07.00 P.M
"Kak, suaminya kak zahra itu santri juga kan?"
"Iya, dia santri kiai usman juga, santri teladan." Aku hampir tersedak mendengar jawaban kak aisha
Santri teladan jadi menantu idaman?
"Kenapa mar?" Kak salman menoleh.
Aku menggeleng, "Awalnya mereka pacaran?"
"Tidak, katanya mereka dijodohkan ya mas?" Kak salman mengangguk, mengiyakan pertanyaan istrinya.
"Santri itu kebanyakan dijodoh-jodohkan mar, nggak pacaran" lanjutnya.
"Aku juga bukan santri tapi tidak pacaran, soalnya tau hukumnya bagaimana" bela ku pada diri sendiri.
"Memangnya kamu nggak kesepian mar sendiri terus?" Kali ini kak sinta yang bertanya.
"Biasa aja kak. Kesepian dalam hal apa? Bukankah kita tidak hidup sendiri? Ada keluarga, sahabat, tetangga. Jangan salahkan kesendirian jika merasa kesepian, itu karena ia jauh dari Allah bukan karena ia tak punya kekasih. Allah dekat pada hamba-Nya yang selalu mendekatkan diri dan Allah menjauh pada hamba-Nya yang menjauh. Ada Allah yang selalu menemani, kapanpun dimanapun, lebih dari apapun. Apalagi yang diinginkan selain cinta dari-Nya? Yang sudah jelas-jelas kekal, hakiki, tak kan hilang sampai kapanpun. Sedangkan cinta manusia? Ajal mampu memisahkanya dalam sekejap. Iya kan bu?" Aku menoleh pada ibu yang sedang menuangkan teh, merasa puas atas jawabanku sendiri. Ibu mengangguk, Tersenyum.
" Kakak jadi malu, sepertinya salah pertanyaan. Trus kapan kamu menikah mar, umur kamu sudah 20 tahun kan? Sudah cukup itu mah ya A'?" Kak rama tersenyum menanggapi celoteh kak sinta.
Uh! Tidak adakah pertanyaan lain? Nggak kak aisha, nggak kak sinta, sama saja seneng banget menggodaku .
"Kakak tau dong dengan kata-kata semua akan indah pada waktunya? Itu bukan sekedar kata-kata kak. Janji Allah itu pasti! Yang penting yakin, berusaha dan berdo'a.. kita kan tidak tau apakah kita ditakdirkan berjodoh dengan manusia atau berjodoh dengan kematian? Itu hak mutlak Allah, tidak ada yang tau. Jadi, lakukan yang terbaik untuk hari ini karena tak ada hari esok yang terus selamanya kan?"
Semua tersenyum mendengar jawabanku.
"Kamu cerdas mar! Cocok jadi ustadzah" puji kak salman, ia bangkit dari duduknya "aku pergi dulu ya, hari ini Irsyad menikah. Takutnya terlambat, Assalamua'laikum". Kak salman mencium tangan ibu dan mencium kening khadija.
"Wa'alaikumussalam, hati-hati mas!" Kak aisha mencium tangan suaminya.
"Salam dari ibu untuk nak irsyad ya"
"Insyaallah".
Tiba-tiba kak sinta mual-mual, ia berlati ke kamar mandi diikuti kak rama yang merasa khawatir,
"Kamu tidak apa-apa?" Tanyanya sembari memijat tengkuk sang istri."Ini minum, mungkin masuk angin" ibu memberikan segelas teh hangat.
Kak aisha tersenyum penuh arti, "periksa ke dokter kak, takutnya ada sesuatu yang tidak diketahui".
Semua tertegun mendengar ucapan kak aisha, dengan segera kak rama membawa istrinya pergi ke dokter.
♡
"Aku bingung banget mar," Fatima menopang dagunya, menatap kosong ke arah kolam ikan di dekat kampus.
"Kenapa?" Tanyaku sembari melempar makanan ringan yang segera diserbu ikan-ikan kecil.
"Masa papa menyuruhku untuk segera mencari pasangan, aku kan baru 20 tahun mar," ia menghela nafas panjang, membersihkan kacamata yang sudah 3 tahun setia bersamanya.
"Memangnya hanya kamu! Aku juga sama" kami terdiam, Tenggelam pada pikiran masing-masing.
"Eh iya, bagaimana acara pernikahan putri kiai usman?" Pertanyaan fatima membuatku mengingatnya lagi.
"Yagitudeh, kamu tau tidak, ternyata pengantin prianya adalah seseorang yang pernah aku temui di bis, bahkan dia masih mengingatku" fatima terkejut, ia memakai kembali kacamatanya.
"Apa? Dia yang sudah membuatmu jatuh cinta pada pandangan pertama itu?"
"Hey! Aku tidak bilang seperti itu." Sanggahku.
"Tapi aku yakin seperti itu!" sahutnya tak mau kalah, dan akupun tak mengerti dengan perasaan ku sendiri
"Hm, sabar ya mar. Kamu pasti mendapatkan yang lebih baik!"
"Apa sih fat, aku biasa aja kok! Malahan aku bertemu dengan pria yang lebih lebih darinya" kupaksakan tersenyum.
"Santri itu pasti mencari yang santri lagi, sedangkan kita? santri juga bukan, aku mulai lelah mengejar apa yang aku inginkan mar. Mencari tanpa dicari, percuma!"
"Fat, aku kan sudah bilang. Kita cukup jadi pengagum saja, tak usah berharap lebih. Santri atau bukan, dimata Allah semuanya tetap sama, yang membedakannya adalah ketaqwaannya. Boleh jadi seseorang yang mencintaimu lebih baik daripada seseorang yang kamu cintai kan?"
Fatima menoleh, "Maksudmu siapa?"
"Arya, siapa lagi!" Jawabku santai, fatima mengembungkan pipinya, mengetuk-ngetukan jarinya di bangku
"Kamu juga, banyak kok yang suka sama kamu. Kenapa tidak ada yang diterima?"
"Yang serius tidak akan ngajak pacaran fat, membuang-buang waktu untuk sesuatu yang tidak perlu. Nah arya? Dia kan ngajak serius.."
Fatima mendengus kesal, "Aku nggak ada hati sama dia. buat kamu aja deh ya, kayanya kamu suka banget sama dia"
Aku tertawa melihat ekspresi wajah fatima, kesal, BT, entahlah. Mungkin begini perasaan kak aisha dan kak sinta saat menggodaku, seru! hihi Maaf ya fat..
14.30
Hari ini sungguh tak bersemangat dari biasanya, padahal cuaca sangat indah Tapi aku memilih diam dirumah sepulang dari kampus, lelah sekali. Aku ingin memulihkan diriku, pikiranku, perasaanku, dan segalanya.
Baru saja akan ku pejam kan mata..Pprriingg..brrukkk.. Allahu akbar!
Aku segera berlari keluar kamar,
"Ada apaa?"
♡
Jangan lupa solat dzuhur ya gaes! Nanti dilanjut lagi..
12.30
KAMU SEDANG MEMBACA
Memburu Cinta Santri
JugendliteraturAssalamua'laikum warahmatullah.. ♡ Santri..santri..santri.. Apa yang terlintas jika ada yang bertanya tentang "santri"? Syakir daulay? Alwi assegaf? Alvin faiz? Yups! Lelaki idaman dengan segala macam keistimewaannya. soleh, pintar mengaji, bisa m...