11. Are You Okay, Leo?

97 6 0
                                    

11

Setumpuk map berserakan di meja kerja Azra, menutupi keyboard laptop yang terbuka. Azra duduk di balik meja dengan pekerjaan yang menguras energinya. Malam sudah begitu larut. Ia cukup lelah hari ini, padahal besok weekend, tapi ia ingin pekerjaannya cepat usai dan tidak mengganggu acara weekendnya.

Azra kembali menyibak lembar kertas di dalam map. Berkali-kali ia mengusap wajahnya yang mulai mengantuk. Sudah dua gelas kopi ia habiskan, tapi tetap belum bisa mengusir kantuknya kini. Sepertinya ia harus menyerah malam ini.

Besok saja dilanjutkan, batinnya.

Ia merapikan map yang berserakan dan menumpuknya di samping laptop yang masih menyala. Azra manuju kamar mandi untuk bersih-bersih dan mengambil wudhu. Ia segera terjun ke ranjang nya, matanya sudah menutup namun belum juga tidur. Sepertinya ada sesuatu yang mengganjal di kepalanya, tapi apa?

Karna belum juga tahu apa yang membuatnya gelisah, ia mengambil smartphonenya di nakas. Kemudian membuka aplikasi pesan dan berharap ia segera menemukan apa yang mengganggunya. Sudah sepuluh menit ia berkutat dengan aplikasi pesan di smartphonenya, namun nihil. Isinya hanya pesan pekerjaan yang sudah ia ketahui. Mungkin hanya pikiranmu saja, Zra.

Azra menghela napas panjang. Lalu kembali menutup mata.

Shira. Batinnya meneriaki nama itu. Ia ingat ia punya janji dengan wanita itu. Azra akan meenghubunginya. Tunggu, sudah pukul berapa ini? Azra menoleh pada jam dinding di kamarnya. Padahal smartphoenya masih ia genggam.

23.57

Tiga menit lagi menuju esok hari. Azra mengutuki dirinya yang melupakan janji itu. Walau hanya sekedar janji menelepon, tapi tetap saja ia punya hutang. Jadi apa yang akan di lakukan Azra? Yah, mungkin aku akan meneleponnya besok pagi saja, sarannya untuk dirinya sendiri.

Namun sepertinya otak dan hatinya tidak sejalan. Kini smartphonenya sudah berada di samping telinga. Ia tidak banyak berharap. Besar kemungkinan orang yang dihubunginya sekarang sudah melakukan aktifitas di mimpinya. Tidak menutup kemungkinan juga seseorang yang disana menunggu nya. Ah, kemungkinan kedua rasanya sulit diterima mengingat malam yang sudah larut dan telponnya juga tidak terlalu penting.

Panggilan tidak terjawab.

Azra menghubunginya sekali lagi. 

Sebenarnya apa yang sedang saya lakukan? Tidak ada jawaban berarti ia sudah tidur bukan? Batin Azra.

"Halo?"

Tepat setelah dering ketiga, suara seorang wanita terdengar di ujung sana. Azra langsung bangkit dari tidur terlentangnya, ia berjalan keluar kamar. Sempat tertegun sejenak. Shira masih terjaga ketika matahari sudah jauh dari Yogyakarta? Apa kemungkinan kedua tadi boleh Azra pikirkan?

"Assalamu'alaikum," Azra menuju sofa yang menghadap pemandangan malam kota Yogyakarta. Lampu rumah-rumah dibawah tampak seperti bintang. Indah sekali.

"Wa'alaikumsalam."

"Sudah larut malam, maaf mengganggu?" Hanya menanyakan hal kecil tidak apa kan? Untuk Azra tidak apa, untuk Shira? Azra ingin mendengarnya.

"Tidak apa-apa, saya juga belum tidur kok."

"Saya baru selesai melihat laporan keuangan."

"Wah, sudah jam segini tapi masih mengurusi pekerjaan, pasti melelahkan."

"Em, lumayan." Jawab Azra yang sudah cukup mengantuk

"Kalau begitu, istirahat. Saya juga mau istirahat."

Find You, as A HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang