2

67 5 2
                                    

Blenda duduk dibangku taman dengan minuman ditangannya. Mata nya menatap kearah anak anak kecil yang tengah bermain dengan tawa. Membuat siapa pun gemas yang akan melihatnya.

"Blend?" panggil angkasa.

Blenda mengalihkan pandangan dari anak anak kecil tadi dan menatap angkasa yang kini duduk disampingnya. Angkasa masih mengenakan seragam sekolahnya. Dan rambutnya yang acak acakan. Yang akan membuat cewek lemes jika melihat angkasa sedekat ini.

"Ada yang mau gue omongin sama lo" kini blenda membuka pembicaraan. Angkasa membenarkan duduk sambil menatap blenda. "Apa?"

Blenda menyedot minumannya. "Lo serius suka sama bryna?". Manik hitam milik angkasa menatap lekat manik biru milik blenda. Ia kaget karna pertanyaan yang ditorehkan kepadanya. "Hmmmm iya gue suka"

Blenda mengangguk "ada yang harus gue lurusin soal perasaan lo ke kembaran gue". Angkasa menatap bingung "maksudnya?"

"Tolong jangan deketin bryna dulu" ucap blenda. Membuat angkasa agak tertohok dengan ucapan blenda. "Kenapa?". Blenda melihat raut wajah angkasa yang agak sakit karna ucapannya itu. "Jangan nunjukin kalo lo suka sama dia,karna dia belom siap buat pacaran lagi".




Angkasa mengerti yang dimaksud blenda. "Terus gue harus apa?". Blenda kembali menyedot minumannya. "Tetep jadi sahabatnya bryna dan tunggu waktu yang tepat bryna bisa nerima lo".

Angkasa mengangguk pelan mengerti. "Tapi disaat yang tepat gue justru udah beralih ke yang lain gimana?"

Blenda menghela nafasnya. "Lepasin,karna gak selamanya kita bisa nunggu kan? Gue ngerti maksud lo,ya kalo lo gak bisa nunggu mending dari awal lo lepasin jangan disaat bryna udah yakin sama lo,lo malah bertemu yang baru,kalo kaya gitu lo sama aja kaya jendra"





Angkasa agak tertohok dengan ucapan blenda. Lepasin? Apa dia bisa lepasin bryna dan mencari yang baru?. Tapi disisi lain apa dia bisa nunggu bryna?. Entah lah,angkasa semakin bingung dengan hal rumit kaya gini.

"Gue yakin sebenernya bryna juga punya perasaan yang sama kaya lo" kini blenda kembali bersuara.

"Kenapa lo bisa seyakin itu?" tanya angkasa. Blenda meletakkan minumannya disampingnya. "Yakin,gue kembarannya,gue tau perasaan dia,dia cuman belom berani ke hubungan yang baru,ya itu masalahnya,patah hati sebelumnya yang udah buat dia sedikit takut"

Angkasa menautakan jari jarinya bingung. Apa yang harus dia lakukan. "Gue bakal tetep jadi sahabatnya bryna untuk saat ini dan nunggu waktu yang tepat buat nyatain perasaan gue ke dia" itulah keputusan angkasa.

Blenda mengangguk "oke,gue pegang omongan lo". Lalu bangkit ingin pergi. Begitu juga angkasa "lo mau bareng gue??? Tanya angkasa.

Blenda menggeleng "engga,gue dijemput sama nando,bisa abis gue diremukin sama nando kalo bareng lo". Lalu angkasa dan blenda tertawa.

"Segitu galaknya apa nando?" tanya angkasa sambil mereka berjalan kearah parkiran taman dimana nando akan menjemput blenda. "Dia emang galak banget" jawab blenda.

Angkasa tertawa "gila ya,bisa digebukin kali gue ama dia,kalo nganter lo pulang". Blenda kembali tertawa "bisa bisa tinggal nama doang lo"


"Ehem" suara nando mengintrupsi mereka sehingga mereka berhenti tertawa. "Asik asik ya ketawa" lanjut nando. Blenda tersenyum kearah angkasa. Seakan akan mengisyaratkan tuh kan gue bilang juga apa!!! Abis lo sama dia.

"Sorry,jangan cemburu dulu,kita kesini ngomongin bryna ko bukan selingkuh" angkasa berusaha menahan tawa.

"Yaudah,ayo pulang yang" ucap nando sambil menarik tangan blenda lembut.


PerfectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang