19.
Seikat bunga lily putih nan cantik membuat mood Shira lebih baik pagi ini. Padahal laporan yang harus ia cek sangat banyak, membuatnya harus duduk berjam-jam hingga waktu istirahat tiba. Cuaca sedang mendung, langit kota tampak lebih suram dari biasanya. Sudah memasuki bulan November, dan banyak acara besar yang akan di-handle oleh Shira sebagai manager dari tim desain.
Sejak pertama kali Gazzele diluncurkan, sudah menjadi tanggung jawab tim desain memegang produksi dan serba-serbi menyangkut Gazzele. Seperti acara fashion show yang akan diadakan bulan November ini, tim desain akan bekerja sama dengan tim lainnya dalam menjalankan salah satu program yang cukup penting bagi perusahaan.
Tema yang Shira dan timnya pilih untuk fashion show tahun ini adalah Summer Breeze. Gazzele ingin menampilkan warna yang cantik dari musim panas untuk menghiasi bulan November yang mulai berawan. Hujan selalu identik dengan datangnya mendung, awan berwarna kelabu, dan petir yang seringkali menakutkan. Shira pikir, kenapa tidak Gazzele memadupadankan warna musim panas pada musim hujan yang tetap terlihat cantiknya. Gazzele tidak ingin musim hujan kehilangan jati dirinya, jadi warna-warna di musim hujan akan tetap menonjol.
Pintu ruang direktur terbuka perlahan, Shira dengan kemeja putih berlengan balon dengan celana high waist berbahan jatuh warna hijau emerald masuk membawa laporan awal pelaksanaan Fashion Show Gazzele.
"Selamat pagi Pak Kevin, saya membawa laporan pelaksanaan Fashion Show Gazzele minggu depan Pak." Shira menyerahkan sebuah map ke Kevin.
"Oke. Satu minggu lagi, gak kerasa ya, di crosscheck lagi semuanya, detailnya diperhatikan lagi. Biasanya yang sering collapse itu karena hal-hal kecil sering kali diabaikan. Dari saya sendiri, kalau yang terakhir kali sudah di revisi, udah aman. Paling nanti kalau ada perubahan di detailnya, laporkan saja langsung di last report setelah pelaksanaan." Jelas Kevin
"Baik Pak, kalau tidak ada revisi lagi saya pamit pak, selamat Siang." Shira berbalik meningkalkan ruangan direktur. Shira segera kembali ke timnya untuk meninjau kembali apa-apa yang perlu ia perhatikan.
Punggung Shira terasa begitu pegal duduk seharian di mejanya, belum lagi meeting yang menunggunya siang ini.
I want some ice cream, batinnya.
Kesibukannya sejak pagi membuat hari terasa lebih cepat, saat ini Shira sudah memegang stir mobil menuju rumah sakit untuk menjemput Leo. Setibanya disana, Leo sudah merapikan semua barang-barangnya begitu juga administrasi sudah Leo bayar. Shira hanya membantunya membawa barang-barang Leo ke mobil.
"Mau mie ayam Haji Solihin, Dek. Mampir bentar ya, di bungkus aja." Ucap Leo setelah mereka berada di mobil.
Shira melotot tak percaya pada kakaknya ini. "Baru keluar berapa menit yang lalu, udah mau makan yang aneh-aneh aja Kak?"
"Gak pedes kok, cuma kecap saos aja, sambel dikit deh. Gak ngaruh." Leo menghiraukan peringatan adiknya, ia fokus dengan hanphonenya, sedangkan Shira menghela napas lelah. Ia tidak ingin energinya yang sudah terkuras di kantor ini habis di tengah jalan sebelum sampai tujuan.
***
Angin lembut menyisir dedaunan di halaman belakang rumah keluarga Abraham. Sedang pagi di Bandung sudah di guyur hujan sebagai salam dari Sang Kuasa. Menghadirkan aroma tanah yang menenangkan.
Seorang ibu yang tak lagi muda sedang meminum teh hangatnya sembari menonton televisi. Sofa yang ia duduki cukup panjang untuk duduk beberapa orang lagi. Tetapi sepertinya suami dan anak sulungnya sedang sibuk dengan kegiatannya sendiri-sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Find You, as A Home
RomantizmRumah hanyalah sebuah kata, jika tidak ku temukan hadirmu di dalamnya. by. Taffycoffee_