Aku butuh kamu, lebih dari yang aku bisa bayangkan. - Rindu Lentera Senja
Kalau ada typo komen aja ya, jangan lupa tinggalkan jejak berupa komen ^^
****
Rindu
Los Angeles - California.Kakiku berpijak di sini empat puluh lima menit yang lalu. Di kota yang kukira istimewa, karena selama ini aku menganggapnya istimewa. Nyatanya sama saja dengan Bandung. Sama-sama tetap membuatku merindukan Agi.
Aku pikir setelah aku berada di sini, bagian diriku yang kosong akibat kepergian Agi akan sedikit terisi. Karena aku menyukai kota ini dan punya rencana datang ke kota ini dengan Agi. Tapi nyatanya sesampaikan di sini, aku tetap saja kosong, juga hampa.
Mungkin karena sekarang malam, gelap, dan sedikit sepi. Tidak seperti bayanganku selama ini pada kota ini. Mungkin beda dengan besok, setelah siang, terang, dan ramai.
Aku harap iya.
"Ndu..."
"Ya?" Suara berat Aric membuat pikiranku kembali. "Kenapa, Ric?"
"Driver-nya bilang hotel kita udah deket, sebentar lagi kita sampai." Aku mengangguk lalu memaksakan tersenyum pada Aric.
Ternyata jarak dari LAX airport ke hotel kami dekat sekali. Ah, tentu saja, nama hotelnya kan Hilton Los Angeles Airport jadi pasti, jaraknya tidak terlalu jauh dari airport.
Saking berkuasanya Agi dalam pikiranku, hal kecil seperti itu saja tidak aku sadari.
Sambil menatap langit malam dari balik kaca mobil, aku teringat kembali kejadian aneh dalam pesawat beberapa jam lalu yang membuat jiwaku seolah kembali pergi meninggalkan raga seperti sesaat setelah Agi pergi.
Tadi saat keluar dari toilet, aku seolah melihat Agi sangat jelas dan nyata berdiri sambil tersenyum di ujung lorong pesawat tapi kemudian hilang saat aku melihatnya lagi setelah seorang pramugari menyapaku.
Sejak saat itu, semua perasaan nggak enak setelah kepergian Agi yang terasa mencekikku mulai terasa lagi.
Kenapa bisa begitu? Aku bingung.
Apa mungkin karena sebagian kecil dari diriku takut, Aric dan LA bisa membuatku sedikit lupa dengan Agi? Walau sebagian besarnya yakin, nggak mungkin Aric dan LA bisa membuatku sedikit lupa dengan Agi.
Untuk kesekian kalinya, aku mengeluh lagi pada Agi. Permintaan kamu aneh, Gi. Tapi aku harap sekarang kamu seneng. Walau aku nggak bisa dan nggak akan pernah bisa nerima Aric dalam hidup aku, seenggaknya aku dan Aric udah menuhin permintaan aneh kamu.
Dadaku seketika sesak, mataku mulai memanas, aku mengepal kuat kedua tangan, tidak ingin menangis di sini.
"Ndu?" Dan untungnya Aric mencegahku.
"Ya?"
Aric menunjuk ke arah depan mobil, "kita udah sampai."
***
Kurang dari tiga menit kami sudah selesai check-in dan sekarang sudah berada di kamar masing-masing. Kamar Aric dan kamarku ternyata bersebelahan. Syukur deh, Sehan dan Jasmine masih waras memesan dua kamar untuk kami.
Hotelnya sangat bagus, hotel bintang empat. Padahal harusnya Sechan tidak perlu menghambur-hamburkan uang Agi untuk hal seperti ini, meski Agi yang memintanya sendiri. Sudah habis berapa ya kira-kira? Sayang sekali uangnya, lebih baik disumbangkan saja padahal.
KAMU SEDANG MEMBACA
La Vie En Rose
General FictionTiap manusia mempunyai cara yang berbeda untuk mencintai. Ada yang mencintai dengan memiliki, mencintai dalam diam, ada juga yang mencintai dengan menunggu. Dari ketiga cara itu mana yang terbaik menurut seorang Rindu Lentera Senja? Bisa jadi semuan...