan mantan kekasihku memutuskanku karena aku yang begitu acuh terhadap mereka dan mereka mengataiku kekanakan. Bagaimana aku harus menikahi gadis yang sama sekali tidak kukenal, siapa dia, apakah dia menyukaiku dan apakah aku sanggup menyukainya?

"Jang Nara namanya, dia gadis yang ceria dan cantik. Dia juga sudah bekerja di salah satu perusahaan swasta di bagian keuangan. Dia akan datang kemari untuk makan malam bersama kita," ibu mengusap bahuku dan sepertinya dia tahu jika sekarang ini hatiku sedang gundah.

"Haruskah kulakukan itu?" kutatap ayah lalu ibuku secara bergantian.

"Ayolah sayang, usiamu sudah cukup untuk menikah dan membangun keluarga. Jika bukan karena surat wasiat itu, kami juga tidak akan memaksamu begini. Apa sekarang kau sudah memiliki kekasih?"

Aku dengan jujur menggeleng, sudah dua tahun ini aku memilih hidup sebagai seorang single dan tak mau dipusingkan dengan urusan wanita yang menurutku sangatlah merepotkan.

"Aku yakin lambat laun kalian bisa saling mencintai," ayah memberiku support, kemudian ia berdiri dari duduknya dan pergi tanpa sempat mendengar aku yang memprotesnya habis-habisan.

Dan benar, gadis yang bernama Nara itu datang. Dia cantik, rambutnya panjang sebahu dengan bentuk tubuh langsing dan juga ceria. Aku lebih banyak diam ketika dia lebih dahulu menyapaku, memperkenalkan dirinya dan mengajakku bercerita banyak hal. Sesekali itu saja aku tersenyum ketika dirinya sedang melucu atau salah bicara. Hari-hari berikutnya pun kami jadi sering bertemu, dia mengajakku jalan-jalan di malam minggu dan menonton film horror di bioskop. Jujur kuakui aku nyaman bersamanya tapi tidak untuk tertarik apalagi jatuh cinta padanya--not at all, sorry.

Begitulah hubungan kami hingga akhirnya aku pun setuju menikahi Nara meski hati ini tetap beku untuk bisa mencintainya. Pernikahan kami diadakan dengan sangat sederhana, tidak ada pesta meriah seperti kebanyakan orang dan tidak ada acara honeymoon sama sekali. Kami hanya tidur di sebuah hotel berdampingan sampai pagi tanpa terjadi apa-apa. Bersumpah aku sama sekali tidak menyentuhnya~entahlah jika pose tidurku kelewat keterlaluan.

Chicken Nugget [ HUNRENE ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang