Raut wajah fatima berubah, ia bersedih.
"Kenapa fat?" Tanyaku heran,
Fatima mengeluarkan kertas yang sudah tak berbentuk dari tasnya, Aku segera membukanya.
"Arya ? Menikah?". Tanyaku tak percaya dengan undangan yang ada ditanganku. Fatima mengangguk lalu memelukku.
"Kok bisa? Maksudku.." lanjutku masih tak percaya, fatima menggeleng. Kulihat airmata mulai mengalir di pipinya.
"Aku juga tidak tau, tidak mengerti dengan apa yang dia pikirkan, dan dengan apa yang aku pikirkan sekarang. Dia mengungkapkan perasaannya, lalu beberapa minggu kemudian dia mengirimku surat undangan pernikahannya dan dia meminta maaf padaku karena dia telah menyukaiku, mar! Padahal aku..". Aku memeluknya membiarkan fatima menangis dipelukanku. Aku egois, aku berpikir bahwa aku adalah satu-satunya wanita malang tentang cinta didunia ini. Tapi ternyata sahabatku juga sedang bersedih.
"Sabar ya fat, orang yang sabar disayang Allah kan?". Fatima mengangguk tersenyum, menyeka air matanya.
"Maaf ya mar, aku terlalu terbawa suasana. Ini salahku juga, membiarkan arya terlalu lama menunggu sampai akhirnya oranglain yang menggapai hatinya, sudahlah.. eh kapan kamu kuliah lagi mar? Sepi tau.."
"Hm? Sepertinya aku tidak akan masuk kuliah lagi fat".
"Maksud kamu apa mar?".
"Iya, aku akan mondok", wajah fatima berubah, terkejut, sedih, marah, entahlah.
"Kamu bercanda kan mar?", tanyanya tak percaya. Aku mengangguk. "Tapi kenapa?".
"Aku ingin lebih baik saja fat, aku ingin berubah"
"Kamu sudah baik mar, tidak ada yang perlu kamu ubah". sahutnya meyakinkan. Aku menunduk diam ini sudah lama aku pikirkan, sudah menjadi salah satu cita-citaku sejak dulu.
"Ini bukan karena Bilal dan Rizwan kan? Ayolah mar, aku juga patah hati tapi bukan berarti aku juga patah semangat!"
"Bukan! Tidak sama sekali, bukan karena rizwan ataupun bilal. Aku sudah tidak peduli akan hal itu, aku juga tidak patah semangat, dunia ini terlalu besar kalau hanya patah semangat untuk hal seperti itu. aku hanya ingin merubah diriku saja, ingin lebih mendekat pada-Nya, hanya itu. Tidak ada yang lain!". Jawabku jujur.
Fatima menghela napas panjang, menatapku sinis. "Kamu yakin mar? Sebentar lagi wisuda loh"
"Insyaallah fat, aku sudah meminta izin pada pak dosen dan kepada keluargaku, dan Alhamdulillah semuanya mengizinkan. Mendukung keputusanku."
"Trus mondoknya dimana?"
"Dibogor, ada teman kak salman yang jadi pengurusnya disana. Katanya biar aku bisa dititipkan, memangnya aku anak kecil ya dititipkan segala". ucapku cengengesan sendiri. Fatima masih menatapku dengan datar,
"Kamu kenapa sih fat? Serem banget ngeliatinnya"
"Kamu nanya kenapa? Tiga hari tanpa kamu aja aku udah merasa hampa maaar, apalagi ditinggal jauh. Bukan tiga hari lagi". cetusnya masih tak terima, wajahnya cemberut.
aku tersenyum, "kamu masih bisa telpon aku kok".
Fatima memelukku, "Yasudah kalau itu keputusanmu, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Kamu jangan lama-lama disananya ya!". Aku menangguk, kami tersenyum.
DUA TAHUN KEMUDIAN
Dua tahun sudah berlalu semenjak aku memutuskan untuk mondok disini, pesantren An-Nisa bogor. Ponpes khusus untuk akhwat, tidak ada santri disini, hanya beberapa pria yaitu kiai pemilik ponpes dan 2 pengurus. Selebihnya, wanita semua. Banyak sekali ilmu yang aku dapatkan disini, aku benar-benar bahagia. Tidak sabar rasanya menunggu hari esok, ingin segera bertemu dengan ibu, kak aisha, kak rama, kak salman, khadija, fatima, aku sangat merindukan mereka. Besok aku akan berangkat ke jakarta. Hah.. hati ini berdegup. Kupejamkan mata.

KAMU SEDANG MEMBACA
Memburu Cinta Santri
Teen FictionAssalamua'laikum warahmatullah.. ♡ Santri..santri..santri.. Apa yang terlintas jika ada yang bertanya tentang "santri"? Syakir daulay? Alwi assegaf? Alvin faiz? Yups! Lelaki idaman dengan segala macam keistimewaannya. soleh, pintar mengaji, bisa m...