⚘⚘⚘
RINDU
"Pa, Papa dan Kak Thania bisa ke Bandung secepatnya? Agi... Agi masuk ICU kemarin." Hanya itu saja yang bisa aku sampaikan pada Papa ketika aku memberitahunya perihal kondisi Agi tadi malam, sebelum aku menangis dan Papa di sebrang sana menenangkanku.
"Papa dan Thania berangkat dari sini besok pagi. Kamu yang kuat ya, Rindu sayang. Agi pasti sembuh. Pasti." Itulah yang terakhir Papa katakan padaku sebelum memutus panggilan.
Kemarin pagi sebelum Agi mengalami kegagalan pernafasan disertai pendarahan pada otaknya yang mengakibatkan dia koma hingga sekarang, di ruangannya kemarin pagi, Dokter Tommy mengatakan, "saya salut sama Agi, dia kuat. Sangat kuat. Masih bisa sadar hingga detik ini dan bisa bertahan ditengah kondisinya sekarang. Baru terjadi lagi setelah 5 tahun berlalu saya menemukan pasien yang masih bisa bertahan dengan kondisi limpa, trombosit, HB dan ginjal seperti yang saya temukan pada Agi." Setelah ia membaca berkas laporan kondisi terkini Agi dari Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Dokter jaga yang bertanggung jawab di ruangan yang Agi tempati.
Dokter Tommy melepas kaca matanya, menyimpannya di meja sebelum beranjak dari kursinya dan duduk di kursi yang ada disampingku, "Rindu, tau kan kalau
kamu dan Agi sudah saya anggap seperti anak saya sendiri?"Aku mengangguk.
"Saya sekarang duduk disini dan berbicara pada kamu bukan sebagai Dokter yang bertanggung jawab atas kesehatan Agi, tapi sebagai seorang ayah pada anaknya. Tapi sebelumnya saya mau bertanya, kamu sudah mengerti kan bagaimana kondisi Agi sekarang?"
Tenggorokanku rasanya tercekat, mataku memanas. Aku tahu kemana pembicaraan ini mengarah.
Sudah tibakah waktunya?
Aku pun meremas jemariku sambil terus menghela nafas kemudian mengangguk. "Iya, Dok. Saya... paham."
"Perlu saya sampaikan, kebanyakan pasien saya mengatakan bukan kematian yang mereka takutkan juga khawatirkan setiap hari, melainkan orang yang mereka sayangi harus menangis, menitikan air mata, ikut merasakan sakit karena keadaan mereka. Mereka bilang rasa sakitnya melebihi rasa sakit yang tubuh mereka rasakan dan mengetahui jika tidak ada yang bisa mereka lakukan agar keadaan membaik membuat mereka merasa menderita beribu kali lipat. Rindu... Apapun yang terjadi nanti pada Agi, percayalah itu yang terbaik yang Tuhan takdirkan untuknya." Dokter Tommy mengatakan kalimat berikutnya dengan satu tangan menggenggam tanganku dan satu tangannya yang lain menepuk pundakku. "Kamu kuat, Rindu. Saya tau itu."
"Terima kasih banyak, Dok."
"Jangan berterimakasih! Saya justru yang harus minta maaf. Maafkan saya tidak mampu berbuat banyak untuk Agi."
KAMU SEDANG MEMBACA
La Vie En Rose
General FictionTiap manusia mempunyai cara yang berbeda untuk mencintai. Ada yang mencintai dengan memiliki, mencintai dalam diam, ada juga yang mencintai dengan menunggu. Dari ketiga cara itu mana yang terbaik menurut seorang Rindu Lentera Senja? Bisa jadi semuan...