Tentang Kita 4.

1.8K 236 179
                                    

Iren POV

"Kenapa kamu makannya sedikit?"

"Koq hari ini nggak telpon? "

"Mba...sini bilangin, itu kenapa tempat sampahnya di taruh disitu, balikin dong ke belakang."

"Roknya kependekan Mba...duh!"

"Nggak usah, pokoknya nanti kamu belanjanya nunggu aku pulang aja dari kantor. "

"Kamu maunya makan apa? Iya nanti aku beliin."

"Hari ini harus makan nasi, nggak usah diet-dietan."

"Nggak, kamu nggak gemuk, kamu masih langsing koq."

"Iya, iya, nggak usah marah-marah. Ini aku sebentar lagi pulang."

"Kenapa? Apanya yang sakit? Kenapa baru bilang si Mba? Ya udah ini aku telepon Mama biar bisa nemenin kamu ke dokter."

Sekarang ini Sean sering memanggilku dengan sebutan Mba setelah aku memanggilnya Mas. Udah gitu dia mulai cerewet, suka ngatur dan kalau lagi marah, susah banget diajak ngomong. Dia lebih sering protes soal penampilanku. Pake baju agak minim, udah disewotin. Giliran pake daster rombeng, dibilang mirip emak-emak. Katanya rambutku juga nggak boleh dipotong pendek, jangan keseringan diiket biar bagus kalau digerai.

Sean tahu hobiku itu membaca, jadi dia sering beliin aku beberapa novel atau majalah buat mengisi waktu senggangku di rumah. Kadang kalau tahu aku lagi sibuk sama bacaaanku pun, dia pasti nggak berani mengganggu. Paling pol dia cuma mendekat, melongok sebentar setelah itu duduk main games atau menonton tv.

"Mas, aku heran deh. Harga tas yang dipake model sama artis- artis koq bisa harganya sampai ratusan juta bahkan ada yang sampai milyaran. Emang bikinnya dari kulit dinosaurus apa?" aku yang selonjoran di sofa membuat Sean berpindah dan duduk nggak jauh dariku.

"Ya kan itu memang dibuatnya dari kulit hewan asli Mba, ada sertifikatnya. Yang bikin mahal kan merknya terus dibuat sama perancang handal yang udah mendunia," masih tertunduk ke layar Hp, Sean menjawab santai.

"Padahal buat gaya-gayaan doang ya, tapi bagus sih."

Obrolan nggak penting kemarin sore itu justru membuatku malam ini jadi dongkol. Sean pulang dengan membawa tas baru untukku yang harganya nggak berbeda jauh dengan yang aku lihat di majalah. Jadi bukannya seneng, aku malah marahin dia sampe lupa makan.

"Ini tuh pemborosan namanya. Kan duitnya bisa dipake buat beli yang lain. Aku masih bisa pake tas KW, kalau udah rusak terus kulitnya ngelotok kan aku bisa beli lagi. Kamu kalau mau beliin apa-apa tanya aku dulu dong. Balikin aja ke tokonya!"

"Nggak bisa, udah diterima aja kenapa si? Aku masih punya duit di tabungan, ini juga tadi aku tanya ke Mama dulu modelnya bagus apa enggak."

"Ya udah kasih ke Mama Cuwi aja," aku balikin tas itu ke pangkuannya. Terlalu sayang kalo tas itu cuma dipake buat belanja ke Mall. Lagian aku juga bukan wanita karier yang harus berpenampilan mewah. "Kerjaanku setiap hari kan di rumah, masa iya aku nyapu sambil nentengin tas."

Chicken Nugget [ HUNRENE ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang