9
Aksi kejar-kejaran lima orang itu berhasil membuat bakul es buah langganan Shira dan Rosa mendapat rezeki tambahan.
"Mang Bagus!" Seru Shira untuk membuat bakul es buah yang biasa mangkal di dekat kantornya berhenti. Dan benar, bakul itu berhenti.
Shira menghela napas untuk ke sekian kalinya. Bodoh memang menyadari Shira mengejar bakul es buah itu dengan berlari sedang bakulnya sendiri mengayuh sepeda yang mendorong gerobak. Tapi mau bagaimana lagi, bakul es buah yang enak ya milik satu bakul itu, Mang Bagus. Bukan hanya enak, gerobaknya pun bersih dan nyaman walau sekedar melihatnya.
"Duh, neng Shira kok mlayu-mlayu to? Tidak di panggil saja saya nya? Monggo neng duduk dulu." Kata Mang Bagus yang sudah menghentikan gerobaknya dan menurunkan satu kursi panjang serta meja untuk Shira duduk.
Setelah Shira menenangkan napasnya, ia mulai berkata. "Mang Bagus kok udah mau pergi aja jam segini? Biasanya," Shira menoleh ke kanannya melihat Rosa berlari menghampirinya.
"Loh, Mbak Ro," Shira ingin menanyakan maksud Rosa mengejarnya dan memanggilnya tadi. Namun Rosa keburu menyela.
"Shira! Ini Pak Azra nelpon hp lho! Huuh, huhh. Gila capek banget gue lari gini." Kata Rosa yang sempat memotong ucapannya sendiri dengan helaan napas lelah.
"Pak Azra?" Kata Shira yang tidak menatap Rosa.
"Iya Pak Azra." Timpal Rosa pada shira. Namun suara langkah kaki yang terburu membuat Rosa terhenyak oleh sosoknya. "Lho, Pak Azra?" Kata Rosa kaget dan sedikit mengernyit untuk mengenali sosok di samping Dirutnya kini. Dan keduanya menatap ke arah Shira. Dan dalam hitungan detik satu orang lelaki lengkap dengan jasnya datang, dialah Kevin. Seketika seluruh perhatian menuju pada Kevin yang langsung duduk di samping Shira. Semua, kecuali Zain yang tetap mengamati Shira.
Apa benar ini Shira yang dia kenal dulu?
"Kalianhh,, hah, haahh, huuuuh, kalian ini,, hh, bisa lari,, hh pelanan sedikit tidak sih?" Kata Kevin tersengal.
"Pak Kevin mau saya pesenin es buah? Pak Azra sama masnya mau juga?" Shira memandang ke arah orang yang Shira maksud setelah memandang sesosok Zain yang kini menggaruk tengkuknya bingung. Azra dan Zain yang masih bugar dengan keringat di pelipisnya hanya mengangguk kikuk. Bingung dengan apa yang harus mereka lakukan.
"Mang Bagus, yang biasa ya, lima porsi." Kata Shira kepada Mang Bagus yang menunjukkan ibu jarinya kepada Shira setelah menaruh kursi dan meja kedua. Untung saja bakul es buah itu berhenti di dekat teras bangungan toko yang sedang tutup. Jadi suasana masih terlindungi dari panas matahari yang sudah mengantuk tertutup awan.
Setelah itu tidak ada lagi yang membuka sura di antara Shira, Azra, dan Zain. Padalah sebelumnya mereka berniat untuk memastikan sesuatu, namun karena suasana tidak mendukung mereka menundanya. Suara yang terdengar berat dan membuat orang yang dituju tak dapat menolak panggilannya itu kini terdengar. Azra tak harus menunggu satu detik lamanya untuk membuat Shira menoleh padanya. Kini hanya suara pengguna jalan dan suara Mang Bagus yang mencampur es buah dengan telaten yang terdengar. Suara napas terengah sudah berubah menjadi suara deruan napas yang sedikit canggung. Kevin langsung mengajak Rosa berbincang. Dan tinggallah Zain seorang dengan pikirannya sendiri yang berkutat.
Mereka menghabiskan es buah dengan segera.
"Ohh, jadi Pak Zain ini klien dari Zoro? Wahh, saya cukup sering belanja di sana." Kata Shira di tengah perjalanan kembali ke kantornya.
Sejak tadi Arzeno hanya mengangguk tanpa menatap lawan bicaranya.Sudah ku duga, ia kembali ke Jogja. Batin Zain sedari tadi. Ia senang bisa menemukan orang yang sudah ia anggap adiknya ini. Semenjak kepindahan Shira, ia tak pernah mendengar kabar darinya. Hanya kakaknya Shira, Leo yang menjadi seorang pemberita kabar temannya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Find You, as A Home
RomansRumah hanyalah sebuah kata, jika tidak ku temukan hadirmu di dalamnya. by. Taffycoffee_