Alina membuka kaca mata hitamnya saat berdiri didepan makam mamanya. Ia berjongkok dan mengelus makam mamanya.
"Hai ma, aku datang."
Helmi ikut berjongkok disamping Alina dan mengelus punggung wanita itu.
"Lihatlah anak kita sayang, dia sudah besar dan juga dewasa. Aku membesarkannya dengan baik bukan?"
Alina tersenyum "Ma, hari ini tepat sebelas tahun mama meninggalkan kita semua. Tetapi dalam ingatan kami wajah mama masih terbayang jelas. Aku harap disana mama selalu tersenyum ya."
Air mata Alina menetes, setiap datang ke makam mamanya ia selalu saja menangis. Ia benar - benar sangat merindukan mamanya.
Alina mengambil keranjang berisi bunga dari tangan tante Evania. Ia menaburkan bunga ke makam ibunya. Ia melihat paman Haidar berjongkok dihadapannya dan menyentuh makam ibunya.
Paman Haidar juga ikut menangis, Alina tau bahwa pamannya juga sangat menyayangi adik iparnya tersebut.
Setelah selesai dari makam mamanya, Alina kembali pulang dan makan siang bersama keluarganya.
"Kamu terlihat sangat kurus sekarang, sebaiknya kamu makan yang banyak." Kata Evania sambil menuangkan nasi dan meletakkannya didepan Alina.
"Aku bisa mengambilnya sendiri, aku bukan anak kecil lagi." Kata Alina.
Ia tau itu sedikit kasar, Alina memang dari dulu tidak menyukai Evania, karena menurut Alina selama ini Evania sedang ingin mendekati papanya dan ingin menikah dengan papanya.
"Alina, bersikap sopanlah kepada tante kamu." Kata Helmi tegas.
Alina mengambil piringnya dan meletakkannya didepan Haidar "Paman saja yang makan nasi itu, aku sedang tidak mood makan sekarang."
Alina bangun dari kursinya dan masuk kekamarnya.
"Alina, setidaknya kamu makan sedikit saja." Kata Helmi.
Alina menutup pintu kamarnya.
"Maafkan sikap Alina Eva, mungkin dia masih merasa sedih karena baru pulang dari makam mamanya." Kata Helmi.
Evania tersenyum "Tidak apa - apa, lagi pula tidak seharusnya aku memperlakukannya seperti tadi."
Evania menundukkan kepalanya dan merasa sedih karena sikap Alina yang selalu saja dingin kepadanya.
....
Alina melipat kedua tangannya dan meletakkannya diatas meja, sudah setengah jam ia menunggu Arvin, tapi laki - laki itu belum terlihat juga.
"Sudah mau pesan mbak?" Tanya pelayan Restoran, mungkin itu sudah pertanyaan ketiga dari pelayan tersebut. Alina mengembuskan nafasnya. Ia memesan beberapa makanan karena dia memang sangat lapar, tadi siang ia tidak makan karena merasa kesal dengan Evania.
Mungkin Alina memang salah kenapa ia harus marah kepada Evania yang selalu saja bersikap baik kepadanya. Tetapi tetap saja Alina menganggap itu semua Evania melakukan itu semua untuk menarik simpatinya dan mengizinkan ia menikah dengan papanya.
Pesanan Alina sudah sampai, tapi Arvin tidak terlihat juga. Dengan kesal Alina menghabiskan makananya. Alina menyesap minuman terakhirnya dan tiba - tiba seseorang menarik kursi didepannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE SUNSET AND YOU
RomanceSunset memang indah, tapi akan lebih indah lagi jika memandangnya bersamamu