Pernikahan Impian

3K 100 2
                                    

"Bagaimana keadaan umi kulsum, sal?" Tanya ibu saat sarapan.

"Setelah rizwan datang, Alhamdulillah membaik bu".

"Alhamdulillah.."

"Oh iya kak, ustadz rizwan punya anak berapa?" Tanyaku.

"Tidak mar, zahra dinyatakan tidak dapat mempunyai keturunan". Jawabnya membuatku terkejut, kasihan kak zahra..

                                                      ♡
                        Hari Pernikahan Fatima & Faisal ♥

"Aku deg-degan banget mar". Aku menatap fatima, ia sangat cantik berbalut kebaya putih yang indah.

"Jangan takut mar, insyaallah semua akan berjalan dengan lancar. Nih! Aku punya kado untukmu, bukalah".

Fatima tersenyum, membuka bungkusan kado bergambar mawar putih dariku. " 'Bidadari Surga' mm.. syukron bu ustadzah!". Ia memeluku.

Acara berjalan dengan sangat sakral. Aku terharu melihatnya, kini fatima sudah sah menjadi istri faisal, tak akan ada banyak waktu sebanyak dulu untuk kami berdua. Aku menangis saat faisal memasangkan cincin ke jari manis fatima, semua bertepuk tangan bahagia, termasuk aku.

"Ukhti?". Suara itu? Aku melirik kebelakang. Ustadz rizwan.. dia sangat tampan, dia terlihat muda di usianya yang ke 28 sekarang, penampilsnnya rapi. Dia tersenyum kepadaku.

"Eh, kenapa menangis?" Tanyanya saat melihat ku menghapus air mata.

"Mm.. tidak, saya hanya terharu melihat fatima sudah menjadi seorang istri, sekarang dia akan lebih banyak menhabiskan waktu dengan suaminya daripada denganku".

"Tentu saja! Ketika seorang istri telah memenuhi segala kebutuhan suami dengan ikhlas, maka surga menjadi jaminannya". Kata-kata ustadz rizwan membuatku iri pada fatima. Aku mengangguk.

"Mh.. lalu kapan ukhti menyusul?". Uh! Lagi-lagi pertanyaan itu, tapi memang diusiaku yang ke 22 ini, aku ingin segera menikah.

"Itu mm.. nanti kalau sudah bertemu jodohnya". Jawabku malu-malu.

"oh, memang belum ada calonnya?". Aku menggeleng, dia manggut-manggut.

"Istrinya bilal akan melahirkan, jadi dia tidak bisa datang", ucap kak salman sambil memainkan hp-nya.

"Oh Alhamdulillah, semoga diberi kelancaran". Sahut rizwan

"Aamiin".

15.22

Semua sedang beristirahat karena merasa lelah, aku malah diajak kak salman duduk diruang tamu.

"Ada apa kak?"

"Hm.. begini mar, menurutmu, Rizwan itu bagaimana?"

"Maksud kakak?" Tanyaku tak mengerti,

"Iya, penilaianmu tentang dia, bagaimana?"

"Dia pria yang baik, ramah, tanggung jawab juga. Memangnya kenapa?"

"Hmm.. begini mar, Sebenarnya beliau ingin menikahimu, tapi beliau tidak tau bagaimana mengatakannya. Dua tahun setelah istrinya meninggal, beliau belum menikah lagi padahal banyak para ibu yang ingin memperkenalkan anak gadisnya. Tapi beliau menolak karena menunggumu mar, beliau pernah datang kerumah untuk mengutarakan niatnya pada kakak. Tapi saat itu kamu diponpes, beliau merasa terkejut sekaligus bahagia mendengarnya dan sampai sekarang, dia masih menunggumu. Beliau hanya tidak enak dengan statusnya sekarang dan beliau juga sungkan karena beliau hanya seorang pengurus, sedangkan kamu sarjana". Jelas kak salman membuatku mematung, benarkah semua ini? Apa aku sedang bermimpi? Aku sungguh tak menyangka.. sampai saat ini, aku masih mengaguminya.

"Kamu tidak masalah kan mar dengan statusnya?" Tanya kak salman lagi.

"Sama sekali tidak kak, aku mengagumi ketaatan ibadahnya. Malah aku yang malu mendengar dia menungguku". Jawabku jujur, aku tidak tau lagi. Terlalu senang mendengarnya.

"Jadi bagaimana mar? Apa kau bersedia menikah dengannya?" Tanya kak salman sumringah, aku mengangguk yakin. Tidak perlu taaruf lagi, ustadz rizwan sudah yakin denganku begitupun aku. Dia menikahiku satu minggu setelah pernikahan fatima, ini benar-benar kado terindahku di usia 22 ini, senang bukan main. Suami idaman itu kini benar-benar menjadi suamiku, ustadz Rizwan menatapku, wajahnya berseri. Sorot matanya memancarkan kebahagiaan yang belum pernah aku lihat diwajahnya. Dia memasang cincin dijari manisku, aku menangis haru, dan dia menghapus airmataku, manatap manik mataku.

"Ukhti, kamu cantik sekali" , tuturnya lembut. Ini bukan mimpi kan?  Terima kasih yaallah, karena telah mengirim suami se-perfect dia. Kami tersenyum menatap riuh tepuk tangan para tamu.

Satu minggu setelah pernikahan, Rizwan mengajakku berziarah kepemakaman zahra dan kiai usman. Kami berdo'a dengan khusyu.

Dua minggu kemudian, aku dinyatakan positif hamil. Kebahagiaanku semakin lengkap, Rizwan semakin perhatian. Tidak sampai disini, kebahagiaanku bertambah karena pesantren Al-Falah sudah kembali membaik ditangan suamiku. Akhirnya ia kembali membangun pesantren itu bersama faisal, bilal, ahmad dan juga kak salman.

"Kebahagiaanku sungguh sempurna. Allah memberiku istri yang soleha dan calon anak kembar, aku akan menjadi ayah. Terima kasih yaallah". Dia mengelus perut besarku.

"Aku juga bahagia mempunyai suami yang pandai bersyukur sepertimu mas". Kami tersenyum menatap senja.

Sembilan bulan kemudian

Aku melahirkan ditemani suami tercinta, ia tak lepas menggenggam erat tanganku. Memberiku semangat, bibirnya tak henti berdzikir.

Subhanallah.. tangisan bayi kembarku seolah menghilangkan semua lelahku, suamiku segera mengadzani keduanya. Keluarga datang menghampiri.

"Mashaallah, cantik dan tampan seperti ayah dan ibunya. Namanya siapa wan?"tanya ibu.

"Habil dan iklima bu", kami semua tersenyum bahagia.

"Jangan senang dulu mar, masih 10 lagi! Ibu kan minta 12 cucu". Canda kak sinta membuat semu orang tertawa.

Fatima dan faisal datang menjenguk, "kamu curang mar, aku yang nikah duluan tapi kamu yang ngelahirin duluan", candanya.

"Sebentar lagi kita juga akan menjadi orangtua mi, bersabarlah!" Faisal mengelus kepala fatima penuh kasih sayang. Fatima memang manja, faisal dewasa, cocok! Aku dan suamiku tersenyum memandangi mereka.

Aku memberi tau rashid, dia sangat gembira dengan kelahiran anak kembarku. Dia juga baru selesai di wisuda dari pesantrennya, dan dia juga bercerita lewat sms bahwa dia punya kekasih anak kiai, "dia naksir banget sama aku mar hehe" . Aku tersenyum membacanya.

Jauh dibandung sana, bilal sedang cemas menanti putri keduanya lahir. Ia mondar mandir bersama umi dan abi, bilal dijidohkan dengan putri dari temannya abi, bilal menurut saja karena tidak ingin mengecewakan kedua orangtuanya. Oa.. oa.. oa.. semua saling memandang, lalu berlari kekamar.

"Eleuh-eleuh ieu incu umi, nang ning nung ning nang ning nung.. cupcupcup" umi menggendong cucu impiannya. Bilal tersenyum membelai rambut bunga sang istri beserta rijal anak pertamanya.

"Cik atuh umi, abi ge pengen gendong!" Pinta abi.

"Eh, keheula atub bi".

"Namanya siapa lal?" Tanya abi.

"Mm.. maryam".

"Kenapa maryam, A?" Bunga menatap bilal,

"Karena maryam adalah wanita yang pernah aku sayangi", jawabnya spontan.

"Maksud aa?" Tanya bunga heran.

"Eh, iya maksud aa mm.. maryam adalah anak yang aa sayangi, benarkan?" Semua mengangguk setuju.

Maryam.. kang rizwan dia memang pantas mendapatkanya, mereka sama-sama orang yang baik. Bilal menghela nafas panjang, astagfirullah..

"Kamu teh kunaon kalah ngalamun kitu bilal, yeuh budak!" Cetus umi, bilal tersenyum, menggendong putrinya.

Berakhir sudah perburuan cinta kami.. ♥
The end

Yuhuu.. akhirnya selesai juga.
Selamat malam ♥
15-december-2017
20.53

Memburu Cinta Santri Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang