Bagian 10

39 7 0
                                    

HAPPY READING!!

Dhea sudah berada dikelas, Dhea membawa cokelat serta memo-nya untuk diberitahukan kepada Indah, dan Dhea juga akan memberitahukan chat yang semalam kepada Indah.

"Indah! Sini!" Ucap Dhea melambaikan tangan kanannya.

"Apa sih, Dhe. Gue baru dateng nih, orang mah kasih duduk dulu kek, nafas dulu kek," ucap Indah yang sambil duduk dibangkunya.

"Hehehe, abis aku penasaran banget sama yang kasih cokelat dan memo itu ke aku, oh iya!" Dhea membuka resleting tas dan mengambil cokelat dan secarik memo, lalu diletakkan dimeja. "Ini yang kemarin sore ada di loker aku,"

Indah mengerutkan kening lalu mengambil secarik memo dan membacanya, "D? Siapa D? Dikelas kita namanya dari D cuma 3, Didit, Deni, sama Davin, mungkin dari ketiga itu deh!"

"Didit kayaknya gak mungkin deh, Ndah. Masa iya si Didit? Didit kan pendiem gitu, dia juga kan sama aku jarang ngobrol," ucap Dhea yang matanya mengarah kepintu. "Nah itu Didit, coba aku tanya,"

"Didit!" Didit sedang berjalan, lalu menengok kearah Dhea, dan mendekati meja Dhea, "kenapa Dhe?" Dhea mengangkat cokelat dan memonya, "kamu yang taruh ini ke loker aku?" Didit mengambil memo tersebut, "ini mah bukan tulisan gue, Dhe. Gue juga gak tau katasandi loker lo." Ucap Didit.

Dhea mengerucutkan bibirnya, "yah salah dong berarti, yaudah makasih ya Dit. Maaf aku ganggu kamu." Ucap Dhea menampilkan senyum manisnya.

Didit menggangguk, "oke sama-sama. Yaudah kalau gitu gue ke tempat duduk dulu, ya," ucapnya sembari berjalan kearah tempat duduk.

Indah berdecak kagum, berbisik ke telinga Dhea, "gue gak nyangka Didit yang pendiem gitu mau ngomong banyak sama lo,"

"Apa, sih Ndah, berarti bukan Didit orangnya, masih ada dua orang lagi, Deni sama Davin. Tapi Ndah kalau Deni gak mungkin deh, Deni kan udah punya pacar tuh si Jeje, masa iya dia yang kasih cokelat itu." Indah memegang dagunya sembari mengangguk-anggukan kepalanya, "bener juga, ya. Target kita tinggal satu, Davin! Tapi gue gak yakin kalo itu Davin, secara Davin slegean gitu, dia juga gak kenal kan sama lo, masa tiba-tiba dia kasih lo cokelat, sih,"

"Nah makanya itu, udah deh jangan Davin, coba aja tanya sama anak IPS yang lain," saran Dhea. "Lo gila Dhe? Anak IPS banyak banget yang huruf depannya dari D," Indah menggeleng-gelengkan kepalanya, tidak menyangka saran Dhea yang amazing, memangnya Dhea pikir tanya-tanya ke semua anak IPS itu tidak membutuhkan tenaga, ada ada saja.

"Ya terus siapa dong Ndah? Aku masih penasaran nih,"

"Coba lo tanya sama Davin gih, gue masih penasaran sama dia tapi,"

"Gak ah, aku gak berani, kamu aja yang tanya,"

Tepat saat Dhea selesai mengucapkan kalimat itu, Rendy, Davin, Johan dan Bayu masuk ke dalam kelas.

"Davin! Sini bentar!" Ucap Indah.

"Yah Indah, kok cuma Davin yang dipanggil, Abang Bayu enggak nih?" Ucap Bayu yang mengedipkan sebelah matanya kearah Indah.

"Apaan si lo, geli gue liatnya,"

"Indah jangan gitu dong sama Abang," canda Bayu.

"Diem deh lo, ini lebih penting dari pada berdebat sama lo!"

"Kenapa Ndah?" Tanya Davin.

Indah memberi cokelat dan memo ketangan Davin, Davin menaikkan sebelah alis, "gue mau tanya, itu lo bukan yang kasih cokelat itu ke Dhea?" Mendengar nama Dhea, Rendy langsung menarik memonya, Bayu, Johan dan Davin pun ikut membaca.

Bayu tertawa, "Davin bisa soswit gini? Ck ck ck tidak menyangka aku," canda Bayu diikuti gelengan kepalanya.

"Heh! Yang ditanya Davin, kenapa jadi lo yang bawel sih," ucap Dhea.

LovenderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang