Prolog
Quand il me prend dans ses bras
Qu'il me parle tout bas
Je vois la vie en rose⚘⚘⚘
Sejak lama aku menyukai pagi, karena Papa menyukainya. Kemudian ada seseorang yang membuatku menyukai senja.
Aku tetap menyukai pagi, tapi dia membuatku lebih menyukai senja.
Dia membuatku menikmati waktu bergantinya hamparan langit jingga berubah menjadi gelap.
Dulu, jika suasana hatiku sedang buruk, aku akan menyendiri duduk di dinginnya lantai bersusun keramik putih dengan menopang dagu memeluk kedua kaki yang tertekuk. Menikmati senja dengan suara lembut Edith Piaf mengalunkan "La Vie En Rose" dari headset yang terpasang di kedua telinga hingga dapat merasakan dia hadir.
Dia yang menyukai langit jingga dan senja juga kegelapan dan keheningan setelahnya.
Dia yang membuatku hidup kembali bertahun-tahun silam.
Dia yang berhenti bernafas untuk pergi selamanya dan tidak akan pernah kembali.
Tapi Sekarang, jika suasana hatiku sedang bagus, aku akan menyempatkan diri untuk menikmati senja, masih ditemani dengan suara lembut Edith Piaf mengalunkan "La Vie En Rose" dari satu headset yang terpasang di telinga.
Tapi aku tidak duduk dilantai bersusun keramik putih itu lagi. Aku duduk di sebuah sofa dalam dekapan Si Pengganti.
Si Pengganti yang sebelah telinganya terpasang satu bagian headset yang lain.
Si Pengganti yang membantuku merasa utuh, setelah dia pergi.
Si pengganti yang kini menyukai "La Vie En Rose" juga jingganya langit senja dan kegelapan setelahnya.
Si Pengganti yang tanpa kusadari telah lama menjadi bagian hidupku sama seperti dia yang telah pergi, bunga mawar merah, make-up, pensil, juga kertas.
Dan ini adalah ceritaku. Cerita Rindu Lentera Senja dengan mereka.
⚘⚘⚘
KAMU SEDANG MEMBACA
La Vie En Rose
General FictionTiap manusia mempunyai cara yang berbeda untuk mencintai. Ada yang mencintai dengan memiliki, mencintai dalam diam, ada juga yang mencintai dengan menunggu. Dari ketiga cara itu mana yang terbaik menurut seorang Rindu Lentera Senja? Bisa jadi semuan...