"Kamu tadi kemana aja Al?"
Pertanyaan Rania mengejutkan Alina yang baru saja keluar dari kamar mandi. Alina mengeringkan rambut dengan handuknya.
"Oh itu ... Aku berjalan – jalan." Jawab Alina.
"Kemana? Kami tadi menghubungi kamu, tapi kamu enggak ngangkat." Tanya Rania.
"Naik kidomo, keliling – keliling. Oh iya, tadi hpnya tinggal di hotel."
"Jalan – jalan naik kidomo? Sendirian Al?" Tanya Adel.
Alina duduk dikursi depan kaca hias. "Enggak. Tadi aku pergi bersama ... Arvin."
"Arvin?" Serentak Adel, Rania dan Neila memberikan pertanyaan yang sama. Alina menatap ragu teman – temannya dan menganggukkan kepalanya.
Adel berlari kearah Alina dan duduk dilantai. "Kamu serius Al? gimana bisa ?"
"Iya Al, kok bisa sih? Aku liat Arvin itu orangnya dingin banget, jangankan sama kita sama Adel saja terlihat begitu." Tambah Neila.
Alina mengangkat bahunya "Tadi siang secara tidak sengaja kami bertemu dipantai, dan dia mengajakku untuk berjalan – jalan."
Adel membulatkan mulutnya dia tampak begitu kaget. "Kamu yakin itu Arvin Al?"
Alina menatap bingung kearah Adel, ia melihat kearah teman – temannya "Tentu saja itu Arvin."
Adel menyiku kaki Alina dan tersenyum menggoda "Kalau begitu itu tandanya dia tertarik sama kamu, aku tidak pernah melihat dia begitu sebelumnya."
"Kalian ingat gak waktu Alina jatuh kelaut kemarin? Arvin dengan cepat lompat kelaut dan menolong Alina." Rania ikut – ikutan tersenyum menggoda Alina.
"Menurut kamu Arvin gimana orangnya Al?" Tanya Neila.
Alina terdiam sejenak dan menjawab "Dia memang dingin orangnya, tapi dia terkadang terlihat lucu, menjengkelkan dan misterius."
"Misterius?" Tanya Neila.
"Itu artinya kamu penasaran sama dia, dan kamu ingin mengenal ia lebih dalam." Jawab Rania.
Alina mendengar teman – temannya tertawa. Memang benar Arvin benar – benar terlihat misterius. Dibalik sifatnya yang dingin Arvin pasti mempunyai sesuatu yang tersembunyi, terihat jelas Arvin orangnya sangat tertutup. Ia tidak terlalu banyak bicara, bahkan ia tadi lebih banyak mengabaikan perkataan Alina.
Alina mengatakan kepada Arvin untuk datang nanti sore kepantai, melihat sunset bersama. Tetapi Alina tidak datang, ia ingin mengerjai laki – laki itu. Biar saja laki – laki itu menunggunya disana, ia memang pantas merasakan itu karena dari tadi saat berjalan bersama ia banyak berbicara, tapi laki – laki itu diam saja dan malah mengabaikannya.
....
Helmi melihat tukang kebun yang bekerja dirumahnya sibuk membersihkan halaman belakang, ia menghirup udara segar pagi dan menggerakkan tubuhnya. Baginya bergerak dipagi hari itu sangat penting, meski tidak lari pergi ketaman berolah raga dirumah saja itu sudah cukup baginya.
"Pak, sarapan sudah disiapkan." Kata Afrah yang merupakan asisten rumah tangganya.
"Iya, terima kasih." Helmi masuk kerumahnya dan berjalan kearah dapur, ia sempat berhenti saat melihat kalender yang terpajang di dinding rumahnya. Minggu depan merupakan sebelas tahun meninggalnya Dian, istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE SUNSET AND YOU
RomanceSunset memang indah, tapi akan lebih indah lagi jika memandangnya bersamamu