promise

1.7K 66 0
                                    

Setelah mengucapkan kata kata itu gadis segera menarik dasi Rey dan langsung mengecup bibir laki laki itu.

Rey mendorongnya menjauh. Suara hp terjatuh terdengar dari arah pintu dilihatnya seorang gadis yang ia sayang tengah berdiri disana dengan mata sayu.

"Mishel" Rey mendongak kaget.

Dia berusaha berlari meraih gadis yang tengah berusaha menjauh pergi.

"Dengarkan aku dulu, aku bisa jelasin" rey tetap menarik dan tak mau melepaskan tangan gadis itu.

"Plak" tamparan sangat keras mendarat di pipinya memberikan bekas memerah.

Air mata Mishel akhirnya mengalir setelah berusaha ia tahan sejak tadi

"Laki laki brengsek"

Rey tetap menahannya pergi, sementara rahel kebingungan dia juga tak bisa ikut campur terlalu dalam ke dalam hubungan mereka berdua.

"Dengerin alasanku dulu" rey terus meminta waktu

"Alasan apa? Alasan kenapa aku bisa ngeliatmu ciuman sama cewek lain?" Teriaknya.

Untungnya suasana sangat sepi karena satu sekolah tengah berkumpul di ruang seminar.

"Itu nggak bener, bukan aku..." belum selesai berbicara Mishel kembali menghentikannya.

"Terus gimana ke Bar malem malem sama Naila? Kerja kelompok? Kamu bilang dia adikmu, gimana caranya orang yang kamu anggap sebagai adik sendiri pernah pacaran samamu? Semua omonganmu BULLSHIT brengsek, gimana aku bisa percaya? Terus siapa yang harus percaya?"

Gadis itu terus meneriakinya, dan meronta ronta berusaha melepaskan tangannya.

Hingga tatapan kekecewaan terlihat dimata gadis itu, air matanya terus mengalir deras. Melihat itu Rasanya hati Rey ikut remuk, tangannya terasa lemas hingga tangan gadis itu terlepas. Dia berlari menjauh diikuti oleh Rahel.

Badannya lemas, rey berjalan pelan kembali kekelas, disana Naila masih menangis tersedu sedu di lantai kelas. Rey mendekati gadis itu "aku.. sungguh mencintainya, semenjak aku melihatmu bersama laki laki itu, semanjak kamu menyelingkuhiku dan merusak hubungan kita, aku memang susah untuk melupakanmu, dan berkat Mishel aku bisa kembali merasakan kasih sayang, aku nggak main main berhubungan dengannya"

Ucapan yang membuat tangis naila menjadi-jadi.

----

Nafsu makannya hilang, kepalanya terasa pusing. Dia terus menelfon Mishel

Tak mampu menahan keinginannya dia langsung berangkat menuju rumah Mishel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak mampu menahan keinginannya dia langsung berangkat menuju rumah Mishel.

Cuaca dingin daun daun jatuh terkena angin yang berhembus cukup kencang.

Disana Rey memencet bel berulang kali, gadis yang ingin ditemuinyapun akhirnya keluar namun tetap di dalam pagar rumah dengan tatapan dinginnya tatapan yang sama saat pertama kali pertemuan mereka.

"Aku sungguh hanya menyukaimu"

Gadis itu masih tetap diam, mulutnya tertutup rapat tanpa mau membuka pagar Rey melihatnya dari sela sela lubang pagar.

"Aku mendapat pesan berisi foto Naila di club,  aku hawatir bagaimanapun aku pernah mengenalnya sejak kecil jadi aku mendatanginya dan membawanya pulang"

Mishel mendengus "lalu? Kamu senang berduaan dengannya? Karna itukah kamu nggak ingin aku mengganggu waktumu? Karena itu kamu berbohong"

Rey menggedor gedor pagar "bukalah pagar ini dulu biarkan aku menjelaskannya"

Namun lagi lagi mishel hanya diam tanpa melakukan apapun tanpa jawaban apapun.

"Aku takut, aku takut kamu berfikiran buruk, aku takut kamu tidak mempercayaiku.. aku.."

"Apa nggak ada alasan lain? Yang lebih masuk akal?"

Rey kembali mengacak acak rambutnya. "Aku sungguh sungguh.. aku hanya menyukaimu" sambil meraih tangan mishel dan menggenggamnya di sela sela pagar.

Mishel melepas tangan Rey "jangan menyentuhku" dengan suara lembut dan lemah "aku bisa menerimanya jika kita masih punya hubungan, tapi tidak sekarang"

"Maksudmu?" Rey kaget dengan kata kata yang baru dia dengar. "Aku harus bagaimana agar kamu percaya padaku"

"Sakit..." teriak gadis itu "hatiku sakit melihat dengan mataku sendiri semua kebohonganmu" sambil menepuk nepuk dadanya. "Bahkan kenapa aku juga harus melihat...." mengingat saat naila mencium Rey. Airmatanya terus mengalir.

Melihat gadis itu menangis rangga hanya bisa diam. Hingga akhirnya dia pergi kembali masuk kedalam rumahnya. Saat itu juga tetes demi tetes air hujan mulai jatuh membasahi semua yang ada di sekitarnya.

Rey masih tetap ditempatnya, membiarkan tubuhnya di guyur hujan. Kakinya enggan melangkah dan tetap setia menunggu di depan pintu pagar yang tertutup rapat.

Ber jam jam dia berlutut, tubuhnya mulai menggigil kedinginan. Dia tetap menunggu dan terus berlutut hingga matahari mulai terbit bajunyapun mulai sedikit mengering.

Mishel kaget saat beranjak keluar dari rumahnya dan mendapati Rey masih berada disitu dengan wajah pucat dan masih berlutut.

Rey berusaha berdiri, walau kakinya nampak kram. "Maafkan aku" kembali berlutut di hadapan mishel. "Aku mohon"

Mishel khawatir melihat laki laki itu. Iya segera memeriksa suhu tubuh Rey yang sangat panas.

"Kamu perlu ke puskesmas" ucap mishel khawatir.

Rey memegang tangan Mishel "aku nggak butuh itu.. cukup maafin aku.." ucapnya dengan nafas memburu menahan demamnya.

boy sucks Vs Girl arrogantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang