18. Leo

96 7 0
                                    

18


Sebungkus martabak coklat keju dibawa Zain menuju mobilnya yang ia parkir tak jauh dari gerobak martabak. Lusa ia sudah harus kembali ke Surabaya, hari ini ia berniat mengunjungi Leo. Namun alih-alih membawa makanan yang Leo suka, Zain lebih memilih membawa makanan yang Shira suka. 

Hehe, Zain mengulum senyum, tak sabar segera bertemu Shira. Tapi ia juga sedikit sedih, kedatangannya menjenguk Leo juga untuk berpamitan. Padahal ia baru bertemu lagi dengan teman baiknya setelah 9 tahun kehilangan kontak. Yah tapi sekarang Zain sudah punya nomor Shira, jadi mereka tetap bisa berkomunikasi kan? Setidaknya menanyakan kabar. 

Mobilnya masuk ke parkiran rumah sakit, ia melihat jam di tangannya, sebentar lagi jam besuk habis. Zain turun dari mobilnya, tidak lupa dengan martabak dan es krim yang tadi ia beli. Baru beberapa langkah kakinya menjauh dari mobilnya, sebuah suara menegurnya dari belakang.

"Zain."

Zain menghentikan langkahnya dan berbalik mencari sumber suara. Ia melihat wanita dengan training abu-abu dan sweater biru muda, ditangannya ia membawa ecobag dan sebuah tas ransel kecil.

Shira berlari kecil menghampiri Zain yang berdiri diam menunggunya sembari tersenyum.

"Dari mana, Ra?" Tanya Zain pada Shira.

"Dari rumah. Lah, ku kira kamu udah balik ke Surabaya?" Shira menyamai irama langkah Zain yang juga menyamai langkahnya. 

"Ini sekalian mau pamit." Ucap Zain, tangannya hendak mengambil alih ecobag yang ada di tangan Shira.

"Gak usah, gak berat kok." Kata Shira. "Kapan baliknya? Besok? Naik mobil? Atau pesawat?" Shira memborong pertanyaannya.

Zain tertawa kecil, lalu mengatakan. "Satu-satu Ra, bingung  aku mau jawab yang mana dulu." Ujarnya.

"Maaf-maaf, jadi kapan baliknya?"

"Lusa, insyaallah. Naik pesawat dari sini. Mau ikut? Sekalian jalan-jalan, nanti aku ajak keliling Surabaya." Ajak Zain, sedikit harap wanita ini meng-iyakan.

"Emang di Surabaya ada apa?" Tanya Shira. Ia tidak terlalu tertarik. Sekalipun ia suka dengan tempat-tempat baru, namun ia lebih nyaman untuk menikmatinya sendiri. Solo traveler, sebutan untuk orang-orang yang suka bepergian sendiri. Seperti dirinya, walau akhir-akhir ini ia memang tidak kemana-mana.

"Ada aku, hehe." Ucap Zain meringis.

Shira memutar bola matanya geli.

Pintu ruang rawat inap terbuka, tampak seorang pasien dengan sebuah laptop di pangkuannya.

"Selamat malam, ada yang bisa saya bantu?" Tanya Leo saat Zain meletakkan martabak manis di meja samping ranjang Leo.

"Gimana kabarnya bang? Kapan keluar?"

"Alhamdulillah baik udah, besok bisa pulang katanya." Jawab Leo. "Kamu gak ada kerjaan Zain di Surabaya? Masih disini aja." Sarkas Leo. Rupanya ia cukup dekat dengan teman adiknya itu.

Zain tertawa. "Ada lah bang, tapi kan aku mau ketemu calon kakak ipar dulu sebelum pulang." Jawab Zain membalas Leo.

Leo melotot tajam ke arah Zain yang tersenyum hangat dengan raut muka jahilnya. Begitupun Shira yang menatap horor teman lamanya. Mereka masih canggung tentunya, meskipun mereka teman lama, bagi Shira, Zain merupakan orang yang baru kemarin ia temui. Tapi entah kenapa mereka cepat akrab, Shira pikir ini karena kepribadian Zain yang memang humble membuatnya betah ngobrol dengannya.

Setelah reuni yang dadakan itu, Shira banyak berinteraksi dengan Zain. Dari sekedar chat, sampai bertemu untuk saling mengenal lagi. Lagipula Shira tidak punya teman laki-laki di luar sana, jadi dia pikir kenapa tidak? Sedangkan Jessy memang sudah tidak di Yogyakarta, ia kembali ke kota tempat suaminya tinggal. Sebentar lagi Zain pun begitu, rasanya jadi tambah sunyi.

Find You, as A HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang