"Kamu terlihat sibuk, sebaiknya aku pergi." Alina melihat Arvin begitu sibuk dengan kameranya sehingga saat berbicara dengan Alina laki – laki itu tidak melihat wajahnya.
"Mau ikut jalan – jalan bersamaku?"
Alina menatap Arvin kaget "Hah?"
Arvin berbalik kearahnya. "Kalau memang tidak ada kegiatan dan teman untuk pergi, kita bisa pergi bersama."
Alina tentu saja terkejut mendengar perkataan Arvin barusan, Arvin terlihat begitu dingin kepadanya tapi kenapa laki – laki itu bisa mengajaknya pergi bersama?
Alina tersenyum "Aku tidak ada kegiatan ..." Alina berfikir setidaknya ia memiliki teman untuk jalan bersama sekarang, jadi tidak ada salahnya untuk pergi bersama Arvin. "Apa kamu mau di temani jalan – jalan?"
Alina tidak mendengar jawaban apapun dari laki – laki itu. "Ayo ..." Alina memegang tangan Arvin "Aku orangnya mudah akrab dan pintar bergaul, anggap saja itu ucapan terima kasih karena kemarin sudah menolongku."
Arvin menarik tangannya dari pegangan Alina, Alina terkejut karena tarikan tangan Arvin begitu cepat.
Dia pikir aku memegang tangannya karena aku tertarik padanya? Oh tolong jauhkan pemikiran ... tapi ... kenyataannya begitu aku memang sedikit tertarik dengan laki – laki itu.
"Ayo kita cari kidomo." Arvin berjalan melewati Alina, Alina yang sempat kesal kemudian tertawa pada akhirnya ia akan naik kidomo. Sudah berapa kali ia mengajak teman – temannya untuk jalan – jalan naik kidomo tapi mereka menolaknya.
Alina berjalan mengikuti Arvin, Arvin berhenti berjalan dan itu membuat Alina menabrak tubuh Arfin.
"Ohh ... kenapa berhenti?" Tanya Alina.
Arvin membalikkan tubuhnya kearah Alina "Kita sedang jalan bersama bukan? Kalau kamu jalan dibelakang aku, aku merasa kamu sedang membuntuti aku."
Alina tertawa "Oh itu ..." Alina berdiri disamping Arvin "Kalau begitu mari kita jalan bersama."
Arvin kembali berjalan bersama Alina, setelah sampai diujung jalan mereka langsung menemukan kidomo. Alina melihat Arvin berbicara dengan kursisnya setelah itu Arvin mengisyaratkan Alina untuk naik kidomo tersebut. Dengan semangat Alina naik dan Arvin duduk dihadapannya.
"Kita mau kemana?" Tanya Alina.
"Cuman keliling – keliling aja, aku tau ini pertama kalinya kamu ke sinikan?" Tanya Arvin.
Alina tersenyum "Iya, kalau punya kesempatan aku ingin kembali lagi kesini."
Arvin menatap Alina "Kenapa ingin kembali lagi? Masih banyak tempat yang indah di Lombok."
Alina memiringkan kepalanya "Apa itu?"
Arvin menyipitkan matanya "Seluruh tempat yang terindah diLombok sudah aku datangi, tapi ada satu tempat dimana aku ingin kembali kesana dan aku masih belum memiliki waktu untuk datang kesana."
"Dimana?"
Arvin tersenyum "Itu rahasia."
Alina terdiam saat melihat Arvin tersenyum, Arvin mengangkat kameranya dan mengambil foto kursir yang sedang sibuk mengendarai kuda. Sedangkan Alina masih saja melihat wajah Arvin.
Bagi Alina Arvin memang laki – laki yang lumayan, tidak ... tapi dia memang cukup tampan, dari sisi tingginya dia mungkin mempunyai tinggi sekitar 180cm cukup tinggi menurut alina yang hanya memiliki tinggi sekitar 158cm.
Rambut Arvin tidak pendek dan juga tidak panjang, tapi ia memiliki sedikit poni didahinya.
Arvin memiliki mata yang indah mata yang terlihat sedikit sipit dan beralis tebal, hidung Arvin yang lumayan mancung. Bibir Arvin, dagu dan tentu senyumannya Alina benar – benar menyukai itu semua. Tubuh Arvin juga terlihat bagus, jelas terlihat Arvin sering berolahraga.
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE SUNSET AND YOU
RomanceSunset memang indah, tapi akan lebih indah lagi jika memandangnya bersamamu